Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Makalah Inteligensi dan Kaitannya dengan Pendidikan
Oleh: Siti Nurjannah dkk (Mahasiswa/i IAIN-SU Medan)
Editor: Ibrahim Lubis M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Jika diartikan maka inteligensi merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan. Pada dasarnya Psikologi ialah ilmu tentang tingkah laku. berkaitan dengan inteligensi, tingkah laku dapat dibagi dalam tingkah laku yang hanya sedikit membutuhkan intelegansi dan tingkah laku banyak membutuhkan inteligensi.
Makalah ini membahas tentang Inteligensi dan Kaitannya dengan Pendidikan berupa Pengertian Inteligensi, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensi, Ciri-Ciri Perbuatan Inteligensi, Pengukuran Tes Inteligensi dan Manfaatnya, Intelegensi dan Kaitannya dengan Pendidikan dan Ayat Al- Qur’an Tentang Inteligensi.
BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Inteligensi dan Kaitannya dengan Pendidikan
A. Pengertian Inteligensi
Inteligensi berasal dari bahasa latin yaitu Intellegere artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut Willim Stern, inteligensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan.[1] William Stren juga menyatakan bahwa inteligensi sebagian besar dengan dasar dan turunan. Pendidikan dan lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang.[2]
Alfred Binet merumuskan bahwa inteligensi terdiri dari pengertian atau komprehensen, pendapat atau inpensian pengarahan dan kritik. Jadi, inteligensi adalah “kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu”. Didalam psikologi dikenal dengan istilah inteligensi. Inteligensi ini sekaligus dapat menggantikan berbagai macam istilah yang berhubungan dengan kecerdasan[3].
Psikologi hakekatnya ialah ilmu tentang tingkah laku. Jadi mengenai inteligensi, tingkah laku dapat dibagi dalam tingkah laku yang hanya sedikit membutuhkan intelegansi dan tingkah laku banyak membutuhkan inteligensi. Misalnya: seseorang yang berada di taman, ia hanya menikmati bunga-bunga yang memiliki warna warni dan tidak membutuhkan inteligensi yang tinggi. Tetapi apabila ia menghitungnya dan mengelompokkan bunga-bunga itu menjadi warna yang sama,dan memisahkan jenis dan nama bunganya masing-masing maka dalam hal ini membutuhkan inteligensi yang sangat tinggi.
Menurut spearman ada dua faktor yang ada dalam inteligensi yaitu[4]:
1. General intelligence
2. Spacific intelligence
Faktor general inteligensi terdapat pada semua inteligensi sedangkan faktor spacific intelligence hanya terdapat pada hal-hal tertentu saja. Misalnya: orang yang unggul dalam pelajaran ilmu pasti. Faktor spesific intelligence berhubungan dengan syaraf otot, ingatan, dan latihan serta pengalaman. Menurut para ahli intelegensi bermacam-macam, yaitu[5]:
- Inteligensi kreatif yang berkemampuan menciptakan, terdapat pada para penemu barang-barang baru.
- Inteligensi eksekutif yang berkemampuan untuk melihat fikiran orang lain. Terdapat pada manusia umumnya.
- Inteligensi teoritis, dimiliki oleh para sarjana, mahasiswa, dan para ahli teori umumnya.
- Inteligensi praktis, ialah kemampuan bertindak secara cepat dan tepat melakukan suatu pekerjaan, misalnya dimiliki oleh para pengemudi kendaraan, para guru di sekolah, dan lain-lain.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi inteligensi, sehingga terdapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain ialah:[6]
1. Pembawaan
Pembawaan di tentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang di bawah sejak lahir. “Batas kesanggupan kita”, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama di tentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
Pembawaan di tentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang di bawah sejak lahir. “Batas kesanggupan kita”, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama di tentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
2. Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat di katakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsinya jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan berhubungan erat dengan umur.
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat di katakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal itu masih terlampau sukar baginya. Organ-organ tubuhnya dan fungsinya jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan berhubungan erat dengan umur.
3. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah - sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah - sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
4. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dengan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dengan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
5. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih maslah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi.
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih maslah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi.
C. Ciri- ciri Perbuatan Inteligensi
Adapun Beberapa ciri-ciri perbutan intelegensi yaitu sebagai berikut :[7]
1. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan. Misalnya ada soal :”mengapa api jika ditutup dengan sehelai karung bisa padam? Ditanyakan kepada anak yang baru bersekolah dapat menjawab dengan betul maka jawaban itu intelegen. Tetapi jika pertanyaan itu di jawab oleh anak yang baru saja mendapat pelajaran ilmu alam tentang api, hal itu tidak dapat dikatakan inteligen.
2. Perbuatan inteligen sifatnya bertujuan. Untuk mencapai tujuan yang hendak diselesaikannya dicarinya jalan yang dapat menghemat waktu dan tenaga. Saudara kehilangan bolpoin disuatu lapangan. Bagaimana mencarinya? Bagaimana menebang pohon-pohon dirimba raya agar dalam waktu singkat dapat merobohkan pohon-pohon? Cara mengambil buah kelapa di lampung dengan memakai gala yang panjang, sedangkan di daerah jawa pada umumnya dengan memanjat batangnya satu-satu.
3. Masalah yang di hadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan. Ada suatu maslah yang bagi orang dewasa mudah memecahkan menjawabnya hampir tiada berfikir, sedang bagi anak – anak harus dijawabnya dengan otak, tetapi dapat. Jawaban anak itu inteligen.
4. Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat. Apa yang harus anda perbuat jika anda lapar? Kalau jawabnya : saya harus mencuri makanan. Tentunya jawaban itu tidak inteligen.
5. Dalam berbuat intelegen seringkali menggunakan daya mengabstraksi. Pada waktu berfikir, tanggapan – tanggapan dan ingatan-ingatan yang tidak perlu harus di singkirkan. Apa persamaan antara jendela dan daun? Jawaban yang benar memerlukan daya mengabstraksi.
6. Perbuatan yang inteligen bercirikan kecepatan. Proses pemecahannya relatif cepat, sesuai dengan permasalahan yang di hadapi.
7. Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu pemecahan masalah yang sedang di hadapi.
D. Pengukuran Tes Inteligensi dan Manfaatnya
Dapatkah inteligensi atau kecerdasan itu diukur? Bagaimana kita dapat enentukan cerdas tidaknya seseorang? Salah satu caranya ialah dengan menggunakan tes yang disebut “tes inteligensi”. Adapun orang yang berjasa menemukan tes inteligensi ialah seorang dokter bangsa prancis yaitu Alfred Binet dan pembantunya T.Hendri Simon di tahun 1904.[8] Pada penyusunan tes yang pertama ini dimaksudkan untuk menggolongkan anak-anak yang normal dan anak-anak yang lemah mental. Sehingga tesnya terkenal dengan nama Tes Binet Simon.
Tes ini pertama kali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama “Chelle Matrique de Intelegence” atau Skala Pengukuran Kecerdasan. Tes Binet-Simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang telah dikelompik-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah, seperti :[9]
Tes ini pertama kali diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama “Chelle Matrique de Intelegence” atau Skala Pengukuran Kecerdasan. Tes Binet-Simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang telah dikelompik-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah, seperti :[9]
1. Menceritakan isi gambar-gambar
2. Menyebut harga mata uang
3. Memperbandingkan berat timbangan
Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan diatas, kita dapat mengetahui kecerdasan seseorang. Adapun kegunaan tes intelagensi selain dibutuhkan untuk pergaulan sehari-hari juga diperlukan untuk berbagai jenis kebutuhan misalnya:
1. Bagi staf sekolah
Staf sekolah terutama guru memerlukan hasil-hasil pengukuran intelegensi murid-muridnya terutama untuk bahan pembimbing dalam pelajarannya.
2. Conselor (penyuluh) memerlukan hasil pengukuran intelagensi, sebab banyak hambatan yang diderita anak yang salah satu sebabnya terletak dalam tingkat intelegensi.
3. Untuk keperluan seleksi dan penempatan
Dalam dunia pendidikan, untuk menyeleksi calon murid atau mahasiswa yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan. Bidang pekerjaan atau jabatan hasil pengukuran intelegensi berguna untuk memilih pegawai sesuai kebutuhan.
4. Psikiater
Psikiater juga memerlukan hasil pengukuran intelegensi hal ini untuk mengetahui kelainan psikis individu (pasiennya).
Menurut Witherington (1978) ada 5 kegunaan test inteligensi, yaitu:[10]
1. Dapat digunakan untuk turut menetukan kemasakan anak-anak untuk menerima pekerjaan sekolah, karena terkadang antara umur kronologis dan umur psikis tidak seimbang.
2. Berguna untuk mengadakan klasifikasi kedalam golongan-golongan menurut kemampuan mereka yang dilakukan untuk kepentingan pelajaran.
3. Berguna untuk mendiaknosis, misalnya ada seorang anak yang tidak berhasil untk mencapai kemajuan yang normal, maka tes inteligensi dapat dipergunakan untk mementukan kesukaran yang dihadapi anak itu. Kalu seorang anak yang terlambat kemajuan belajarnya tetapi mencapai skor yang tinggi pada suatu test intelegensi, maka mungkin sebab keterlambatan itu adalah karena faktor-faktor lainnya. Misalnya faktor minat, cara belajar dan mengajar.
4. Di gunakan dalam memberikan bimbingan pendidikan maupun bimbingan untuk menentukan jabatan.
5. Berguna untuk membantu studi mengenai pelanggaran-pelanggaran peraturan tata tertib, misalnya kalau seorang pemuda memperlihatkan kecendrungan untuk melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya non sosial dan kriminal, maka timbullah soal tanggungjawab semua moril, apakah pemuda tadi cukup inteligensia untuk diminta tanggungjawab moril bagi segala tindakannya.
E. Inteligensi dan Kaitannya dengan Pendidikan
Proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah harus memperhatikan keragaman kecerdasan yang dimiliki anak. Dengan cara seperti ini potensi dan hak anak akan dapat dihargai atas dasar perbedaan dan kemampuan dan pada akhirnya anak akan nyaman belajar dan dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pendidikan adalah sebuah proses memberikan lingkungan agar peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya.[11] Kemampuan tersebut dapat berupa kemampuan kognitif yaitu mengasah pengetahuan, kemampuan efektif mengasah kepekaan perasaan, serta kemampuan psikomotorik yakni keterampilan melakukan sesuatu. Dalam hal mengakomodir berbagai kemampuan pada seorang peserta didik, kemampuan ganda atau multiple Intelligence adalah suatu bagian penting yang harus diperkenalkan. Artinya peserta didik sejak dini sudah harus diberi wawasan, kegiatan, orientasi yang merupakan betuk lingkungan agar mereka dapat mengembangkan diri.[12]
Pendidikan adalah sebuah proses memberikan lingkungan agar peserta didik dapat berinteraksi dengan lingkungan untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya.[11] Kemampuan tersebut dapat berupa kemampuan kognitif yaitu mengasah pengetahuan, kemampuan efektif mengasah kepekaan perasaan, serta kemampuan psikomotorik yakni keterampilan melakukan sesuatu. Dalam hal mengakomodir berbagai kemampuan pada seorang peserta didik, kemampuan ganda atau multiple Intelligence adalah suatu bagian penting yang harus diperkenalkan. Artinya peserta didik sejak dini sudah harus diberi wawasan, kegiatan, orientasi yang merupakan betuk lingkungan agar mereka dapat mengembangkan diri.[12]
Hasil pengukuran inteligensi yang biasanya dinyatakan dengan IQ dapat merupakan gambaran pendidikan terdahulu yang telah dicapainya, dan dapat pula merupakan predictor (alat peramal) terhadap hasil pendidikan dimasa mendatang . Skinner sependapat dengan pernyataan itu dan ia mengemukakan bahwa pada umumnya telah di temukan bahwa IQ berguna sebagai salah satu faktor di dalam memprediksi kesuksesan belajar di sekolah.[13] Namun harus disadari bahwa tidak semua test inteligensi cocok unutk di jadikan alat unutk memprediksi sebab banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecocokan penerapan tersebut. Dan harus pula di sadari dalam meramalkan suatu kesuksesan belajar bahwa belajar itu sendiri tidak semata-mata sebagai pemanfaatan kemampuan potensial (inteligensia), melainkan masih banyak faktor yang ikut menentukan hasil dari proses belajar.
Faktor-faktor tersebut antara lain faktor indogen, yaitu faktor dari dalam individu itu sendiri baik faktor fisiologis seperti keadaan jasmani, indera, dan lain-lain, namun faktor psikologisnya seperti minatnya, kecenderungan pribadinya, dan lain-lain. Juga faktor eksogen, yaitu faktor yang berasal dari luar, misalnya ada keributan dari orang-orang di sekeliling tempat belajar, atau ada gambar seseorang yang dapat mengganggu konsentrasinya dan faktor-faktor non sosial seperti keadaan alam dan alat perlengkapan belajar. Jadi jelas hasil test inteligensi bukan jaminan untuk sukses belajar, akan tetapi sangat bermanfaat untuk meramalkan kemampuan mencapai sukses dalam belajar.[14]
F. Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang Inteligensi
1. Q.S Ali-Imran Ayat 190
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
Maksud dari ayat ini yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan berfikir yang lebih (kecerdasan intelektual). Maksud dari kata Al-albab ialah orang yang diamnya berfikir kepada Allah, lisannya berzikir kepada Allah, orang yang yang memiliki pengetahuan dunia dan akhirat, serta orang yang memiliki intelektual yang tinggi.
2. Q.S Al-A’raf Ayat 176
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”.
Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang berfikir. Kata Yatafakkarun pada ayat diatas memiliki arti yang sangat urgen, yaitu orang-orang yang memiliki kemampuan berfikir yang lebih tinggi dari orang-orang biasa.
DAFTAR PUSTAKA
- Daulay, Nursakinah. Diktat Psikologi Umum. 2010
- Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rinek cipta. 2011
- Makmum,khairani. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja pressindo. 2013
- Mardianto. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing. 2013
- Ngalim Purwanto, M. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.Remaja: Rosdakarya, 1998
- Saparinah, Sadli. Intelegensi Bakat dan Test IQ. Jakarta: PT Gaya Favorit Press(Anggota IKAPI). 1996
- Sarlito, W. Sarwono. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers. 2010
- Sujanto, Agus. Psikologi umum. Jakarta: Bumi Aksara. 2001
_____________________
[1] Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2013). hal. 99
[2] M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1998), hal. 52
[3]Sadli Saparinah, Inteligensi Bakat dan Test IQ, (Jakarta: PT Gaya Favorit Press : Anggota IKAPI, 1996), hal. 49
[4] Ibid, hal. 49
[5] Opcid, hal. 49
[6] Khairani Makmun, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hal. 113
[7] Ibid , Khairani Makmun. hal.114
[8] M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 57
[9] Ibid, hal. 58
[10] Opcid, hal. 59
[11] Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2013). hal. 109
[12] Ibid, hal. 110
[13] Khairani Makmun, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hal.123
[14] Ibid, hal.124