Makalah Proses Penciptaan Alam Semesta
Oleh: Ibrahim Lubi, M.Pd.I
BAB I
Oleh: Ibrahim Lubi, M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perspektif Islam, alam semesta adalah segala sesuatu selain Allah SWT.[1] Oleh karenanya, alam semesta bukan hanya langit dan bumi, tetapi meliputi segala sesuatu yang ada dan berada diantara keduanya. Secara umum, alam itu bisa dibedakan kedalam dua jenis, yaitu alam syahadah dan alam ghaib. Alam syahadah adalah wujud yang konkrit dan dapat diinderakan, dimana alam syahadah tunduk kepada hukum evolusi, yang berkembang dan berubah-ubah. Sedangkan alam ghaib adalah wujud yang tidak dapat diinderakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Proses Penciptaan Alam Semesta
Terdapat perbedaan pandangan dikalangan umat muslim, tentang asal mula penciptaan alam semesta. Ada yang menyatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari tiada menjadi ada, sementara pendapat lain mengemukakan bahwa alam semesta diciptakan dari materi atau sesuatu yang sudah ada.
A. Berdasarkan Al-Quran
Pendapat yang pertama, selalu didasarkan pada kata khalaqa, yang digunakan dalam penciptaan alam semesta. Mereka berpendapat bahwa penggunaan kata khalaqa memiliki arti penciptaan sesuatu dari bahan yang belum ada menjadi ada. Sementara itu, Pendapat kedua didasarkan pada informasi Alquran yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini diciptakan dari materi yang sudah ada. Informasi seperti ini diantaranya ditemukan dalam dua surah, yaitu QS Fushilat (41: 11) yang menyatakan bahwa Allah swt menuju langit, sedangkan langit ketika itu masih berupa dukhan ( asap ). Surat yang kedua, QS Al-Anbiyya ( 21 : 30 ), yang menginformasikan bahwa langit dan bumi itu, dahulunya adalah sesuatu yang padu, lalu Allah memisahkan keduanya.
B. Pandangan Ilmuan
Pandangan kedua ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang di lakukan para pakar astronomi dan astro fisika yang menyimpulkan bahwa keseluruhan alam semesta ini pada awalnya satu masa yang besar.kemudian terjadi pemisahan, sehingga terbentuk galaksi. Galaksi tersebut kemudian terbagi-bagi dalam bentuk bintang-bintang, planet-planet, matahari,bulan dan lain-lain.[2]
C. Menurut Ulama Ahli
Dalam konteks proses penciptaan alam semesta, Al-farabi berpendapat bahwa alam semesta ini terjadi karena limpahan dari yang Esa. Wujud Tuhanlah yang melimpahkan wujud alam semesta. Terlepas dari perbedaan pandangan diatas, Alquran menginformasikan bahwa alam semesta ini diciptakan tuhan tidak secara sekaligus, tetapi melalui serangkaian tahapan, masa, atau proses. Dalam sejumlah surah Alquran selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang biasa diterjemahkan dalam arti enam hari, enam masa, atau mungkin enam periode. Selain itu, dalam Alquran ditemukan pula ayat yang menyatakan bahwa Allah menciptakan bumi dalam dua hari atau dua masa, dan menentukan kadar makanan penghuninya (rezeki) dalam empat hari, dan menjadikan tujuh langit dalam dua hari.[3]
BAB III
PENUTUP
Mengenai kedudukan alam semesta dalam perspektif filsafat pendidikan Islam adalah alam sebagai guru bagi manusia, dan sebagai tanda dari kekuasaan Allah. Sedangkan kedudukan manusianya adalah sebagai khalifah yang akan mengatur atau mengelola alam ini, yang tentunya harus dibarengi dengan ilmu dan iman. Tanpa adanya ilmu dan iman, bagaimana bisa manusia dapat mengatur dan mengelola alam ini untuk kebutuhan hidup manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau hukum Allah. Dimana di dalam Alquran dan hadist, banyak menjelaskan tentang pentingnya menuntut ilmu, sehingga kedudukan ilmu ini sangat tinggi bagi manusia, dimana ilmu ini datangnya dari Allah swt. Sehingga dengan adanya ilmu, manusia dapat mencari kebenaran. dapat membedakan antara baik dan buruk, dan juga dapat membedakan derajat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-saibani,Omar Mohd. Al-Thoumiy, Filsafat Pendidikan Islami.1979.jakarta: Bulan Bintang
- Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami.2008.Bandung: Citapustaka media perintis
- Basyir,Ahmad Azhar, Refleksi Atas Persoalan Keislaman.1994.Bandung:Mizan.
- Basri,Hasan, Filsafat pendidikan Islam.2009.Bandung: Pustaka Setia
- Masruri,Hadi dan Rossidi, Imran, Filsafat Sains dalam Alquran.2007. Malang: UIN Malang Press.
- Naik,Zair dan Gary Miller, Keajiban Al-quran Dalam Telaah Sains Modern.2008.Yogyakarta: Media Ilmu.
- Syafaruddin, Filsafat Ilmu.2008.Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
- Syarqawi,Effat Asy ,Filsafat Kebudayaan Islami. 1985.Bandung: pustaka.
________________________
[1] Omar Mohd. Al-Thoumiy al-saibani, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta : Bulan Bintang, 1979 ) h. 58
[2]Zair Naik dan Gary Miller, Keajiban Al-quran Dalam Telaah Sains Modern (Yogyakarta: Media Ilmu, 2008),h.55-56ara
[3] Lihat Q.S,Fushshilat (41):9-10, dan 11-12