The Elaboration Theory of instruction was developed to provide holistic alternatives to the parts-to-whole sequencing and superficial coverage of content that have been so typical of both education and training over the past five to ten decades. The Elaboration theory recocnizes two major kinds of domain expertise: Conceptual (understanding what) and Theoretical (understanding why). In their simplest form, these are concepts and principles, respectively, and in their more complex forms, they are conceptual knowledge structures (or concept maps) for ”understanding what” and both causal models and theoretical knowledge structures for ”understanding why.
1. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sekarang dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran, dalam berbagai aspek. mulai dari visi, misi, tujuan, program, layanan, metode, teknologi, proses, sampai evaluasi. Bagi seorang Pendidik, pemilihan model pembelajaran hendaknya dilakukan secara cermat, agar pilihan itu tepat atau relevan dengan berbagai aspek pembelajaran yang lain, efisien dan menarik. Teori Elaborasi pengajaran pada awalnya dikemukakan oleh Reigeluth dan Stein (1983). Teori Elaborasi yang memiliki komponen yaitu: urutan elaborative urutan utama pembelajaran, rangkuman (summarizer), sintesis (syntherizer), analogi, pengaktif strategi kognitif (cognitive strategy activator) dan kontrol belajar memberikan kemungkinan yang sangat luas untuk mewujudkan kompetensi tersebut.
Dengan model ini dapat dilakukan penstrukturan materi pelajaran berdasarkan kompetensi yang akan dibina, demikian pula pengElaborasian topik secara optimal sesuai kebutuhan, melaksanakan proses pembelajaran yang berorientasi pada paradigma baru, dengan peristiwa-peristiwa pembelajaran seperti memberikan rangkuman, sintesa dan analogi, serta senantiasa mengaktifkan strategi kognitif dan memberikan kebebasan peserta didik.
Lebih dari itu, sebaik apa pun materi pelajaran yang dipersiapkan tanpa diiringi dengan model dan metode pembelajaran yang tepat, pembelajaran tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal. Strategi pembelajar Elaborasi adalah strategi belajar yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. [1] Teori Elaborasi secara eksklusif membicarakan mengenai makro level yang menggambarkan metode yang berkaitan dengan hubungan beberapa ide, seperti bagaimana merangkaikan ide-ide tersebut.
Pembelajaran Elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin Teori Elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada macro level.
Teori ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih compleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistimatis. Teori Elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada macro level. Teori ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak.
Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih kompleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistimatis. Bagian penting yang berhubungan dengan materi subyek adalah learning prerequisit. Konsep dari learning prerequisit meliputi fakta pengetahuan yang harus diperoleh sebelum pengetahuan lain diperoleh. Sekumpulan learning prerequisit dinamakan learning hierarchy.
Makalah ini mencoba membahas Teori belajar Elaborasi sebagai teori yang dapat memberikan wahana baru bagi pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini akan mendorong peserta didik untuk menyelami informasi-informasi yang menghasilkan wawasan dan cakrawala pengetahuan mereka.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian teori Elaborasi dan pembelajaran Elaborasi?
b. Apa saja komponen strategi teori Elaborasi?
c. Apa prinsip-prinsip pembelajaran Elaborasi dalam pembelajaran?
d. Apa Metode Pembelajaran Elaborasi dan bagaimana menerapkannya dalam pembelajaran?
e. Bagaimana langkah-langkah pengajaran dengan model Elaborasi?
3. Tujuan Pembahasan
a. Mengetahui pengertian teori Elaborasi dan pembelajaran Elaborasi
b. Mengetahui Temuan Penelitian tentang Teori Elaborasi
c. Mengetahui komponen strategi teori Elaborasi
d. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran Elaborasi dalam pembelajaran
e. Mengetahui Metode Pembelajaran Elaborasi
f. Mengetahui langkah-langkah pengajaran dengan model Elaborasi
4. Manfaat Penulisan
Tulisan dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama pemahaman tentang pengertian teori pembelajaran Elaborasi, Komponen pembelajaran Elaborasi, Metode pengajaran Elaborasi, serta prinsip-prinsip pembelajaran Elaborasi. Setelah mengetahui dan memahami tentang Teori ini, maka diharapkan Guru dapat mengaplikasikannya dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Selain itu besar harapan kami agar kiranya model ini dapat memperkaya khazanah kita tentang model-model belajar dan dapat menerapkannya dalam proses belajar mengajar yang akan kita laksanakan nantinya.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian teori Elaborasi dan pembelajaran Elaborasi
a. Teori Elaborasi
Menurut Reigeluth bahwa Teori Elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi.[2] Selanjutnya Reigeluth menjelaskan bahwa “The Elaboration Theory of instruction was developed to provide holistic alternatives to the parts-to-whole sequencing and superficial coverage of content that have been so typical of both education and training over the past five to ten decades”.[3]
- Elaborasi juga bermakna sebuah proses penambahan pengetahuan yang berhubungan pada informasi yang sedang dipelajari.[4] Elaborasi memperlancar pemanggilan dengan dua cara yaitu:
- Elaborasi menyediakan alternatif cara untuk pemanggilan agar aktivasi menyebar
- Elaborasi menyediakan infprmasi tambahan yang dapat berguna untuk mengkontruksi tambahan jawaban.
Teori Elaborasi mempreskripsikan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci, seperti teori-teori sebelumya. Urutan umum ke rinci dimulai dengan menampilkan struktur isi bidang studi yang dipelajari (Epitome), kemudian mengElaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.[5]
b. Pembelajaran Elaborasi
Pembelajaran Elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya[6] . Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau cerita [7]. Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin. Anak-anak menggunakan prior knowledgenya sehingga ide baru dapat meluas, dengan demikian dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada yang disajikan sebenarnya.
Teori Elaborasi secara ekslusif membicarakan mengenai makro level yang menggambarkan metode yang berkaitan dengan hubungan beberapa ide, seperti bagaimana merangkaikan ide-ide tersebut. Teori Elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada makro level. Teori ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih kompleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistematis.
Bagian penting yang berhubungan dengan materi subyek adalah learning prerequisit. Konsep dari learning prerequisit meliputi fakta pengetahuan yang harus diperoleh sebelum pengetahuan lain diperoleh. Sekumpulan learning prerequisit dinamakan learning hierarchy.
2. Temuan Penelitian tentang Teori Elaborasi
Pada bagian ini akan dikemukakan temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan teori Elaborasi sebagai cara untuk mengorganisasi isi pembelajaran. Sebagai suatu model yang berusaha mengintegrasikan strategi-strategi yang telah teruji kebenarannya, maka model Elaborasi memerlukan bukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya.
Pada bagian ini akan dikemukakan temuan-temuan penelitian yang berkaitan dengan teori Elaborasi sebagai cara untuk mengorganisasi isi pembelajaran. Sebagai suatu model yang berusaha mengintegrasikan strategi-strategi yang telah teruji kebenarannya, maka model Elaborasi memerlukan bukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya. Penelitian-penelitian itu dilaksanakan oleh ausubel (1968), Reigeluth dan Stein (1983), Hanclosky (1986), Degeng (1988), Wedman dan Smith (1989), dan lain-lain.
Penelitian untuk menguji kebenaran dari berbagai strategi dalam bentuk rangkuman, pemberitahuan tujuan belajar sebelum pembelajaran dimulai, prates yang diberikan sebelum pembelajaran, advance organizer, epitome, analogi, pensistesis, dan nemonik. Semua komponen strategi ini, kecuali pensintesis dan rangkuman, dapat dikelompokkan ke dalam komponen strategi awal yang biasanya ditampilkan pada tahap awal pembelajaran. Rangkuman, yang berfungsi untuk melakukan tinjauan ulang tentang isi yang sudah dipelajari, dan pensintesis, yang berfungsi untuk menunjukkan kaitan antar isi yang sudah dipelajari, biasanya ditampilkan pada tahap akhir pembelajaran. Pengetahuan mnemonik dan analogi, di samping dapat ditampilkan sebagai strategi awal, juga dapat ditampilkan selama pembelajaran berlangsung.
Temuan Penelitian tentang Teori Elaborasi Sebagai suatu model yang berusaha mengintegrasikan strategi-strategi yang telah teruji kebenarannya, seperti telah didiskusikan sebelumnya, model Elaborasi memerlukan bukti empirik untuk memperkuat landasan teoritiknya. Kajian tentang hal ini diuraikan pada bagian berikut ini.
a. Penelitian Oleh Hanclosky
Hanclosky (1986) adalah orang pertama yang melakukan penelitian mengenai strategi ini dengan membandingkan sumbangan teori Elaborasi, advance organizer, dan analisis tugas dalam belajar konsep dan prinsip. Salah satu dari sejumlah hipotesis yang diuji adalah bahwa untuk belajar konsep dan prinsip teori Elaborasi lebih unggul, jika dibandingkan dengan advance organizer dan analisis tugas.[8] Hasil seperti ini diramalkan terjadi dalam pasca-tes.
Hasil yang serupa juga diramalkan terjadi dalam tes yang diadakan setelah lima minggu pasca-tes. Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian uji coba, namun tidak demikian halnya oleh penelitian akhir. Penelitian akhir menemukan hasil yang bertentangan dengan penelitian uji coba. Untuk belajar konsep, kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih unggul (p <0,05), jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapat perlakuan advance organizer dan teori Elaborasi. Namun demikian hasil ini hanya terjadi berdasarkan analisis pasca-tes, dan setelah 5 minggu pasca-tes perbedaan ini menjadi tidak signifikan. Hasil yang berlawanan terjadi dalam belajar prinsip. Kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih unggul (p <0,05), jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapat perlakuan advance organizer dan teori Elaborasi, dalam tes yang dilaksanakan setelah 5 minggu pasca-tes. Dalam pasca-tes, untuk belajar prinsip, kelompok yang mendapat perlakuan analisis tugas lebih unggul terhadap kelompok yang mendapat perlakuan advance organizer[9].
b. Penelitian oleh Degeng
Penelitian lain dilakukan oleh Degeng (1988), Dalam penelitiannya, Degeng membandingkan model pengorganisasian pembelajaran Elaborasi dengan buku teks. Dalam hal ini, isi buku teks diorganisasi kembali mengikuti rambu-rambu model Elaborasi. Selanjutnya kedua model ini, organisasi isi berdasarkan buku teks asli dan organisasi isi berdasarkan model Elaborasi, dibandingkan pengaruhnya terhadap perolehan belajar informasi verbal, konsep, dan retensi.[10] Ditemukan bahwa pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan model Elaborasi secara signifikan lebih unggul dari pengorganisasian pembelajaran dengan menggunakan urutan buku teks, baik untuk belajar informasi verbal maupun konsep. Lebih lanjut, juga ditemukan bahwa retensi terhadap perolehan belajar informasi verbal dan konsep ternyata lebih banyak dapat dipertahankan melalui pengorganisasian pembelajaran berdasarkan model Elaborasi daripada urutan buku teks.
Degeng (1988) selanjutnya mendiskusikan mengapa teori Elaborasi lebih unggul dari organisasi buku teks. Seperti telah dikemukakan dalam analisis landasan teoretik, bahwa model Elaborasi menggunakan urutan elaboratif, yang pola dasarnya bergerak dari umum-ke-rinci. Komponen strategi ini berupaya untuk menyediakan ideational scaffolding (Ausubel, 1968) atau anchoring knowledge (Reigeluth dan Stein, 1983) bagi isi yang lebih rinci yang dipelajari kemudian. Ini dilakukan dengan menampilkan sturktur konseptual (epitome) pada awal keseluruhan peristiwa pembelajaran. Dengan menggunakan konsepsi memory theorists (Quillian, 1968) epotome dapat berfungsi sebagai skemata bagi asimilasi konsep-konsep atau informasi baru.[11] Di sinilah sebenarnya letak kekuatan utama model Elaborasi. Penyajian epitome dapat bertindak sebagai unit konseptual yang serupa dengan skemata. Untuk belajar informasi verbal, seperti: fakta-fakta, nama-nama, epitome dapat berfungsi sebagai konteks bagi informasi-informasi yang lebih rinci.
Hal ini juga sejalan dengan dengan konsepsi Ausubel (1968) bahwa untuk belajar informasi baru diperlukan adanya struktur kognitif. Dalam model Elaborasi, epitome berperan sebagai skemata bagi informasi-informasi yang lebih rinci. Ini juga yang mungkin menyebabkan mengapa model Elaborasi lebih unggul dari pengorganisasian dengan buku teks. Penampilan pensintesis secara bertahap dalam model Elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk mengaitkan konsep- konsep yang dipelajari, dengan cara menunjukkan konteks suatu konsep dengan konsep lain yang lebih luas. Dengan cara seperti ini, pemahaman suatu konsep menjadi lebih dalam karena semua konsep dipelajari dalam konteksnya dengan konsep lain yang terkait.
Bila kaitan-kaitan antar konsep seperti ini tidak sengaja dirancang dalam pembelajaran, maka siswa membutuhkan waktu khusus untuk melakukannya sendiri sehingga pembelajaran menjadi tidak efisien. Lebih jauh dari itu, mungkin tidak semua siswa akan mampu melakukan kaitan-kaitan seperti itu. Dengan menyajikan pensintesis, masalah-masalah seperti ini dapat diperkecil, bahkan mungkin dapat ditiadakan. Penyajian epitome pada awal pembelajaran, dan pensintesis pada akhir pembelajaran, dan disertai lagi dengan penyajian rangkuman secara bertahap amat memperkokoh kehadiran model Elaborasi sebagai cara untuk mengorganisasi isi pembelajaran. Namun demikian, sejauh ini, strategi ini hanya tepat mempreskripsikan pengorganisasian ranah kognitif.[12]
c. Penelitian oleh Dengeng dan Sukarnyana
Penelitian berikutnya, dilaksanakan oleh Degeng dan Sukarnyana (1992; 1994), membandingkan keefektifan model Elaborasi ala Reigeluth, yang disebut sebagai model Elaborasi bertahap (MEB) dan model Elaborasi tuntas (MET) untuk meningkatkan perolehan belajar dan retensi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model Elaborasi bertahap kembali teruji lebih efektif dibandingkan dengan model Elaborasi tuntas, baik untuk meningkatkan perolehan belajar maupun untuk mempertahankan retensi. Keunggulan dari model Elaborasi bertahap tidak berinteraksi dengan variabel gaya kognitif dan motivasi berprestasi mahasiswa.
d. Penelitian oleh wedman dan Smith
Penelitian lainnya mengenai model Elaborasi, tercatat dilakukan oleh Wedman dan Smith (1989). Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh pembelajaran yang diorganisasi dengan hirarkhi belajar dan model Elaborasi pada hasil belajar mengingat dan menerapkan prinsip.[13] Enam puluh sembilan mahasiswa yang mengikuti matakuliah produksi media pendidikan mempelajari satu dari dua versi teks pembelajaran yang berkaitan dengan prinsip-prinsip fotografi. Satu versi diorganisasi dengan menggunakan preskripsi hirarkhi belajar, dan yang kedua menggunakan preskripsi model Elaborasi.
Ditemukan bahwa kedua kelompok tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Dikemukakan juga oleh peneliti bahwa teks untuk versi hirarkhi belajar lebih pendek dan membutuhkan waktu lebih singkat untuk menyelesaikannya. Jadi, perlu dipertanyakan tingkat efisiensi pembelajaran yang diorganisasi dengan presksripsi model Elaborasi. Lusiana (1992) dengan menggunakan konteks pembelajaran Bidang Studi Keperawatan, dan Anitah (1996) dengan menggunakan konteks pembelajaran Teori-Musik Dasar, kembali menyimpulkan bahwa model Elaborasi ala Reigeluth (Elaborasi bertahap) lebih efektif jika dibandingkan dengan model Elaborasi tuntas.
Dari temuan-temuan di atas, meskipun tidak semuanya menunjukkan hasil yang konsisten, cenderung dapat disimpulkan bahwa model Elaborasi efektif digunakan untuk mengorganisasi isi pembelajaran. Ketidakkonsistenan temuan mungkin terjadi, di samping karena model Elaborasi masih pada tahap pengembangan awal ketika diteliti, penelitian-penelitian tersebut memusatkan pada variabel yang berbeda.
Hanclosky (1986) dan Wedman dan Smith (1989) menggunakan acuan model Elaborasi yang baru dikembangkan, yaitu tahun 1979, di mana ada beberapa komponen strategi yang belum diintegrasikan. Degeng (1988, 1994) menggunakan acuan Reigeluth dan Stein (1986). Pada acuan ini, pengembangan model Elaborasi telah disertai dengan preskripsi yang lebih jelas mengenai setiap komponen strategi yang dilibatkannya. Acuan yang sama dengan Degeng juga dipakai oleh Lusiana dan Anitah, namun dengan konteks yang berbeda.
Reigeluth (1987) telah mengembangkan model teoretik Elaborasi ke dalam bentuk pembelajaran konkret. Akan lebih mendasar apabila penelitian-penelitian lanjutan mengenai model Elaborasi, diacukan pada cqntoh pengembangan yang telah dibuat I oleh pencetus model ini. Kini, sumber-sumber telah lebih banyak Itersedia. Penelitian lanjutan amat diharapkan agar model Elaborasi benar-benar dapat dijadikan preskripsi bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran tingkat makro.[14]
3. Komponen strategi teori Elaborasi
Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu:
a. Urutan Elaboratif untuk struktur utama pengajaran
Urutan elaboratif merupakan sesuatu yang khas dari sederhana ke rangkaian kompleks. Rangkaian elaborative dari sederhana ke rangkaian yng lebih kompleks dimana, Ide umum yang digambarkan tidak hanya meringkas ide yang ada, Penggambaran (epitome) dilakukan berdasarkan pada tipe materi tunggal.[15]
b. Urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran)
Urutan Prasyarat Belajar (learning prerequisite) berdasarkan pada struktur belajar (learning structure) atau hirarki belajar yang dikemukakan oleh Gagne (1968).[16] Struktur belajar adalah struktur yang menunjukkan fakta atau ide yang harus dipelajari sebelum mendapatkan ide yang baru. Hal itu menunjukkan adanya prerequisit pada suatu ide. Learning prerequisit dapat dianggap sebagai komponen kritis pada suatu masalah/ide. Komponen kritis pada prinsip tersebut adalah Konsep dan Perubahan hubungan.
c. Rangkuman (summarizer)
Rangkuman merupakan tinjauan kembali (review) terhadap apa yang dipelajari. Sebagai strategi teori Elaborasi rangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari, dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur atau prinsip yang diajarkan. Ada dua macam Rangkuman dalam teori Elaborasi :
- Rangkuman Internal (internal simmarizer), yang datang pada setiap akhir pelajaran dan hanya merangkum isi bidang studi yang telah dipelajari.
- Rangkuman Eksternal (withinset summarizer), diberikan setelah beberapa kali pelajaran, yang merangkum semua isi yang telah dipelajari dalam beberapa kali pelajaran tersebut.
d. Sintesa (syintherizer)
Pensintesis (synthesizer) adalah komponen teori Elaborasi yang berfungsi untuk menunjukkan kaitan-kaitan di antara konsep-konsep . Pensintesis penting karena akan memberikan sejumlah pengetahuan tentang keterkaiatan antar konsep, memudahkan pemahaman,meningkatkan kebermaknaan dengan menunjukkan konteks suatu konsep, memberikan pengaruh motivasional, serta meningkatkan retensi.[17] Dalam pembelajaran sangat penting menggabungkan dan menghubungkan materi/ide yang yang telah dipelajari seperti :
1) Memberikan macam-macam pengetahuan yang bernilai kepada pelajar
2) Memberikan fasilitas pengertian yang mendalam pada individu melalui perbandingan dan perbedaan.
3) Menambah efek motivasi dan keberartian pada pengetahuan baru .
4) Menambah ingatan dengan menambah kreasi yang berhubungan pengetahuan baru dan diantara pengetahuan baru dengan siswa yang relevan dengan pengetahuan sebelumnya.
Dalam teori Elaborasi, sintesa adalah strategi untuk menghubungkan dan menggabungkan kumpulan konsep, kumpulan prosedur, kumpulan prinsip.
e. Analogi
Analogi adalah komponen penting dalam pembelajaran karena mempermudah pemahaman dengan cara membandingkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dikenal mahasiswa,[18] Pemakaiannya lebih efektif apabila disampaikan di awal pembelajaran. Analogi menggambarkan kesamaan antara beberapa masalah/ide baru dengan yang sudah dikenal diluar materi yang diajarkan. Analogi menolong ketika ada masalah/ide yang sukar untuk dimengerti, dengan menghubungkan materi yang sukar dan belum kita kenal ke pengetahuan yang sudah dikenal tetapi diluar materi yang diajarkan.
f. Pengaktif strategi kognitif (Cognitive strategy activator)
Pembelajaran akan lebih efektif untuk memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak sadar menggunakan strategi kognitif yang relevan, karena bagaimana proses pemberian input pada siswa merupakan rangkaian yang penting dalam proses belajar. Strategi kognitif kadang-kadang dinamakan kecakapan umum yang meliputi kecakapan belajar dan kecakapan berfikir yang dapat digunakan secara menyeluruh pada materi, seperti mengkreasikan mental image dan mengenal analogi. Strategi kognitif dapat dan harus diaktifkan selama bepbelajaran[19]. Dua arti pada penyelesaian telah digambarkan Rigney (1978) sebagai berikut :
1) Pertama, pembelajaran dapat didesain dalam setiap cara untuk mendorong siswa menggunakan strategi kognitif khusus, seringkali tanpa disadari siswa dalam kenyataannya menggunakan strategi ini.Strategi ini meliputi pembelajaran dengan menggunakan gambar, diagram, mnemonic,analogy, dan peralatan yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan materi tertentu.
2) Bentuk kedua pada aktivator adalah strategi dimana secara langsung mempekerjakan strategi kognitif yang telah diperoleh sebelumnya.
g. Kontrol belajar (Siswa)
Siswa diberi kebebasan dalam hal seleksi dan mengurutkan :
1) Materi yang telah dipelajari
2) Peringkat yang akan dipelajari
3) Komponen strategi pembelajaran yang diseleksi dan urutan yang digunakan
4) Strategi kognitif khusus siswa yang mengerjakan ketika berhubungan dengan pembelajaran.
4. Metode Pembelajaran teori Elaborasi
Reigeluth menjelaskan bahwa “The Elaboration Theory of instruction was developed to provide holistic alternatives to the parts-to-whole sequencing and superficial coverage of content that have been so typical of both education and training over the past five to ten decades”. ”The Elaboration Theory is only intended for more complex tasks. It is based on the observation that complex cognitive tasks are done differently under different conditions, that each set of conditions defines a different version of the task, and than some of those versions are much more complex than others”. The Elaboration theory recocnizes two major kinds of domain expertise: Conceptual (understanding what) and Theoretical (understanding why). In their simplest form, these are concepts and principles, respectively, and in their more complex forms, they are conceptual knowledge structures (or concept maps) for ”understanding what” and both causal models and theoretical knowledge structures for ”understanding why”.[20]
Dari keterangan diatas dapat dipahami maksudnya yaitu Metode pembelajaran Elaborasi dikembangkan untuk memperoleh alternatif holistik kepada sebagian dari seluruh rangkaian dan kedangkalan cakupan sepuas-puasnya. Itu merupakan kekhasan dari pendidikan dan latihan yang telah berlangsung selama lima sampai sepuluh dekade. Metode pembelajaran Elaborasi hanya dimaksudkan untuk tugas-tugas yang lebih kompleks. Itu didasarkan atas observasi bahwa tugas kognitif yang kompleks berlaku berbeda pada kondisi yang berbeda pula, dimana seperangkat kondisi didasarkan pada bentuk tugas yang berbeda, dan beberapa bentuk akan lebih kompleks dari yang lain.
Metode pembelajaran Elaborasi terdiri atas dua jenis bagian besar dari daerah cakupan, yaitu cakupan konsep (memahami apa) dan cakupan teori (memahami mengapa). Dalam bentuk yang lebih sederhana, yakni konsep dan prinsip, keterbagian, dan dalam bentuk yang lebih kompleks, yakni struktur konsep pengetahuan (atau peta konsep) untuk memahami apa, dan kedua model sebabnya serta struktur teori pengetahuan untuk memahami mengapa.
Berdasarkan pernyataan tersebut, metode pembelajaran Elaborasi terdiri atas empat tipe urutan, satu jenis untuk setiap tipe dari empat tipe kecakapan. empat tipe tersebut diperlihatkan pada tabel berikut ini:
Jenis Kecakapan | Kecakapan Tugas Prosedural | Kecakapan Tugas Heuristik | Kecakapan Bidang Konsep | Kecakapan Bidang Teori |
Jenis Urutan | Prosedur SCM | Heuristik SCM | Konsep Elaborasi | Teori Elaborasi |
Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam memberikan materi pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Elaborasi, yaitu:
a. Menjelaskan satu topik materi, dimulai dari yang mendasar hingga mencapai pada kedalaman materi yang diinginkan dan dilanjutkan dengan menjelaskan topik materi yang lainnya dengan cara yang sama dengan sebelumnya.
b. Menjelaskan seluruh submateri secara keseluruhan, dari yang mendasar dan dilanjutkan kepada bagian submateri secara keseluruhan, hingga mencapai kedalaman materi yang diinginkan.
5. Prinsip-prinsip teori Elaborasi dalam pembelajaran
Pembelajaran yang dirancang berdasarkan Teori Elaborasi dijalankan dengan tujuh prinsip[21] yaitu:
a. Menyajikan kerangka mata kuliah pada fase atau pertemuan pertama
b. Bagian-bagian yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya diElaborasi secara bertahap
c. Bagian yang terpenting hendaknya diElaborasi pertama kali
d. Kedalaman dan keluasan Elaborasi hendaknya dilakukan secara optimal
e. Pensintesis hendaknya diberikan setelah setiap kali melakukan Elaborasi
f. Jenis pensintesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi mata kuliah
g. Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis
6. langkah-langkah pengajaran dengan model Elaborasi
Berpijak pada analogi tentang zoom-lens dan prinsip-prinsip yang mendasar, pada bagian berikut ini adalah langkah-langkah pengorganisasian pengajaran dengan menggunakan model Elaborasi, dan akan diterangkan dengan gambar diagram yaitu[22]:
a. Pengajaran dimulai dengan menyajikan kerangka isi struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang studi.
b. Elaborasi tahap pertama, yaitu mengElaborasi tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal).
c. Pada akhir Elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-kontruk yang diajarkan dalam Elaborasi.
d. Elaborasi tahap kedua. Setelah Elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan dengan kerangka isi, pengajaran diteruskan ke Elaborasi tahap kedua, yang mengElaborasi bagian pada Elaborasi tahap pertama dengan maksud membawa pebelajar pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pengajaran. Pada Elaborasi tahap kedua ini juga disertai rangkuman dan pensintesis internal.
e. Pemberian rangkuman. Pada akhir Elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti pada Elaborasi tahap pertama.
f. Setelah semua Elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk Elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya sesuai dengan kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pengajaran.
g. Pada tahap akhir pengajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.
A. PENUTUP
1. Simpulan
Menurut Reigeluth bahwa Teori Elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Elaborasi juga bermakna sebuah proses penambahan pengetahuan yang berhubungan pada informasi yang sedang dipelajari. Pembelajaran Elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau cerita
Pembelajaran Elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin Teori Elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada macro level.
Teori ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih compleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistimatis. Teori Elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada macro level. Teori ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak. Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya.
2. Implikasi
Pembelajaran Elaborasi sangat efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin Teori elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada makro level. Teori ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih kompleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistematis.
3. Saran
Dengan memahami secara baik tentang teori Elaborasi ini diharapkan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dapat menumbuhkembangkan kemampuan yang sudah ada dan tersusun dengan informasi-informasi yang dimiliki sebelumnya dan informasi-informasi baru yang didapatkan dari pembelajaran tersebut secara baik dan sistematis, kemudian peserta didik mampu menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari dengan struktur yang baik yang dilakukan dengan tahap-tahap, dari yang umum kepada yang lebih rinci, dengan demikian maka, hal ini akan menghasilkan pemahaman yang optimal sehingga mampu mewujudkannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Footnote
------------------
[1] Jeanne Ellis Ormrod, Educational Psychology: Developing Learners (Canada: Pearson Education, 2010), h. 124
[2] Charles. M. Reigeluth, Scope and Sequence Decisions for Quality Instruction, (U.S.A: Indiana University:, 1998) h. 310.
[3] C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional Design Theories and Models: An verview of Their Current Status (London: Routledge, 1983), hal. 342
[4] Ratna wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 59
[5] Nyoman Sudana Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable (Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN PTPLTK, 1989), h. 114
[6] Jeanne Ellis Ormrod, Essentials of educational psychology (University of Virginia: Pearson Merrill Prentice Hall, 2006), h. 65
[7] Papalia, Human Development (India: McGraw-Hill Education, 2004), h. 122
[8] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 195
[9] Ibid,.
[10] Ibid,.
[11] Ibid., h. 195-196
[12] Ibid,.
[13] Ibid., h. 197
[14] Ibid., h. 197-198
[15] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 114-115
[16] Ibid., h. 116
[17] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 117
[18] Reigeluth, C.M. dan Stein, F.S., The Elaboration Theory of Instructional, Dalam C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional – Design Theories and Models: An verview of Their Current Status (London: Routledge, 1983)
[19] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 119
[20] C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional Design Theories and Models: An verview of Their Current Status , hal. 382
[21] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 122-124
[22] Ibid., h. 125
[23] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 126
[24] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 127
DAFTAR PUSTAKA
- Dahar, Ratna wilis, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga, 1989
- Degeng, Nyoman Sudana, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN PTPLTK, 1989
- DePorter & Hernacki, Quantum Learning. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Kaifa, 2002
- Elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi, (http.www.gurupembaharu.com), diakses 2 Januari 2012
- M. Reigeluth, Charles, Scope and Sequence Decisions for Quality Instruction, Indiana University: U.S.A, 1998
- -----------------(Ed.), Instuctional Design Theories and Models: An verview of Their Current Status, London: Routledge, 1983
- Meier, The Acceletated Learning Hand Book: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Terjemahan Rohmaini Astuti, Bandung: Kaifa, 2002.
- Ormrod, Jeanne Ellis, Essentials of educational psychology, University of Virginia: Pearson Merrill Prentice Hall, 2006
- -------------------------, Educational Psychology: Developing Learners, Canada: Pearson Education, 2010
- Papalia, Human Development, India: McGraw-Hill Education, 2004
Footnote
------------------
[1] Jeanne Ellis Ormrod, Educational Psychology: Developing Learners (Canada: Pearson Education, 2010), h. 124
[2] Charles. M. Reigeluth, Scope and Sequence Decisions for Quality Instruction, (U.S.A: Indiana University:, 1998) h. 310.
[3] C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional Design Theories and Models: An verview of Their Current Status (London: Routledge, 1983), hal. 342
[4] Ratna wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 59
[5] Nyoman Sudana Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable (Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN PTPLTK, 1989), h. 114
[6] Jeanne Ellis Ormrod, Essentials of educational psychology (University of Virginia: Pearson Merrill Prentice Hall, 2006), h. 65
[7] Papalia, Human Development (India: McGraw-Hill Education, 2004), h. 122
[8] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 195
[9] Ibid,.
[10] Ibid,.
[11] Ibid., h. 195-196
[12] Ibid,.
[13] Ibid., h. 197
[14] Ibid., h. 197-198
[15] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 114-115
[16] Ibid., h. 116
[17] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 117
[18] Reigeluth, C.M. dan Stein, F.S., The Elaboration Theory of Instructional, Dalam C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional – Design Theories and Models: An verview of Their Current Status (London: Routledge, 1983)
[19] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 119
[20] C.M. Reigeluth (Ed.), Instuctional Design Theories and Models: An verview of Their Current Status , hal. 382
[21] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 122-124
[22] Ibid., h. 125
[23] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 126
[24] Degeng, Ilmu Pengejaran Taksonomi Variable, h. 127