Perkembangan Pemikiran Islam telah sampailah kepada era evolusi, dimana pendidikan sebagai ajang pergulatan intelual, hal tersebut menandakan bahwa dunia Islam telah menunjukkan keprihatinannya, terutama pada persolan pendidikan. Konferensi Dunia dalam menganalis Pendidikan Islam Se-Dunia merupakan pembahasan singkat di makalah ini.
Perkembangan pendidikan Islam secara histories bergulir setahap demi-demi setahap yang diantaranya: (a).Perenial-essensial salafi (b).Perenial-essensial mazhabi (c).Tipologi moderenis (d).Perenial-essensialis kontektual-falsafi (e).Rekonstruksi social.[1] Konferensi pertama yang diadakan di Arab Saudi yaitu di kota Mekkah mulai dari tanggal 31 Maret sampai 08 April 1977, yang di panitia oleh Universitas King Abdul Aziz, dimana para konferensi ini sebagai ajang tempat berkumpulnya kaum intelektual untuk membahas pendidikan Islam kedepan[2]
Tujuan pendidikan Islam sebagai proses dalam mewujudkan "manusia yang baik dan benar" dan berbakti kepada Allah Swt dalam pengertian yang sebenarnya adalah sebuah khittah yang wajib dilaksanakan oleh manusia. Dan pada konferensi ini berusaha merumuskan konsep pendidikan Islam tentang ilmu pengetahuan sebagai penjembatan antara pengetahuan teoritis, empiris atau ilmu terapan yang berfungsi sebagai penetralisir. Esensi pendidikan Islam yang mempunyai konsep secara umum jelas mendukung system pendidikan yang masih bersifat sendiri, unik dan khusus dan kesemuanya bersumber pada konsep pendidikan yang terdiri dari:
Wahyu illahi yang mengandung ajaran Allah Swt, yang mengatur tata cara kehidupan social Intelek manusia dan perangkatnya yang tetap berada dalam hubungan timbal balik dengan alam semesta sebagai daerah kebebasan manusia tetapi tetap pada koridor ketentuan Allah Swt.
Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan tetap berkonsepkan, bagaimana mencapai target menumbuhkan kepribadian manusia yang menyeluruh serta seimbang melalui terapi jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan inderawi.[3]
Pengelempokan pengetahuan dihasilkan menjadi dua macam yang antara lain adalah: pertama, pengetahuan abadi yang didalamnya mempunyai kurikulum dan silabus yaitu al-Qur'an, studi syari'ah, sejarah kebudayaan sebagai dasar pembentukan jiwa muslim dan beretika, lumbung beserta konsep-kensepnyadan pengetahuan, kedua yang diperoleh yaitu tentang sastra, seni dan keterampilan, ilmu-ilmu social, ilmu-ilmu terapan sebagai wujud pengembangan aliran kritik sastra Islam yang berorientasi kepada asas-asas Islam pada kaedah penilaian pemikiran Islam.
Pendidikan dan Masyarakat: Pendidikan non-formal
Pada konferensi ini mengangkat tentang program media massa, arsitektur, perencanaan kota/suasana islami sebagai pengembangan pendidikan Islam yang berbasis komukasi dan kontruksi. Rekomendasi ini sanagt mempermudah dalam memberikan contoh dan perbandingan dengan pendidikan yang ada diluar Islam.
Pendidikan guru dan penerimaan guru juga diangkat dalam konferensi ini, karena seorang guru Muslim perlu dilatih sungguh-sungguh agar ide-ide konsep mereka diilhami oleh yang sejati dan cara beretika mereka sesuai dengan mahkluk social yang berazaskan kosep Islam. Pendidikan wanita juga ditempatkan pada tataran emansipasi yang artinya tidak ada dikotomi pendidikan laki-laki dan wanita. Pendidikan kaum disturkrisasikan melalui lembaga pendidikan di Mesjid-mesjid dan melaksankan kegiatan-kegiatan yang berbau keislaman.[4]
Footnote
-------------------------
[1] Muhaimin,Arah baru Pengembangan Pendidikan Islam(Bnadung:Nuansa Cendikia, 2003),h.48
[2] Thaha Jabir al-Ulwani,al Azmatu al Fikriyatu al-Mu'asaratu.terj.Zarkasyi Chumaidy(Bandung:Sinar Baru Elgesindo, 1995),h.47
[3] Ibid,h.57
[4] Ali Ashraf,Horison Baru Pendidikan Islam. terj.Sori Sormin Siregar.cet.1(Jakarta:Pustaka Firdaus, 1989),h.105-114
Perkembangan pendidikan Islam secara histories bergulir setahap demi-demi setahap yang diantaranya: (a).Perenial-essensial salafi (b).Perenial-essensial mazhabi (c).Tipologi moderenis (d).Perenial-essensialis kontektual-falsafi (e).Rekonstruksi social.[1] Konferensi pertama yang diadakan di Arab Saudi yaitu di kota Mekkah mulai dari tanggal 31 Maret sampai 08 April 1977, yang di panitia oleh Universitas King Abdul Aziz, dimana para konferensi ini sebagai ajang tempat berkumpulnya kaum intelektual untuk membahas pendidikan Islam kedepan[2]
Tujuan pendidikan Islam sebagai proses dalam mewujudkan "manusia yang baik dan benar" dan berbakti kepada Allah Swt dalam pengertian yang sebenarnya adalah sebuah khittah yang wajib dilaksanakan oleh manusia. Dan pada konferensi ini berusaha merumuskan konsep pendidikan Islam tentang ilmu pengetahuan sebagai penjembatan antara pengetahuan teoritis, empiris atau ilmu terapan yang berfungsi sebagai penetralisir. Esensi pendidikan Islam yang mempunyai konsep secara umum jelas mendukung system pendidikan yang masih bersifat sendiri, unik dan khusus dan kesemuanya bersumber pada konsep pendidikan yang terdiri dari:
Wahyu illahi yang mengandung ajaran Allah Swt, yang mengatur tata cara kehidupan social Intelek manusia dan perangkatnya yang tetap berada dalam hubungan timbal balik dengan alam semesta sebagai daerah kebebasan manusia tetapi tetap pada koridor ketentuan Allah Swt.
Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan tetap berkonsepkan, bagaimana mencapai target menumbuhkan kepribadian manusia yang menyeluruh serta seimbang melalui terapi jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan dan inderawi.[3]
Pengelempokan pengetahuan dihasilkan menjadi dua macam yang antara lain adalah: pertama, pengetahuan abadi yang didalamnya mempunyai kurikulum dan silabus yaitu al-Qur'an, studi syari'ah, sejarah kebudayaan sebagai dasar pembentukan jiwa muslim dan beretika, lumbung beserta konsep-kensepnyadan pengetahuan, kedua yang diperoleh yaitu tentang sastra, seni dan keterampilan, ilmu-ilmu social, ilmu-ilmu terapan sebagai wujud pengembangan aliran kritik sastra Islam yang berorientasi kepada asas-asas Islam pada kaedah penilaian pemikiran Islam.
Pendidikan dan Masyarakat: Pendidikan non-formal
Pada konferensi ini mengangkat tentang program media massa, arsitektur, perencanaan kota/suasana islami sebagai pengembangan pendidikan Islam yang berbasis komukasi dan kontruksi. Rekomendasi ini sanagt mempermudah dalam memberikan contoh dan perbandingan dengan pendidikan yang ada diluar Islam.
Pendidikan guru dan penerimaan guru juga diangkat dalam konferensi ini, karena seorang guru Muslim perlu dilatih sungguh-sungguh agar ide-ide konsep mereka diilhami oleh yang sejati dan cara beretika mereka sesuai dengan mahkluk social yang berazaskan kosep Islam. Pendidikan wanita juga ditempatkan pada tataran emansipasi yang artinya tidak ada dikotomi pendidikan laki-laki dan wanita. Pendidikan kaum disturkrisasikan melalui lembaga pendidikan di Mesjid-mesjid dan melaksankan kegiatan-kegiatan yang berbau keislaman.[4]
Footnote
-------------------------
[1] Muhaimin,Arah baru Pengembangan Pendidikan Islam(Bnadung:Nuansa Cendikia, 2003),h.48
[2] Thaha Jabir al-Ulwani,al Azmatu al Fikriyatu al-Mu'asaratu.terj.Zarkasyi Chumaidy(Bandung:Sinar Baru Elgesindo, 1995),h.47
[3] Ibid,h.57
[4] Ali Ashraf,Horison Baru Pendidikan Islam. terj.Sori Sormin Siregar.cet.1(Jakarta:Pustaka Firdaus, 1989),h.105-114