Peralihan kekuasaan dari Dinasty Umayyah ke Dinasty Abbasiyah adalah sebuah peralihan yang signikan, dimana pemerintahan Umayyah yang identik dengan nepotismenya berubah kearah monarki (Abbasiyah). Perubahan ini tentunya menuju keraha yang lebih baik, yaitu dalam perguliran sejarah Islam, pada Dinasty Abbasiyahlah peradaban Islam terlihat sangat mengagumkan yaitu masa keemasan (golden age)[1], tepatnya pada masa al- Rasyid dan al-Makmun.[2]
Keberhasilan itu tidak terlepas dari para pemikir-pemikir Islam yang ada di lembaga pendidikan dan lembaga pemerintahan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesar ketika itu disebabkan terjadinya pergesekan budaya Timur dan Barat. Dimasa pemerintahan al-Makmun, pemikir-pemikir Islam telah membuktikannya dengan melahirkan beberapa keilmuan, termasuk ilmu Matematika, Kedokteran, Astronomi dan Filsafat sebagai gudang insprasi.[3]
198-813 H awal dan akhir pemerintahan al-Makmun, telah membukakan mata Barat bahwa Islam ketika itu adalah sebuah peradaban yang sangat diperhitungkan dalam dunia Internasional, beliau mendatangkan para ilmuan baik dari Timur ataupun Barat untuk berkarya di Bagdhad. Hasilnya perkembangan keilmuan bergulir dengan derasnya, Baitul Hikmah sebagai lembaga pendidikan Islam berperan sebagai Institusi pendidikan dan membidani kelahiran ilmu-ilmu agama dan dunia.[4]
Pesatnya perkembangan pendidikan dimasa al-Makmun yang diprakarsai oleh pemikir-pemikir Islam dan non-Islam bukan hanya membidani kelahiran teori-teori baru dalam keilmuan, disamping pendidikan non-formal yang berkembang,[5] pendidikan formal juga digagas, bukti pemikir-pemikir turut menginstruksikan kepada pemerintah agar mendirikan infra-struktur sebagai lembaga institusi pendidikan, agar peserta didik dan peserta ajar dapat mengajar dan mengkaji ilmu-ilmu pada tempat-pempat yang menurut mereka lebih terkonsentrasi.[6] Alhasil perkembangan pendidikan Islam ketika itu mendirikan bangunan-bangunan dan mensistimatiskan starata pendidikan yaitu dengan beberapa tingkatan sebagai berikut :
Materi pelajarannya masih bersifat pendidikan agama seperti membaca al-Qur'an, tata cara berwudhu, puasa dll. Tingkat sekolah menengah yaitu bertempat di Mesjid dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan, dan tingkat menengah ini sebagai lanjutan dari pendidikan yang kuttab. Pada tingkat ini pelajaran yangdisampaikan sudah berbentuk kesusastraan yang bukan hanya membaca tetapi sudah memahami arti dari bahasa Arab (al-Qur'an) yaitu seperti ilu balaghah, tafsir, nahu dll. Tingkat pergurun tinggi, seperti Baitul Hikmah di Bagdhad dan Darul 'Ilmi di Mesir(Kairo), dan Mesjid-mesjid
Pada tingkat ini terdiri dari dua jurusan :
Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab (ilmu Naqliyah) seperti :tafsir, hadist, fiqh, nahu, mantiq, falaq, tarikh dll. Jurusan ilmu-ilmu aqliyah, seperti : mantiq, ilmu-ilmu alam (kimia, musik ilmu-ilmu alam, kedokteran, musik, estetika, tumbu-tumbuhan, ilmu hewan).[7]
-----------------------------
[1]Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah,cet.4.(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1995).h.52
[2]Hasan Bakti,Dirasah Islamiyah(Medan:Media Persada, 1995),h.11
[3]Yatim,Sejarah Peradaban Islam,h.53
[4]K.Ali, Sejarah:Tarikh Pramodrent,ed.1.cet.4.(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003)..h,385
[5]Zuhairi dkk,Sejarah Pendidikan Islam(Jakata:Bumi Aksara, 2004),h.100
[6]Mahmud Yunus,Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta:Hidakarya Agung, 1981,h.48
[7]Lembaga pendidikan Islam yang bersifat non-formal ini terus-menrus mengalami kemajuan dan akhirnya timbul sekolah(Madrasah) pada masa ke-Khalifahan Abbasiyah, berdirinya lembaga pendidikan itu dipengaruhi oleh lembaga pendidikan yang non-formal seperti metode halaqah yaitu system pendidikan yang didalamnya terjadi diskusi keilmuan dan perdebatan yang ramai dan sering mengganggu orang yang sedang beribadah di Mesjid dan atas keadaan tersebut lembaga pendidikan yang sifanya halaqah dipindahkan dan dibuatlah sebuah tempat yang disebut dengan Mad rasah dan karena semakin berkembangnya pendidikan Islam maka sangatlah perlu mendirikan tempat yang dikhsuskan untuk tempat proses pendidikan yang formal.
Keberhasilan itu tidak terlepas dari para pemikir-pemikir Islam yang ada di lembaga pendidikan dan lembaga pemerintahan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesar ketika itu disebabkan terjadinya pergesekan budaya Timur dan Barat. Dimasa pemerintahan al-Makmun, pemikir-pemikir Islam telah membuktikannya dengan melahirkan beberapa keilmuan, termasuk ilmu Matematika, Kedokteran, Astronomi dan Filsafat sebagai gudang insprasi.[3]
198-813 H awal dan akhir pemerintahan al-Makmun, telah membukakan mata Barat bahwa Islam ketika itu adalah sebuah peradaban yang sangat diperhitungkan dalam dunia Internasional, beliau mendatangkan para ilmuan baik dari Timur ataupun Barat untuk berkarya di Bagdhad. Hasilnya perkembangan keilmuan bergulir dengan derasnya, Baitul Hikmah sebagai lembaga pendidikan Islam berperan sebagai Institusi pendidikan dan membidani kelahiran ilmu-ilmu agama dan dunia.[4]
Pesatnya perkembangan pendidikan dimasa al-Makmun yang diprakarsai oleh pemikir-pemikir Islam dan non-Islam bukan hanya membidani kelahiran teori-teori baru dalam keilmuan, disamping pendidikan non-formal yang berkembang,[5] pendidikan formal juga digagas, bukti pemikir-pemikir turut menginstruksikan kepada pemerintah agar mendirikan infra-struktur sebagai lembaga institusi pendidikan, agar peserta didik dan peserta ajar dapat mengajar dan mengkaji ilmu-ilmu pada tempat-pempat yang menurut mereka lebih terkonsentrasi.[6] Alhasil perkembangan pendidikan Islam ketika itu mendirikan bangunan-bangunan dan mensistimatiskan starata pendidikan yaitu dengan beberapa tingkatan sebagai berikut :
- Tingkat sekolah rendah,
- namanya kuttab berfungsi sebagai tempat belajar anak-anak baik didalam rumah,
- istana,
- di toko-toko,
- pinggiran pasar.
Materi pelajarannya masih bersifat pendidikan agama seperti membaca al-Qur'an, tata cara berwudhu, puasa dll. Tingkat sekolah menengah yaitu bertempat di Mesjid dan majelis sastra dan ilmu pengetahuan, dan tingkat menengah ini sebagai lanjutan dari pendidikan yang kuttab. Pada tingkat ini pelajaran yangdisampaikan sudah berbentuk kesusastraan yang bukan hanya membaca tetapi sudah memahami arti dari bahasa Arab (al-Qur'an) yaitu seperti ilu balaghah, tafsir, nahu dll. Tingkat pergurun tinggi, seperti Baitul Hikmah di Bagdhad dan Darul 'Ilmi di Mesir(Kairo), dan Mesjid-mesjid
Pada tingkat ini terdiri dari dua jurusan :
Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab (ilmu Naqliyah) seperti :tafsir, hadist, fiqh, nahu, mantiq, falaq, tarikh dll. Jurusan ilmu-ilmu aqliyah, seperti : mantiq, ilmu-ilmu alam (kimia, musik ilmu-ilmu alam, kedokteran, musik, estetika, tumbu-tumbuhan, ilmu hewan).[7]
-----------------------------
[1]Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah,cet.4.(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1995).h.52
[2]Hasan Bakti,Dirasah Islamiyah(Medan:Media Persada, 1995),h.11
[3]Yatim,Sejarah Peradaban Islam,h.53
[4]K.Ali, Sejarah:Tarikh Pramodrent,ed.1.cet.4.(Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003)..h,385
[5]Zuhairi dkk,Sejarah Pendidikan Islam(Jakata:Bumi Aksara, 2004),h.100
[6]Mahmud Yunus,Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta:Hidakarya Agung, 1981,h.48
[7]Lembaga pendidikan Islam yang bersifat non-formal ini terus-menrus mengalami kemajuan dan akhirnya timbul sekolah(Madrasah) pada masa ke-Khalifahan Abbasiyah, berdirinya lembaga pendidikan itu dipengaruhi oleh lembaga pendidikan yang non-formal seperti metode halaqah yaitu system pendidikan yang didalamnya terjadi diskusi keilmuan dan perdebatan yang ramai dan sering mengganggu orang yang sedang beribadah di Mesjid dan atas keadaan tersebut lembaga pendidikan yang sifanya halaqah dipindahkan dan dibuatlah sebuah tempat yang disebut dengan Mad rasah dan karena semakin berkembangnya pendidikan Islam maka sangatlah perlu mendirikan tempat yang dikhsuskan untuk tempat proses pendidikan yang formal.