BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Konsep Teknologi dalam Ilmu Komunikasi
PENDAHULUAN
Makalah Konsep Teknologi dalam Ilmu Komunikasi
Ilmu Komunikasi dalam ruang lingkup ilmu-ilmu sosial tergolong “berusia muda”. Ilmu Komunikasi muncul sebagai salah satu disiplin ilmu setelah disiplin-disiplin lain berkembang lebih dulu, seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan ilmu administrasi. Ilmu jurnalistik/publisistik yang sekarang justru menjadi bagian dari Ilmu Komunikasi bahkan berkembang jauh lebih dulu daripada Ilmu Komunikasi itu sendiri. Di Indonesia, Ilmu Publisistik bahkan sudah ada sebelum kemerdekaan negara ini. Pers telah cukup berkembang, hingga tingkat-tingkat daerah, jauh sebelum kemerdekaan. Di Eropa dan Amerika pun pers telah ada sejak awal-awal abad ke-18 seiring dengan semakin berkembangnya teknologi percetakan. Seiring berkembang-pesatnya teknologi cetak dan kemudian juga teknologi elektronika dan informatika, maka pers semakin maju berkembang. Ilmu tentang Publisistik ini kemudian dipahami sebagai Ilmu Komunikasi Massa, yang hingga saat ini juga dianggap sebagai bagian dari Ilmu Komunikasi.
Ilmu Komunikasi cukup “beruntung”, karena pertumbuhannya sangat pesat dan diminati banyak orang. Ilmu Komunikasi, yang sebenarnya merupakan cabang dari Ilmu-ilmu Sosial, saat ini seolah-olah berdiri sendiri tanpa ter-dependensi dalam Sekolah atau Fakultas Ilmu Sosial. Di beberapa perguruan tinggi, seperti di Universitas Padjajaran dan Universitas Mercubuana, Ilmu Komunikasi berdiri sebagai sebuah fakultas (Fakultas Ilmu Komunikasi), sejajar dengan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik. Ini menandakan bahwa Ilmu Komunikasi sangat diminati oleh masyarakat. Kemajuan industri dalam bidang komunikasi memungkinkan terbuka-lebarnya peluang kerja dan usaha. Seiring tumbuh-pesatnya teknologi elektronika dan informatika, bidang komunikasi semakin mengkokohkan posisinya di dunia kerja dan usaha. Bukan saja dalam industri pers, tetapi peluang kerja dan usaha sangat terbuka dalam industri kehumasan (public relation), komunikasi pemasaran (marketing communication), penyiaran (broadcasting), komunikasi visual/desain, hingga periklanan (advertising). Semua bidang yang disebutkan di atas dipelajari di Fakultas Ilmu Komunikasi atau Jurusan Ilmu Komunikasi di berbagai universitas, sekolah tinggi, hingga pusat-pusat pelatihan/kursus.
Teknologi Komunikasi adalah salah satu mata kuliah yang diberikan di Fakultas/Jurusan Ilmu Komunikasi. Mata kuliah ini tergolong mata kuliah umum keahlian, karena diikuti oleh semua mahasiswa Fakultas/Jurusan Ilmu Komunikasi, baik itu dari sub-jurusan/pengkhususan komunikasi pemasaran, kehumasan, penyiaran, maupun komunikasi visual. Yang dibahas dalam mata kuliah ini adalah pemahaman atas konsep-konsep teknologi serta perkembangan teknologi, khususnya teknologi yang digunakan untuk memudahkan proses komunikasi. Penekanan mata kuliah ini bukanlah pada sisi teknis terhadap teknologi, melainkan pada fenomena-fenomena sosial dari teknologi. Kita patut menyadari bahwa perkuliahan ini masih berada dalam koridor ilmu-ilmu sosial, bukan ilmu-ilmu teknik. Dengan demikian, konsep-konsep ilmu sosial dan pembahasan tentang dampak media dan teknologi akan mendominasi pembahasan dan diskusi dalam perkuliahan ini. Meskipun demikian, sedikit persinggungan terhadap istilah-istilah teknis tidak dapat dihindari, terutama pada saat kita memasuki pembahasan tentang media-media transmisi, telekomunikasi, dan komputer.
A. Pengertian tentang Konsep Teknologi
Beraneka-ragam definisi tentang teknologi disampaikan oleh para peneliti maupun praktisi. Cara pandang dan latar-belakang masing-masing orang dapat mempengaruhi definisi yang dihasilkan. Prof. Dr. Kusmayanto Kadiman (mantan Rektor Institut Teknologi Bandung dan Menteri Riset dan Teknologi RI pada era Kabinet Presidan Susilo Bambang Yudhoyono) dalam suatu kesempatan wawancara (2005) menyebut teknologi sebagai hasil budaya manusia dengan memperhatikan unsur-unsur sains (science), rekayasa (engineering), seni (art), dan nilai-nilai ekonomis (economic). Prof. Kadiman merinci keempat unsur tersebut mengingat setiap produk teknologi perlu terkait dengan keempat unsur tersebut. Sebuah alat komunikasi, seperti halnya telepon genggam (handphone) dibuat atas dasar keempat unsur tadi. Telepon genggam bisa terhubung dengan jaringan berkat penemuan akan adanya media gelombang pendek. Inilah yang dimaksud dengan unsur sains. Microchip dan baterai dalam telepon genggam membuat telepon hidup dan dapat digunakan. Itulah yang dimaksud dengan unsur perekayasaan. Telepon genggam bentuknya cantik dan menarik, sehingga diminati masyarakat. Demikian yang dimaksud dengan unsur seni. Harga sebuah telepon pun bisa semakin terjangkau konsumen berkat perhitungan ekonomi. Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri atas dasar empat unsum tersebut, yaitu Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam (sains), ilmu perekayasaan (teknik/engineering), seni dan desain, serta ekonomi.
Ensiklopedi on-line di internet, Wikipedia, memberi definisi teknologi secara umum, yaitu segala yang berkaitan dengan pertukangan. Yang dimaksud dengan pertukangan di sini adalah pengembangan, proses, dan aplikasi dari alat, mesin, serta material untuk tujuan menolong manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah. Kata “teknologi” sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Meskipun demikian, penemuan yang sangat lama seperti roda juga disebut sebuah teknologi.
Tujuan akhir teknologi adalah tercapainya kemudahan urusan bagi manusia. Aspek inilah yang sangat ditekankan oleh Arnold Pacey (2000) dalam bukunya yang terkenal, yaitu the Culture of Technology. Menurut Pacey, teknologi merupakan sarana pengembangan nilai-nilai dan kualitas hidup masyarakat. Teknologi hanya sarana atau alat. Ia mencontohkan kegunaan teknologi snowmobile di Amerika Utara, pompa air di perkampungan di India, hingga teknologi elektronik di Inggris Raya. Masing-masing teknologi tersebut merupakan alat-alat praktis untuk kehidupan masyarakat di sana.
B. Aspek penerapan teknologi
Tiga aspek penerapan teknologi, menurut Pacey, adalah:
1. Aspek budaya (cultural aspect)
Teknologi bertujuan untuk mengembangkan budaya, bukan malah melenyapkannya. Bila teknologi perang menghasilkan bom yang memusnahkan manusia dan hasil-hasil budaya manusia, maka teknologi semcam ini tidaklah memperhatikan aspek pengembangan budaya.
2. Aspek organisasi (organizational aspect)
Perkembangan teknologi akan sangat dipengaruhi oleh sisi kerjasama masyarakat dalam hal kehidupan sosial-masyarakat, kegiatan berekonomi, dan kegiatan berpolitik.
3. Aspek teknis (technical aspect)
Teknologi berkembangan dengan adanya pengetahuan (knowledge), kecakapan bekerja (skill), dan perekayaasaan (engineering/technic) yang dikuasai oleh manusia.
C. Peradaban, Kebudayaan, dan Teknologi
Para penganut faham saintologi mempercayai bahwa ada makhluk atau kekuatan di luar angkasa yang memiliki teknologi tinggi. Kepercayaan mereka akan adanya makhluk asing dari luar angkasa (alien) dan UFO (unidentified flying object) membuat mereka yakin bahwa manusia bukanlah satu-satunya penghasil teknologi. Bahkan mereka meyakini bahwa teknologi alien jauh lebih maju dari teknologi manusia. Lebih lagi mereka yakin bahwa kehidupan manusia di bumi diawasi atau dikendalikan oleh alien. Pemahaman seperti ini lebih kita pahami sebagai semacam dogma atau bahkan menjurus pada pemahaman semacam agama tersendiri dan tidak cocok untuk dikatakan sebagai sains. Tidak ada bukti atau setidaknya tidak ada bukti kuat yang menunjukkan hal itu hingga saat ini, meskipun kemungkinan adanya makhluk dari tata surya lain bisa saja terjadi. Akan tetapi, bila kita bicara dalam tatanan kehidupan bumi, maka kita bisa sepakati bahwa hanya manusia yang memiliki teknologi.
Bukan hanya teknologi, melainkan peradaban dan kebudayaan juga dianggap sebagai ekslusif milik manusia di bumi. Perdaban (civilization) hanya ada pada kehidupan manusia.. Kebudayaan (culture) sebagai hasil dari peradaban juga eksklusif di bumi ini sebagi milik manusia. Makhluk lain, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan diyakini tidak memiliki peradaban maupun kebudayaan. Pembicaraan mengenai peradaban dan kebudayaan akan dirinci lagi dalam pembahasan lanjutan.
Teknologi adalah produk dari kebudayaan manusia. Kemajuan Teknologi seringkali dijadikan indikator kemajuan budaya suatu bangsa. Negara yang banyak membuat inovasi dalam teknologi komputer dianggap memiliki kebudayaan yang tinggi. Suatu negara saat ini disebut modern bila menghasilkan banyak teknologi. Pada umumnya teknologi lahir dari pattern of behavior (pola perilaku) suatu bangsa atau seseorang yang selalu berharap mencapai kemajuan (memiliki need of achievement). Sedangkan orang atau bangsa yang terbelakang dan berharap pada “uluran tangan” bangsa lain (need for affiliation) dianggap akan sulit menghasilkan teknologi. Demikianlah pandangan dari penganut persfektif modernisasi. Penganut paham ini yakin bahwa suatu bangsa secara perlahan akan bisa menjadi modern bila mampu mengadaptasi dan menghasilkan teknologi.
Pandangan di atas memang jelas berasal dari sudut pandang bangsa barat yang saat ini menguasai sains dan teknologi. Bahkan negara dunia ketiga disarankan bisa belajar dari negara maju dengan melakukan cultural borrowing yang berarti meminjam kebudayaan negara-negara maju atau dalam arti lain dipahami sebagai alih-teknologi. Pada kenyataannya sulit bagi negara berkembang untuk melakukan alih-teknologi. Yang terjadi kebanyakan bangsa berkembang hanya menjadi operator teknologi. Meski demikian, kita bisa lihat bahwa umumnya saat ini ‘dunia” menilai kemajuan budaya dengan indikator penguasaan teknologi.
Dalam perfesktif fungsionalisme, bangsa berkembang akan menuju modernisme (baca: menguasai teknologi) asalkan berinteraksi langsung dengan negara-negara maju. Sayangnya yang banyak terjadi, negara-negara maju menjadikan negara-negara berkembang semakin bergantung (dependen) pada mereka. Inilah yang seringkali menimbulkan krisis hubungan antarnegara di dunia. Para pemikir kebudayaan mengkritik hal tersebut dan beranggapan bahwa interaksi tetap perlu terjadi, tetapi dependensi terhadap negara-negara maju seharusnya dihindari. Para pemikir kebudayaan yakin bahwa setiap orang atau tiap bangsa bisa menghasilkan teknologi, karena pada dasarnya setiap manusia diberi potensi yang sama oleh Sang Pencipta, yaitu berupa potensi otak dan hati-nurani.
Ilmu Komunikasi cukup “beruntung”, karena pertumbuhannya sangat pesat dan diminati banyak orang. Ilmu Komunikasi, yang sebenarnya merupakan cabang dari Ilmu-ilmu Sosial, saat ini seolah-olah berdiri sendiri tanpa ter-dependensi dalam Sekolah atau Fakultas Ilmu Sosial. Di beberapa perguruan tinggi, seperti di Universitas Padjajaran dan Universitas Mercubuana, Ilmu Komunikasi berdiri sebagai sebuah fakultas (Fakultas Ilmu Komunikasi), sejajar dengan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik. Ini menandakan bahwa Ilmu Komunikasi sangat diminati oleh masyarakat. Kemajuan industri dalam bidang komunikasi memungkinkan terbuka-lebarnya peluang kerja dan usaha. Seiring tumbuh-pesatnya teknologi elektronika dan informatika, bidang komunikasi semakin mengkokohkan posisinya di dunia kerja dan usaha. Bukan saja dalam industri pers, tetapi peluang kerja dan usaha sangat terbuka dalam industri kehumasan (public relation), komunikasi pemasaran (marketing communication), penyiaran (broadcasting), komunikasi visual/desain, hingga periklanan (advertising). Semua bidang yang disebutkan di atas dipelajari di Fakultas Ilmu Komunikasi atau Jurusan Ilmu Komunikasi di berbagai universitas, sekolah tinggi, hingga pusat-pusat pelatihan/kursus.
Teknologi Komunikasi adalah salah satu mata kuliah yang diberikan di Fakultas/Jurusan Ilmu Komunikasi. Mata kuliah ini tergolong mata kuliah umum keahlian, karena diikuti oleh semua mahasiswa Fakultas/Jurusan Ilmu Komunikasi, baik itu dari sub-jurusan/pengkhususan komunikasi pemasaran, kehumasan, penyiaran, maupun komunikasi visual. Yang dibahas dalam mata kuliah ini adalah pemahaman atas konsep-konsep teknologi serta perkembangan teknologi, khususnya teknologi yang digunakan untuk memudahkan proses komunikasi. Penekanan mata kuliah ini bukanlah pada sisi teknis terhadap teknologi, melainkan pada fenomena-fenomena sosial dari teknologi. Kita patut menyadari bahwa perkuliahan ini masih berada dalam koridor ilmu-ilmu sosial, bukan ilmu-ilmu teknik. Dengan demikian, konsep-konsep ilmu sosial dan pembahasan tentang dampak media dan teknologi akan mendominasi pembahasan dan diskusi dalam perkuliahan ini. Meskipun demikian, sedikit persinggungan terhadap istilah-istilah teknis tidak dapat dihindari, terutama pada saat kita memasuki pembahasan tentang media-media transmisi, telekomunikasi, dan komputer.
BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Konsep Teknologi dalam Ilmu Komunikasi
PEMBAHASAN
Makalah Konsep Teknologi dalam Ilmu Komunikasi
A. Pengertian tentang Konsep Teknologi
Beraneka-ragam definisi tentang teknologi disampaikan oleh para peneliti maupun praktisi. Cara pandang dan latar-belakang masing-masing orang dapat mempengaruhi definisi yang dihasilkan. Prof. Dr. Kusmayanto Kadiman (mantan Rektor Institut Teknologi Bandung dan Menteri Riset dan Teknologi RI pada era Kabinet Presidan Susilo Bambang Yudhoyono) dalam suatu kesempatan wawancara (2005) menyebut teknologi sebagai hasil budaya manusia dengan memperhatikan unsur-unsur sains (science), rekayasa (engineering), seni (art), dan nilai-nilai ekonomis (economic). Prof. Kadiman merinci keempat unsur tersebut mengingat setiap produk teknologi perlu terkait dengan keempat unsur tersebut. Sebuah alat komunikasi, seperti halnya telepon genggam (handphone) dibuat atas dasar keempat unsur tadi. Telepon genggam bisa terhubung dengan jaringan berkat penemuan akan adanya media gelombang pendek. Inilah yang dimaksud dengan unsur sains. Microchip dan baterai dalam telepon genggam membuat telepon hidup dan dapat digunakan. Itulah yang dimaksud dengan unsur perekayasaan. Telepon genggam bentuknya cantik dan menarik, sehingga diminati masyarakat. Demikian yang dimaksud dengan unsur seni. Harga sebuah telepon pun bisa semakin terjangkau konsumen berkat perhitungan ekonomi. Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri atas dasar empat unsum tersebut, yaitu Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam (sains), ilmu perekayasaan (teknik/engineering), seni dan desain, serta ekonomi.
Ensiklopedi on-line di internet, Wikipedia, memberi definisi teknologi secara umum, yaitu segala yang berkaitan dengan pertukangan. Yang dimaksud dengan pertukangan di sini adalah pengembangan, proses, dan aplikasi dari alat, mesin, serta material untuk tujuan menolong manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah. Kata “teknologi” sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Meskipun demikian, penemuan yang sangat lama seperti roda juga disebut sebuah teknologi.
Tujuan akhir teknologi adalah tercapainya kemudahan urusan bagi manusia. Aspek inilah yang sangat ditekankan oleh Arnold Pacey (2000) dalam bukunya yang terkenal, yaitu the Culture of Technology. Menurut Pacey, teknologi merupakan sarana pengembangan nilai-nilai dan kualitas hidup masyarakat. Teknologi hanya sarana atau alat. Ia mencontohkan kegunaan teknologi snowmobile di Amerika Utara, pompa air di perkampungan di India, hingga teknologi elektronik di Inggris Raya. Masing-masing teknologi tersebut merupakan alat-alat praktis untuk kehidupan masyarakat di sana.
B. Aspek penerapan teknologi
Tiga aspek penerapan teknologi, menurut Pacey, adalah:
1. Aspek budaya (cultural aspect)
Teknologi bertujuan untuk mengembangkan budaya, bukan malah melenyapkannya. Bila teknologi perang menghasilkan bom yang memusnahkan manusia dan hasil-hasil budaya manusia, maka teknologi semcam ini tidaklah memperhatikan aspek pengembangan budaya.
2. Aspek organisasi (organizational aspect)
Perkembangan teknologi akan sangat dipengaruhi oleh sisi kerjasama masyarakat dalam hal kehidupan sosial-masyarakat, kegiatan berekonomi, dan kegiatan berpolitik.
3. Aspek teknis (technical aspect)
Teknologi berkembangan dengan adanya pengetahuan (knowledge), kecakapan bekerja (skill), dan perekayaasaan (engineering/technic) yang dikuasai oleh manusia.
C. Peradaban, Kebudayaan, dan Teknologi
Para penganut faham saintologi mempercayai bahwa ada makhluk atau kekuatan di luar angkasa yang memiliki teknologi tinggi. Kepercayaan mereka akan adanya makhluk asing dari luar angkasa (alien) dan UFO (unidentified flying object) membuat mereka yakin bahwa manusia bukanlah satu-satunya penghasil teknologi. Bahkan mereka meyakini bahwa teknologi alien jauh lebih maju dari teknologi manusia. Lebih lagi mereka yakin bahwa kehidupan manusia di bumi diawasi atau dikendalikan oleh alien. Pemahaman seperti ini lebih kita pahami sebagai semacam dogma atau bahkan menjurus pada pemahaman semacam agama tersendiri dan tidak cocok untuk dikatakan sebagai sains. Tidak ada bukti atau setidaknya tidak ada bukti kuat yang menunjukkan hal itu hingga saat ini, meskipun kemungkinan adanya makhluk dari tata surya lain bisa saja terjadi. Akan tetapi, bila kita bicara dalam tatanan kehidupan bumi, maka kita bisa sepakati bahwa hanya manusia yang memiliki teknologi.
Bukan hanya teknologi, melainkan peradaban dan kebudayaan juga dianggap sebagai ekslusif milik manusia di bumi. Perdaban (civilization) hanya ada pada kehidupan manusia.. Kebudayaan (culture) sebagai hasil dari peradaban juga eksklusif di bumi ini sebagi milik manusia. Makhluk lain, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan diyakini tidak memiliki peradaban maupun kebudayaan. Pembicaraan mengenai peradaban dan kebudayaan akan dirinci lagi dalam pembahasan lanjutan.
Teknologi adalah produk dari kebudayaan manusia. Kemajuan Teknologi seringkali dijadikan indikator kemajuan budaya suatu bangsa. Negara yang banyak membuat inovasi dalam teknologi komputer dianggap memiliki kebudayaan yang tinggi. Suatu negara saat ini disebut modern bila menghasilkan banyak teknologi. Pada umumnya teknologi lahir dari pattern of behavior (pola perilaku) suatu bangsa atau seseorang yang selalu berharap mencapai kemajuan (memiliki need of achievement). Sedangkan orang atau bangsa yang terbelakang dan berharap pada “uluran tangan” bangsa lain (need for affiliation) dianggap akan sulit menghasilkan teknologi. Demikianlah pandangan dari penganut persfektif modernisasi. Penganut paham ini yakin bahwa suatu bangsa secara perlahan akan bisa menjadi modern bila mampu mengadaptasi dan menghasilkan teknologi.
Pandangan di atas memang jelas berasal dari sudut pandang bangsa barat yang saat ini menguasai sains dan teknologi. Bahkan negara dunia ketiga disarankan bisa belajar dari negara maju dengan melakukan cultural borrowing yang berarti meminjam kebudayaan negara-negara maju atau dalam arti lain dipahami sebagai alih-teknologi. Pada kenyataannya sulit bagi negara berkembang untuk melakukan alih-teknologi. Yang terjadi kebanyakan bangsa berkembang hanya menjadi operator teknologi. Meski demikian, kita bisa lihat bahwa umumnya saat ini ‘dunia” menilai kemajuan budaya dengan indikator penguasaan teknologi.
Dalam perfesktif fungsionalisme, bangsa berkembang akan menuju modernisme (baca: menguasai teknologi) asalkan berinteraksi langsung dengan negara-negara maju. Sayangnya yang banyak terjadi, negara-negara maju menjadikan negara-negara berkembang semakin bergantung (dependen) pada mereka. Inilah yang seringkali menimbulkan krisis hubungan antarnegara di dunia. Para pemikir kebudayaan mengkritik hal tersebut dan beranggapan bahwa interaksi tetap perlu terjadi, tetapi dependensi terhadap negara-negara maju seharusnya dihindari. Para pemikir kebudayaan yakin bahwa setiap orang atau tiap bangsa bisa menghasilkan teknologi, karena pada dasarnya setiap manusia diberi potensi yang sama oleh Sang Pencipta, yaitu berupa potensi otak dan hati-nurani.
DAFTAR PUSTAKA
- Pacey, Arnold (1991). Technology in World Civilization. MIT Press
- Pacey, Arnold (2000). The Culture of Technology. MIT Press
- Straubhaar, Joseph & Robert LaRose (2002). Media Now: Communication
- Media in the Information Age. Belmont, USA: Wadsworth Group
- Wikipedia.org: On-line Ensyclopedia founded by Jimmy Wales