BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Makalah Program penulisan naskah media Pembelajaran
Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaan peserta didik dalam ruang lingkup pendidikan formal dan pendidikan non formal. Proses pendidikan memerlukan pola pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan yang akan datang, disamping pemetaan kurikulum yang mencerminkan tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan secara khusus. Dalam proses melaksanakan pendidikan diperlukan berbagai hal untuk menjamin kelancaran proses pendidikan yang akan dilangsungkan, baik itu dari segi pembelajaran, kurikulum yang akan digunakan, media yang menjadi sarana pendukung proses pembelajaran, dan administrasi pendidikan yang memadai serta sesuai dengan standar yang diinginkan, sehingga dalam melaksanakan proses pembelajaran akan mencerminkan tujuan pendidikan yang akan dicapai secara umum sesuai dengan amanah Undang-undang Pendidikan Nasional.
Masalah pembelajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga prinsip yang layak diperhatikan dalam permasalahan ini, seperti yang di ungkapkan oleh Yudhi Munadi[1], yaitu:
A. PEMBAGIAN NASKAH MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran, penggunaan media sangat diperlukan untuk membantu efektivitas dan efesiensi pengajaran. Oleh karena itu pemilihan media pengajaran yang tepat guna dan tepat sasaran sangat dibutuhkan, sehingga pada dasarnya penggunaan media pengajaran bertujuan untuk:
Sebelum penulisan naskah dimulai, terlebih dahulu menuliskan treatment yang akan digunakan dalam penulisan naskah. Treatment adalah uraian berbentuk essai yang menggambarkan alur penyajian program[3] yang akan disampaikan. Sebuah treatment yang baik selain memberi gambaran tentang urutan program juga memberikan gambaran suasana ataupun mood dari program media itu. Treatment ini biasanya digunakan oleh pemesan naskah atau penulis naskah dalam mencari kesesuaian pendapat alur penyajian media yang akan diproduksi. Setelah disetujuai, treatment tersebut digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya[4].
Secara umum naskah dapat dibedakan dalam dua bentuk naskah media pembelajaran, yaitu pertama, naskah media audio dan naskah audio visual, dan kedua, media berbasis cetakan. Pada media jenis audio dan audio visual, naskah dikatakan sebagai outline dari program media yang akan dibuat. Naskah merupakan pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam pembuatan media. Sementara media berbasis cetakan, menulis naskah sesungguhnya merupakan kegiatan menyusun media/prototype media itu sendiri, seperti modul, dan buku ajar.
Naskah untuk program media perlu disusun, karena melalui naskah, tujuan pembelajaran dan materi ajar dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis media, sehingga media yang dibuat benar-benar sesuai dengan keperluan. Selain itu, naskah menjadi pedoman bagi pengguna dan terutama pembuat program[5]. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang menggunaka media pembelajaran, penulisan naskah media sangat diperlukan seperti yang disebutkan diatas. Hal ini akan memudahakan para guru dalam mengelola dan memanfaatkan media sebagai sumber belajar. Disamping itu naskah juga berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam pembuatan naskah selanjutnya. Kurikulum dan tujuan materi ajar juga harus terdapat dalam penggunaan media, sehingga tidak mengurangi kesesuaian materi ajar dengan media dalam pemanfaatan waktu pembelajaran.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai[6] mengemukakan bahwa, dalam penulisan naskah ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan Format yang sesuai dengan materi dan kesenangan sasaran pendengar
Ada beberapa hal yang dapat menentukan bentuk dan format dalam penulisan naskah atau faktor lain dalam menentukan naskah, yaitu:
Dalam menulis naskah atau skrip program audio, terlebih dahulu kita harus membuat garis besar jalannya isi naskah yang akan ditulis. Seperti yang disampaikan sebelumnya penulisan naskah ini dimaksudkan sebagai penuntun dalam proses perekaman suara.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat kita akan membuat naskah program audio, diantaranya adalah:
Musik mungkin bisa dijadikan andalan untuk menarik perhatian siswa (pendengar). Karena musik memberikan nuansa yang hidup pada program audio kita sehingga para siswa pendengar tidak merasa bosan. Karena keberadaan musik sangat penting dalam program media audio, kita harus hati-hati dalam memilih musik yang tepat[11]. Daya konsentrasi orang dewasa untuk mendengarkan berkisar antara 25 s/d 45 menit dan untuk anak-anak 15 s/d 25 menit. Oleh karena itu tidaklah bijaksana bila membuat program audio yang sangat panjang[12].
D. PROSES PEMBUATAN NASKAH
Dalam makalah ini akan disampaikan empat naskah media pembelajaran, yaitu naskah media audio, naskah media audio visual, naskah media cetak, dan naskah media film bingkai.
1. Naskah Media Audio
Media audio adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk audio atau suara dan untuk menerima informasi tersebut menggunakan indra pendengaran. Format audio yang dapat disajikan adalah suara manusia (narative), musik, lagu/vocal, dan sound efeck[13]. Arif S. Sadiman[14] mengemukakan bahwa media audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan menarik karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada pendengarnya. Informasi dalam media audio dapat dikemas dalam beberapa format sajian, diantaranya adalah:
Musik dalam program audio. Program audio hanya mengandalkan kepada suara saja. Agar pendengar tidak bosan mendengarkan program, maka perlu menggunakan musik dalam program audio. Dengan demikian perlu diperhatikan pemilihan musik yang akan digunakan dalam program media audio, diantara musik yang digunakan adalah:
Media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual. Sama halnya dengan media audio, unsur suara yang ditampilkan berupa narasi, dialog, sound effect dan musik, sedangkan unsur visual berupa gambar/foto diam (still image), animasi dan teks[19]. Penulisan naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media. Secara lebih praktis, hal tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan desain, pengembangan, serta evaluasi[20]. Tahapan-tahapan pembuatan naskah audio visual seperti yang diungkapkan oleh Arif S. Sadiman, dkk[21], dapat dirincikan sebagai berikut:
Scenario
Skenario lebih merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksi atau pembuatan programnya. Skenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat yang akan melaksanakannya dengan tanggung jawab teknis operasional. Untuk memudahkan sesorang dalam penulisan naskah audio visual, perlu diketahui beberapa istilah teknis dalam pembuatan naskah audio visual, yaitu:
Tipe shots (bentuk gambar). Pengambilan gambar dan gambar yang dihasilkan dari sebuah kamera dapat dibedakan dengan menggunakan beberapa istilah. Sebagai basic shot terdapat tiga cara pengambilan yaitu;
Close Up (CU), yaitu pengambilan yang difokuskan pada subjeknya atau bagaian tertentu.
Medium Shot (MS), yaitu pengambilan yang memperlihatkan pokok sasarannya secara lebih dekat dengan mengesampingkan latar belakang maupun detail yang kurang perlu.
Long Shot (LS), yaitu pengambilan yang memperlihatkan latar secara keseluruhan dalam segala dimensi dan perbandingannya[23].
Gerakan kamera. Gerakan-gerakan kamera selama proses pengambilan gambar sangat diperlukan karena dengan gerakan kamera posisi dan gerakan objek bisa diubah-ubah sesuai dengan tuntunan naskah. Jadi, yang tanpak pada dasarnya hasil dari kerja kamera video yang merekam objek dengan posisi yang berbeda-beda. Seorang pembaca naskah harus mengetahui petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan gerakan kamera tersebut.
Camera angle. Penempatan tinggi kamera sangat menentukan titik pandang mata penonton dalam menyaksikan suatu adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap objek tersebut.
3. Naskah Media Media Cetak
Media pembelajaran dalam bentuk cetakan seperti buku ajar, modul dan sejenisnya paling banyak digunakan dan diproduksi. Media dalam bentuk ini urelative mudah dan praktis dalam pemanfaatannya. Media pembelajran dalam bentuk cetakan banya jenisnya, antara lain adalah:
Modul ajar atau buku ajar disusun secara sistematis untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional. Buku ajar dimaksudkan leaner-oriented, dan bersifat mandiri (dapat dipelajari sendiri) oleh peserta didik, oleh sebab itu, modul ajar ditulis secara lengkap, sistematis dan menggunaka bahasa yang mudah dipahami. Format penulisan naskah modul ajar, komponen utamanya terdiri dari tujuan pembelajaran, bab pendahuluan, bab pembelajaran, evaluasi, dan hal ini secara jelas disajikan dalam sebuah buku[24].
PENUTUP
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangatlah diperlukan, mengingat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pengusaan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Namun demikian penggunaan media dalam pembelajaran tidaklah serta merta dilakukan begitu saja oleh guru. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa penggunaan media sebagai bentuk dari sarana penyampaian materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik didalam kelas. Penggunaan media juga bertujuan untuk mencapai tujuan materi ajar yang sudah ditentukan didalam kurikulum pembelajran.
Disamping itu, sebelum menggunakan media dalam pembelajaran, guru diharapkan mempersiapkan naskah media sebagai pedoman dalam penggunaannya didalam kelas, sehingga penggunaan media pembelajran didalam kelas bukan sekedar menjadi hiburan bagi para siswa, namun media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interkasi guru dan sisiwa dalam proses pembelajaran[25]. Efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran juga tidak terlepas dari waktu yang disediakan dalam pembelajaran serta kesesuaian kurikulum dengan media yang akan digunakan. Dengan demikian penggunaan media semata-mata tidak terlepas dari kurikulum dan keefektivan ketersediaan waktu pembelajaran.
-----------
[1] Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2010), 4-5.
[2] Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistim Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 124.
[3] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT. RajaGrafindo Persada, 2010), 117.
[4] Ibid, 117.
[5] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta; Gaung Persada Press, 2011), 99.
[6] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), 141-145.
[7] Ibid, 142.
[8] Ibid, 145.
[9] Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, 77.
[10] Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1990), 118.
[11] Ibid, 120.
[12] Ibid, 120.
[13] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 100.
[14] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 118.
[15] Ibid, 118-121.
[16] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 102.
[17] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 121.
[18] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 103.
[19] Ibid, 104.
[20] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 156.
[21] Ibid, 156-159.
[22] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 104.
[23] Ibid, 105.
[24] Ibid, 110.
[25] Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 10.
Masalah pembelajaran merupakan masalah yang cukup kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga prinsip yang layak diperhatikan dalam permasalahan ini, seperti yang di ungkapkan oleh Yudhi Munadi[1], yaitu:
- Proses pembelajaran menghasilkan perubahan prilaku anak didik yang relative permanen.
- Anak didik memiliki potensi, gandrung dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti.
- Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh linier sejalan proses kehidupan.
- Proses pembelajaran yang ideal harus memperhatikan hal-hal yang dapat dijadikan pendukung dalam proses tersebut. Penggunaan media pendidikan dalam proses pembelajaran oleh banyak pihak dapat meningkatkan kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh pendidik. Penggunaan media, juga harus sesuai dengan struktur kurikulum dalam lembaga pendidikan. Keseuaian ini, disamping tidak bertentangan dengan apa yang akan diajarkan juga keterkaitan antara media dan kurikulum saling berkesinambungan. Hal ini perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, sehingga tidak mengorbankan hal-hal lain yang lebih penting dalam pembelajaran. Salah satu kesesuaian materi (kurikulum) dengan penggunaan media pembelajaran yaitu kefektipan penggunaan waktu pembelajaran yang telah ditentukan.
- Penggunaan media pembelajaran dalam proses pendidikan, dinilai oleh banyak pihak mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, peningkatan pemahaman siswa terhadap meteri ajar yang disampaikan oleh pendidik. Dalam proses penggunaannya, para pendidik harus mampu menyelaraskan antara media dengan kurikulum, dan yang tidak kalah pentingnya adalah keefektipan penggunaan waktu dalam penggunaan media dimaksud serta sesuai dengan materi ajar.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Makalah Program penulisan naskah media Pembelajaran
A. PEMBAGIAN NASKAH MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran, penggunaan media sangat diperlukan untuk membantu efektivitas dan efesiensi pengajaran. Oleh karena itu pemilihan media pengajaran yang tepat guna dan tepat sasaran sangat dibutuhkan, sehingga pada dasarnya penggunaan media pengajaran bertujuan untuk:
- Memberi kemudahan kepada peserta didik untuk memahami materi pelajaran.
- Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi.
- Menumbuhkan sikap dan keterampilan dalam penggunaan teknologi.
- Menciptakan situasi belajar yang tidak mudah dilupakan[2].
Sebelum penulisan naskah dimulai, terlebih dahulu menuliskan treatment yang akan digunakan dalam penulisan naskah. Treatment adalah uraian berbentuk essai yang menggambarkan alur penyajian program[3] yang akan disampaikan. Sebuah treatment yang baik selain memberi gambaran tentang urutan program juga memberikan gambaran suasana ataupun mood dari program media itu. Treatment ini biasanya digunakan oleh pemesan naskah atau penulis naskah dalam mencari kesesuaian pendapat alur penyajian media yang akan diproduksi. Setelah disetujuai, treatment tersebut digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan naskah selanjutnya[4].
Secara umum naskah dapat dibedakan dalam dua bentuk naskah media pembelajaran, yaitu pertama, naskah media audio dan naskah audio visual, dan kedua, media berbasis cetakan. Pada media jenis audio dan audio visual, naskah dikatakan sebagai outline dari program media yang akan dibuat. Naskah merupakan pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam pembuatan media. Sementara media berbasis cetakan, menulis naskah sesungguhnya merupakan kegiatan menyusun media/prototype media itu sendiri, seperti modul, dan buku ajar.
Naskah untuk program media perlu disusun, karena melalui naskah, tujuan pembelajaran dan materi ajar dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis media, sehingga media yang dibuat benar-benar sesuai dengan keperluan. Selain itu, naskah menjadi pedoman bagi pengguna dan terutama pembuat program[5]. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang menggunaka media pembelajaran, penulisan naskah media sangat diperlukan seperti yang disebutkan diatas. Hal ini akan memudahakan para guru dalam mengelola dan memanfaatkan media sebagai sumber belajar. Disamping itu naskah juga berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam pembuatan naskah selanjutnya. Kurikulum dan tujuan materi ajar juga harus terdapat dalam penggunaan media, sehingga tidak mengurangi kesesuaian materi ajar dengan media dalam pemanfaatan waktu pembelajaran.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai[6] mengemukakan bahwa, dalam penulisan naskah ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Penelitian atau observasi tentang keadaan sasaran pendengar.
- Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keadaan sasaran yang akan mendengarkan program. Keadaan ini mencakup;
- Minat dan kebutuhan, bila sesorang merasa terpenuhi kebutuhannya maka, minatnya akan timbul, dan motivasinya akan bertambah.
- Tingkat Pengetahuan, sasaran pendengar perlu diketahui terlebih dahulu rata-rata ,tingkat pengetahuan yang dimiliki sasaran.
- Sikap (attitude) sasaran, hal ini mempunyai implikasi terhadap desain perencanaan suatu naskah untuk memenuhi kebutuhan sasaran.
- Personal attitude, adalah apabila seseorang mempunyai sikap percaya pada pemikiran yang parsiasif, yang menyebutkan bahwa sesuatu itu, lebih sempurna menurut pandangannnya.
- Interpersonal attitude, orang yang bersikap demikian akan melalukan hal yang sama dengan orang yang disukai dan dekat dengan mereka.
- Intrapersonal attitude, orang yang demikian akan dipengaruhi oleh pertimbangan suatu konsep yang dianut atau yang dimilikinya.
- Impersonal attitude, bilamana orang yang mempunyai sikap terhadap sesuatu yang mampu memuaskannya dan menyenangkannya[7].
1. Penentuan Format yang sesuai dengan materi dan kesenangan sasaran pendengar
Ada beberapa hal yang dapat menentukan bentuk dan format dalam penulisan naskah atau faktor lain dalam menentukan naskah, yaitu:
- Tujuan pengajaran, apa yang hendak dicapai oleh kegiatan media pengajaran, apakah dalam bentuk afektif, kognitif, dan psikomotor.
- Tujuan untuk menarik minat atau membangkitkan daya apresiasi.
- Bentuk laporan atau repretase dan berita dapat membangkitkan daya afektif , misalnya untuk tujuan propaganda.
- Uraian dan ceramah, biasanya dipergunakan untuk mengantarkan saran, nasihat, dan informasi.
- Berita, adalah bentuk terbaik yang digunakan untuk menyampaikan laporan mengenai peristiwa-peristiwa yang sedang melanda atau yang terjadi didaerah sasaran.
- Laporan, merupakan bentuk penyajian yang paling baik apabila materinya sesuai dengan kebutuhan sasaran.
- Reportase, dimaksudkan untuk memberikan laporan langsung dari tempat kejadian mengenai peristiwa penting yang dibutuhkan oleh sasaran pendengar untuk diketahui.
- Dialog atau monolog, merupakan bentuk yang dilakukan oleh beberapa pelaku dalam dialog, sedangkan monolog merupakan bentuk dialog yang pelakunya hanya seorang.
- Wawancara, bentuk ini mampu memberikan pengetahuan kepada sasaran tentang persoalan yang dihadapi sasaran lainnya.
- Diskusi, yaitu kegiatan yang melibatkan pendengar untuk ikut berfikir dalam proses penyelesaian perbedaan pendapat, serta mengajak sasaran untuk memahami pendapat dan gagasan orang lain.
- Feature, bentuk ini untuk memperbincangkan satu masalah agar lebih mendalam.
- Majalah udara, untuk menyampaikan informasi praktis yang diselingi dengan musik atau hiburan.
- Sandiwara atau drama, biasanya untuk menyampaikan pesan-pesan penerangan, propaganda dan pendidikan, karena pesan yang terkandung didalamnya bisa disusun sedemikian rupa sehingga selain memberikan penerangan juga bersifat menghibur pendengar[8].
Dalam menulis naskah atau skrip program audio, terlebih dahulu kita harus membuat garis besar jalannya isi naskah yang akan ditulis. Seperti yang disampaikan sebelumnya penulisan naskah ini dimaksudkan sebagai penuntun dalam proses perekaman suara.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat kita akan membuat naskah program audio, diantaranya adalah:
- Pesan harus relevan dengan karakteristik kelompok sasaran, tidak hanya satu atau bagi segelintir individu atau kelompok tertentu. Pesan hendaknya memperhatikan kepentingan bersama.
- Persoalan adaftasi, menjadi hal terpenting karena sebuah pesan harus sesuai dengan karakteristik orang yang berbeda-beda[9].
Musik mungkin bisa dijadikan andalan untuk menarik perhatian siswa (pendengar). Karena musik memberikan nuansa yang hidup pada program audio kita sehingga para siswa pendengar tidak merasa bosan. Karena keberadaan musik sangat penting dalam program media audio, kita harus hati-hati dalam memilih musik yang tepat[11]. Daya konsentrasi orang dewasa untuk mendengarkan berkisar antara 25 s/d 45 menit dan untuk anak-anak 15 s/d 25 menit. Oleh karena itu tidaklah bijaksana bila membuat program audio yang sangat panjang[12].
D. PROSES PEMBUATAN NASKAH
Dalam makalah ini akan disampaikan empat naskah media pembelajaran, yaitu naskah media audio, naskah media audio visual, naskah media cetak, dan naskah media film bingkai.
1. Naskah Media Audio
Media audio adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk audio atau suara dan untuk menerima informasi tersebut menggunakan indra pendengaran. Format audio yang dapat disajikan adalah suara manusia (narative), musik, lagu/vocal, dan sound efeck[13]. Arif S. Sadiman[14] mengemukakan bahwa media audio adalah sebuah media yang hanya mengandalkan bunyi dan suara untuk menyampaikan informasi dan pesan. Program audio dapat menjadi indah dan menarik karena program ini dapat menimbulkan daya fantasi pada pendengarnya. Informasi dalam media audio dapat dikemas dalam beberapa format sajian, diantaranya adalah:
- Dialog atau diskusi (narrative). Format ini menyajikan dua orang atau lebih yang memiliki kedudukan yang sama, membicarakan satu tema yang berisi materi pelajaran.
- Tutorial. Ciri khas dari format ini didalamnya terlibat dua pihak, yaitu siswa yang diberi bimbingan dan tutor yang memberikan bimbingan.
- Megazine. Informasi yang disajikan pada program audio jenis magazine lebih banyak dan bervariasi.
- Drama. Format ini menyajikan informasi dalam bentuk sajian drama.
Musik dalam program audio. Program audio hanya mengandalkan kepada suara saja. Agar pendengar tidak bosan mendengarkan program, maka perlu menggunakan musik dalam program audio. Dengan demikian perlu diperhatikan pemilihan musik yang akan digunakan dalam program media audio, diantara musik yang digunakan adalah:
- Musik Tema. Musik tema adalah musik yang menggambarkan watak atau situasi tertentu sesuai dengan program sajian. Musik tema dibuat secara khas, harus berbeda dengan musik yang sudah ada sehingga menjadi ikon ciri khas dari sebuah program audio[16]. Musik transisi. Musik ini digunakan sebagai penghubung dua adegan, durasi musik ini tidak perlu panjang cukup 15 samapi 20 menit. Hal ini perlu diperhatikan karena perpindahan adegan tanpa disertai dengan musik transisi, membuat perpindahan menjadi kaku, dan tidak smooth.
- Musik jembatan (bridge). Musik ini merupakan bentuk khusus dari musik transisi, yaitu berfungsi menjembatani dua buah adegan. Musik ini digunakan apabila suasana adegan terdahulu adalah suasana sedih sedangkan suasana berikutnya gembira dan diakhiri dengan suasana gembira.
- Musik latar belakang. Musik ini digunakan sebagai pengiring pembacaan teks atau percakapan dan sering juga disebut sebagai “background music”. Maksudnya supaya teks dapat meresap kehati pendengar, karena musik ini dapat memberikan variasi, memberikan tekanan dan menciptakan suasana.
- Musik smash. Adalah musik yang digunakan untuk membuat kejutan atau tekanan. Musik ini digunakan dengan singkat tetapi pada saat yang tepat[17].
- ANNOUNCER (ANN); pihak yang memberikan informasi tentang suatu acara akan disampaikan. Atau dengan kata lain berfungsi untuk membuka sebuah program audio.
- NARRATOR (NAR); fungsinya hampir sama dengan fungsi announcer, namun perbedaannya narrator menginformasikan sajian materi. Jadi narrator sudah berada dalam program.
- MUSIK; musik perlu dituliskan dalam naskah, yang menunjukan bahwa pada adegan tersebut perlu disisipkan musik yang sesuai.
- SOUND EFFECT (FX); adalah suara-suara yang terdapat dalam program audio untuk mendukung terciptanya suasana atau situasi tertentu. Sound effect dapat berupa suara alamiah, atau sengaja dibuat dengan manifulasi tertentu.
- FADE IN DAN FADE OUT; adalah simbul yang berarti bahwa pada adegan tersebut musik masuk secara perlahan (fade in) dan jika musik sedang berjalan maka hilangnnya pun secara perlahan (fade out)
- OFF MIKE; situasi dimana suara ditimbulkan seolah-olah dari kejauhan. Untuk menimbulkan efek ini sumber suara harus menjauhi mike.
- IN-UP-DOWN-UNDER-OUT; simbol ini menjelaskan bahwa musik masuk secara perlahan (IN), kemudian naik (UP) setelah musik naik secara optimal maka kembali turun secara cepat (DOWN), kemudian musik perlahan rendah dan terus bertahan rendah selama beberapa menit (UNDER) sampai akhirnya musik perlahan menghilang (OUT)[18].
Media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual. Sama halnya dengan media audio, unsur suara yang ditampilkan berupa narasi, dialog, sound effect dan musik, sedangkan unsur visual berupa gambar/foto diam (still image), animasi dan teks[19]. Penulisan naskah secara teoritis merupakan komponen dari pengembangan media. Secara lebih praktis, hal tersebut merupakan bagian dari serangkaian kegiatan produksi media melalui tahap-tahap perencanaan dan desain, pengembangan, serta evaluasi[20]. Tahapan-tahapan pembuatan naskah audio visual seperti yang diungkapkan oleh Arif S. Sadiman, dkk[21], dapat dirincikan sebagai berikut:
- Sinopsis. Synopsis diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat tentang tema atau pokok materi yang akan digarap. Tujuan utamanya adalah mempermudah pemesan manangkap konsepnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan menentukan persetujuan.
- Treatment. Treatment mencoba memberikan uraian ringkas secara diskriftif (bukan tematis) tentang bagaimana suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa instruksional (instruksional event) yang akan digarap sebagai ilustrasi pembanding.
- Storyboard. Merupakan rangkaian kejadian yang dilukiskan pada treatment tersebut kemudian divisualkan kedalam perangkat gambar atau sketsa sederhana pada kartu berukuran lebih kurang 8 x 12 cm. tujuan pembuatan storyboard adalah untuk melihat apakah tata urutan peristiwa yang akan divisualkan telah sesuai dengan garis cerita (plot) maupun sekuens belajarnya. Serta melihat kesinambuangan (kontinuitas) arus ceritanya apakah sudah lancar.
Scenario
Skenario lebih merupakan petunjuk operasional dalam pelaksanaan produksi atau pembuatan programnya. Skenario sangat bermanfaat bagi teknisi dan kerabat yang akan melaksanakannya dengan tanggung jawab teknis operasional. Untuk memudahkan sesorang dalam penulisan naskah audio visual, perlu diketahui beberapa istilah teknis dalam pembuatan naskah audio visual, yaitu:
Tipe shots (bentuk gambar). Pengambilan gambar dan gambar yang dihasilkan dari sebuah kamera dapat dibedakan dengan menggunakan beberapa istilah. Sebagai basic shot terdapat tiga cara pengambilan yaitu;
Close Up (CU), yaitu pengambilan yang difokuskan pada subjeknya atau bagaian tertentu.
Medium Shot (MS), yaitu pengambilan yang memperlihatkan pokok sasarannya secara lebih dekat dengan mengesampingkan latar belakang maupun detail yang kurang perlu.
Long Shot (LS), yaitu pengambilan yang memperlihatkan latar secara keseluruhan dalam segala dimensi dan perbandingannya[23].
Gerakan kamera. Gerakan-gerakan kamera selama proses pengambilan gambar sangat diperlukan karena dengan gerakan kamera posisi dan gerakan objek bisa diubah-ubah sesuai dengan tuntunan naskah. Jadi, yang tanpak pada dasarnya hasil dari kerja kamera video yang merekam objek dengan posisi yang berbeda-beda. Seorang pembaca naskah harus mengetahui petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan gerakan kamera tersebut.
Camera angle. Penempatan tinggi kamera sangat menentukan titik pandang mata penonton dalam menyaksikan suatu adegan, sekaligus membangun kesan psikologis penonton terhadap objek tersebut.
3. Naskah Media Media Cetak
Media pembelajaran dalam bentuk cetakan seperti buku ajar, modul dan sejenisnya paling banyak digunakan dan diproduksi. Media dalam bentuk ini urelative mudah dan praktis dalam pemanfaatannya. Media pembelajran dalam bentuk cetakan banya jenisnya, antara lain adalah:
- Modul atau buku ajar
- Buku teks
- Bahan presentasi
Modul ajar atau buku ajar disusun secara sistematis untuk meningkatkan kwalitas pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional. Buku ajar dimaksudkan leaner-oriented, dan bersifat mandiri (dapat dipelajari sendiri) oleh peserta didik, oleh sebab itu, modul ajar ditulis secara lengkap, sistematis dan menggunaka bahasa yang mudah dipahami. Format penulisan naskah modul ajar, komponen utamanya terdiri dari tujuan pembelajaran, bab pendahuluan, bab pembelajaran, evaluasi, dan hal ini secara jelas disajikan dalam sebuah buku[24].
PENUTUP
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangatlah diperlukan, mengingat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pengusaan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Namun demikian penggunaan media dalam pembelajaran tidaklah serta merta dilakukan begitu saja oleh guru. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa penggunaan media sebagai bentuk dari sarana penyampaian materi ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik didalam kelas. Penggunaan media juga bertujuan untuk mencapai tujuan materi ajar yang sudah ditentukan didalam kurikulum pembelajran.
Disamping itu, sebelum menggunakan media dalam pembelajaran, guru diharapkan mempersiapkan naskah media sebagai pedoman dalam penggunaannya didalam kelas, sehingga penggunaan media pembelajran didalam kelas bukan sekedar menjadi hiburan bagi para siswa, namun media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interkasi guru dan sisiwa dalam proses pembelajaran[25]. Efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran juga tidak terlepas dari waktu yang disediakan dalam pembelajaran serta kesesuaian kurikulum dengan media yang akan digunakan. Dengan demikian penggunaan media semata-mata tidak terlepas dari kurikulum dan keefektivan ketersediaan waktu pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
- Asyhar, Rayandra. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta; Gaung Persada Press, 2011.
- Darwyn Syah, dkk. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007.
- Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
- Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2010.
- Sadiman, Arief. S. dkk. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT. RajaGrafindo Persada, 2010.
- Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009.
-----------
[1] Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada (GP) Press, 2010), 4-5.
[2] Darwyn Syah, dkk, Perencanaan Sistim Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 124.
[3] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT. RajaGrafindo Persada, 2010), 117.
[4] Ibid, 117.
[5] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, (Jakarta; Gaung Persada Press, 2011), 99.
[6] Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), 141-145.
[7] Ibid, 142.
[8] Ibid, 145.
[9] Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, 77.
[10] Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1990), 118.
[11] Ibid, 120.
[12] Ibid, 120.
[13] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 100.
[14] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 118.
[15] Ibid, 118-121.
[16] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 102.
[17] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 121.
[18] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 103.
[19] Ibid, 104.
[20] Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian, 156.
[21] Ibid, 156-159.
[22] Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan, 104.
[23] Ibid, 105.
[24] Ibid, 110.
[25] Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 10.