C. Proses Berlangsungnya Perang Salib
Sebagaimana telah diungkapkan pada pendahuluan bahwa meletusnya perang Salib memakan waktu yang lama, yakni hampir satu setengah abad. Berikut ini akan diuraikan bagaimana terjadinya Perang salib dari berbagai periode:
Perang Salib yang Pertama (1096 – 1144 M)
Perang Salib ini semula digerakkan oleh seorang Pendeta Prancis yang bernama Peter dan kemudian di back up oleh Paus di Patikan, Raja Kristen di Eropa dan oleh Kepala Kristen di Konstantinopel.[10]
Ini merupakan serbuan pertama dalam sejarah Perang Salib yang telah memakan waktu dua abad. Serangan ini sebagai konsekuensi dari seruan Paus yang telah menggema dan mengguncang Prancis ketika itu. Pada tanggal 26 November 1905 M. Para Salibis berhasil menguasai Palestina dan mendirikan empat kerajaan besar, yakni di Baitul Makdis, di Antiochia, di Tripolisia dan di Edessa. Pembunuhan massal terjadi sehingga tidak kurang dari 70.000 mayat bergelimpangan disepanjang kota suci ini. Tangan, kepala dan kaki manusia berserakan dimana-mana.[11] Bahkan ketika menaklukkan Tripoli, selain membantai masyarakatnya mereka juga membakar perpustakaan, perguruan tinggi dan sarana industri hingga menjadi abu.[12] Perselisihan antara sultan-sultan Saljuk memudahkan pasukan Salib merebut kekuasaan-kekuasaan Islam.
Peristiwa yang sangat memilukan ini menjadi dendam sejarah khususnya bagi kaum muslimin ketika itu, hingga pada tahun 512 H / 1127 M, muncul seorang pahlawan Islam yang tekenal Imaduddin Zanki, seorang Gubernur dari Moshul yang dapat mengalahkan pasukan Salib di Aleppo dan Hummah. Inilah kemengan pertama bagi kaum muslimin, sehingga tentara Salib harus merasakan bagaimana tidak enaknya kalah sampai memakan banyak korban.
Perang Salib kedua (1144 – 1192)
Lalu Paus II selaku pemegang otoritas tertinggi di Barat mengumpulkan tokoh-tokoh Kristen, para Pendeta, para Kesatria dan orang-orang miskin pada tanggal 26 November 1095 di Clermont (Prancis sebelah Tenggara). Dalam pertemuan tersebut ia berpidato dan menyerukan kepada ummat kristen untuk bersatu padu dalam perang suci melawan ummat Islam. Dalam seruannya ia mengatakan bahwa orang-orang Turki Saljuk adalah kaum Barbar yang baru masuk Islam dan telah menghancurkan Anatolia di Asia Kecil (Turki Modern) serta mencaplok negeri-negeri Bizantium Kristen. Paus berteriak “ras yang terkutuk, ras yang sungguh-sungguh jauh dari Tuhan, orang yang hatinya tidak mendapat petunjuk dan tidak diurus Tuhan, maka membunuh para monster yag tidak bertuhan adalah tindakan suci, maka orang kristen wajib memusnahkan ras keji dari negeri kita“. Para Ksatria Eropa diseru untuk merebut Yerussalem dan membebaskannya dari kaum muslimin karena sangat memalukan bila kristus berada dalam genggaman kaum muslimin (persi Paus).[13] Ia juga berjanji memberikan ampunan atas segala dosa-dosa bagi mereka yang turun ke medan juang. Mungkin inilah pidato paling berpengaruh yang pernah disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah. Orang-orang meneriakkan slogan Deus Vult (Tuhan menghendaki) sambil mengacung-acungkan tangan.
Dalam waktu yang sangat singkat seruan Paus berhasil mempengaruhi dan mengumpulkan lebih dari 150.000.000 pasukan Kristen yang dikumpulkan di Kostantinopel. Pasukan tersebut berasal dari Bangsa Prancis (Franks) dan Bangsa Normandia (Normans).[14] Maka meletuslah perang besar yang dikenal dengan Perang salib ( The Crussade).
Proses kekalahan ini, tentara Salib meminta tambahan pasukan kepada Paus. Dengan dipimpin langsung oleh Raja Louis VII dari Prancis, Kaisar Kouurad dari Jerman dan Putra Roger dari Silsilia mereka melakukan penyerbuan kembali tepatnya pada tahun 1147 – 1179 M. Serangan ini disambut hangat oleh Nuruddin Zanki (Putra Imaduddin Zanki) yang kehebatannya sama seperti ayahnya sehingga tentara Salib II tidak berkutik dan dapat dikalahkan.
Melihat ketangguhan kepemimpinan Nuruddin Zanki di Pantai Laut Timur Tengah, tentara Salib merubah arah penyerbuan dan menjadikan Mesir sebagai daerah target operasi. Penyerangan mereka disambut oleh Salahuddin al-Ayyubi. Tentara Islam dapat merebut kembali Baitul Makdis yang tadinya sudah dikuasai oleh Kristen. Shalahuddin segera memulihkan otoritas Khalifah Abbasiyah di Mesir dan seelh Dinasti Abbasiyah hancur Shalahuddin menjadi penguasa Mesir (570 – 590 H / 1174 – 1193 M) dan berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M.
Perang Salib Ketiga (1193 – 1291)
Tentara Salib bertahan dan memperkuat diri di Pelabuhan Shour di sebelah Barat dan mereka mengirim utusan (Pendeta) untuk mengirimkan Tentara Salib tambahan. Maka datanglah pasukan tambahan di bawah pimpinan Frederick Raja Australia dan Jerman dengan membawa 200.000 pasukan. Kemudian ditambah lagi tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Hati Singa (the Lion Heart) semakin menyempurnakan kekuatan tentara Salib sehingga mereka dapat merebut kota Okka. Peristiwa ini sangat memilukan hati kaum muslimin. Richard si hati singa adalah monster pembunuh yang telah membantai 30.000 nyawa tawanan Islam.
Sebenarnya Salahuddin al-Ayyubi telah menyadari akan bahayanya mmbiarkan musuh memperkuat diri di Pelabuhan Shour dan telah meminta bantuan kepada Sultan Ya’tub Raja terbesar Muwahiddin yang menguasai daerah Marokko dan Andalusia Selatan untuk menghalangi datangnya bantuan. Sultan takut malah mereka yang akan menjadi sasaran serangan sehingga tidak mengirim bantuan. Tentara Salib dengan enaknya melewati selat Gibraltar. Namun demikian Shalahuddin berhasil mempertahankan dan merebut kembali Yerussalem dan ini merupakan hasil peperangan terbesar Shalahuddin al-Ayyubi.
Gagal untuk kembali merebut Yerussalem tentara Salib bergerak untuk menguasai Mesir dengan meninggalkan daerah yang telah mereka kuasai, yakni Kaisaria, Yaffa dan Asqalan. Kesempatan ini digunakan oleh Salahuddin dengan menyerang mereka dari belakang, sehingga dapat merebut kota Yaffa. Richard jatuh sakit dan menawarkan damai.
Secara diam-diam Salahuddin al-Ayyubi menyamar menjadi dokter dan datang ke kemah Richard untuk merawat dan mengobatinya. Dengan kasih sayang dan keluhuran budi ia merawat Richard sehingga sembuh. Setelah itu barulah ia memberitahukan siapa dirinya sebenarnya sehingga membuat Richard terkagum-kagum dan amat berterima kasih kepada Salahuddin. Keduanya pun sepakat berdamai pada tahun 1192 M. setahun kemudian wapatlah sang pahlawan Islam dalam usia 75 tahun pada tahun 58 H / 1193 M.[15]
Sebenarnya nuansa persaudaraan sudah terbina sehingga adek perempuan Richard dinikahkan dengan al-Malikul Adil untuk melanjutkan dan membina perdamaian, tetapi setelah mendengar berita wafatnya Salahuddin Paus selalu menghasut raja-raja Eropa untuk melanjutkan perang. Pasukan Salib sudah pecah karena persaingan, tidak satu visi lagi maka pada tahun 1291 Sultan Asyyuraf Khalil dari Mesir berhasil mengusir tentara Salib dan bentengnya yang terakhir.[16]
Perang salib keempat (1922)
Sebagaimana penulis uraikan di atas, berita kematian Salahuddin al-Ayyubi membangkitkan ambisi Paus Cylinsius III untuk mengirim tentara Salib IV. Namun tentara Salib IV ini tidak sedahsyat serbuan tentara Salib sebelumnya, sehingga sampai tentara Salib VIII dapat ditaklukkan oleh para Mujahidin Islam. Tahun 1922 M, resmilah tentara Salib penyerbu terusir dari Timur.[17]