AKTIVITAS INTELEKTUAL ISLAM BERKONTRIBUSI TERHADAP MUNCULNYA RENAISANS DI EROPA (Proses Historis Pemindhan Peradaban Dari dunia Islam ke Eropa)
Basrah ketika itu telah merupakan pusat pengetahuan dan kebudayaan Islam. Di kota ini terdapat pasar Mirbad yang merupakan tumpuan para ulama, cerdik cendikia dan sastrawan untuk berkumpul dan saling memperbincangkan falsafah, agama dan ilmu pengetahuan . Kalilah Wa Dimnah merupakan kitab karya filosof India yakni Baidaba. Karya tersebut diterjemahkan Ibnu al-Muqoffa’ tanpa mengubah inti arti karya aslinya. Ia menyisipkan cerita-cerita berbingkai di dalam karya tersebut. Menurut Bahnud Ibn Sahwan atau dikenal dengan Ali bin Syah al-Farisi, tujuan Baidaba membuat karya Kalilah Wa Dimnah adalah atas permintaan raja Dabsyalim dan untuk dipersembahkan kepada raja Dabsyalim, raja India pada abad ke-3 SM
Bahasa Arab menjadi bahasa pentransfer bahasa-bahasa yang ada disemenanjung Iberia ( bahasa Castella, Portugal, Catali) kebahasa-bahasa lainnya seperti Perancis. Contohnya seperti Quthn (kapas), Harir Dimasyqi ( sutera Damaskus), Misk (minyak Misik), Syarab (minuman), Jarrah (guci atau bejana), Limun (lemon), Shirf (wol) dan lainnya.
Kaum Barat terutama para penyair spanyol, terpengaruh dengan sastra Arab. Seperti sastra kepahlawanan, semangat perjuangan, majas, yang bernilai tinggi mempengaruhi sastra-sastra Barat melalui jalur sastra Arab di Andalusia. Penulis Spanyol Abaniz mengatakan, “sesungguhnya bangsa Eropa tidak mengenal syair-syair kepahlawnan, tidak memperhatikan etika-etikanya, dan sengangat perjuangannya sebelum datangnya orang Arab ke Andalusia dan menyebarnya para pejuang dan pahlawan mereka kebelahan selatan.
Bukti lainnya yang menggambarkan pengaruh sastra dalam peradaban Eropa seperti dalam bentuk novel, misalnya novel yang berjudul “Petualangan Guliver” karya Switf dan “ Petualangan Robinson Krozo “ karangan Diofo, yang menurut sejumlah kritikus Eropa karangan ini meniru kisah Alfu Lailah wa Lailah dan kisah Hayy bin yaqzhan karya filosof Arab Ibnu Thufail. Dan pada tahun 1349 M, kisah Alfulailah wa Lailah ini menjadi rujukan beberapa pengarang lain seperti Boccaccio dalam hikayatnya yang berjudul “ Sepuluh pagi ”, Shakesper dalam dramanya yang berjudul “Akhir yang menentukan ” dan Lessing dalam dramanya yang berjudul “ Natan sang bijak ”, begitu juga dengan Dante, ketika ia menceritakannya perjalanannya kedunia lain sangat terpengaruh dengan karya Al-Ma’ari yang berjudul “Risalah al-Ghufran”, dan karya Ibnu Arabi yang berjudul “Wasfh al-Jannah”
Dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan kontroversial di negeri Arab, muncul beberapa tulisan orisinal paling awal tentang sastra Arab. Penulis karya sastra Arab adalah orang yang berasal dari berbagai etnis, serta merta diterapkan disiplin ilmu seperti filologi, linguistik, leksikografi, dan tata bahasa sekalipun telah melahirkan beberapa sarjana keturunan non-Arab. Al-Jawhari, yang kamusnya disusun secara alfabetis dari huruf terakhir tiap kata.
Sastra Arab dalam pengertian yang sempit, yakni adab, mulai dikembangkan oleh Al-Jahiz. Salah satu ciri khas penulisan prosa pada masa itu adalah kecenderungan respon atas pengaruh Persia, untuk menggunakan ungkapan-unkapan hiperbolik dan bersayap. Masa ini juga menyaksikan munculnya bentuk baru sastra, yaitu maqamah. Badi al-Zaman al-Hamadzani dikenal sebagai pencipta maqamah, sejenis anekdot dramatis yang substansinya berusaha dikesampingkan oleh penulis untuk mengedepankan kemampuan puitis, pemahaman dan kefasihan bahasanya. Sebagai contoh, kisah-kisah bebahasa Spanyol dan Italia yang bernuansa realis atau kepahlawanan memperlihatkan kedekatan yang jelas dengan mahqamah Arab.
Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu. Syalibi yang mengutip keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadi bahasa resmi di Andalusia. Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Diantar jenis prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut Amer Ali ”Orang-orang Arab Andalusia adalah penyair-penyair alam .
Mereka menemukan bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa selatan. Diantara sastrawan terkemuka Andalusia adalah: Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih. Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan sejarah. Ia semasa dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah ia gubah syair-syair , sehingga ia memperoleh kedudukan terhormat di istana.
Dapat ditelusuri dari perkembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual di Baghdad dan Cordova. Pada masa pemerintahan Al-Ma'mun (813-833 M), ia mendirikan Bait al-Hikmah di Baghdad yang menjadi pusat kegiatan ilmiah Pendirian sekolah yang terkenal ini melibatkan sarjana Kristen, Yahudi, dan Arab, mengambil tempat sendiri terutama dengan "pelajaran asing", ilmu pengetahuan dan filosofi Yunani, hasil karya Galen, Hippocrates, Plato, Arsitoteles, dan para komentator, seperti Alexander (Aphrodis), Temistenes, John Philoponos, dan lain-lain Dalam masa itu, banyak karya Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Gerakan penerjemahan itu banyak dibantu oleh orang-orang Kristen, Majusi, dan Shabi'ah. Di antara nama para penerjemah yang terkenal adalah Jurjis (George) ibn Bakhtisyu (771 M), Bakhtisyu Ibnu Jurjis (801 M), Gibril, Yahya ibn Musawaih (777-857 M), Hunain ibn Ishaq (w. 873 M), dan lainnya. Berkaitan dengan pengaruh sarjana muslim dalam ilmu pengetahuan Juan Vernit, guru besar Universitas Bercelona dalam bukunya “ Kebudayaan Spanyol-Arab di Timur dan di Barat “ yang diterbitkan pada tahun 1978 M, dan pernah diterbitkan di Perancis pada tahun 1985 M, dalam tulisannya yang berjudul “ Hutang Budi dalam Kebudayaan kepada Arab Spanyol, “ ia mengatakan, “ Di antara kebaikan yang diberikan oleh bangsa Arab bagi kebudayaaan manusia adalah memberikan pengalaman mereka dalam bidang pelayaran, arsitektur, pembuatan perahu, menggambar peta geografi darn pelayaran, karena mereka telah terlebih dahulu mengetahui keadaan cuaca dan perubahannya.
Sementara itu di Cordova, aktivitas ilmiah mulai berkembang pesat sejak masa pemerintahan Abdurrahman II (822-852 M). Ia mendirikan universitas, memperluas dan memperindah masjid . Cordova kemudian menjadi sangat maju dan tampil sebagai pusat peradaban yang menyinari Eropa. Pada waktu itu, Eropa masih tenggelam pada keterbelakangan dan kegelapan Abad Pertengahan.
Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil menukil perkataan seorang penulis Amerika yang menggambarkan keadaan Eropa pada masa itu, "Jika matahari telah terbenam, seluruh kota besar Eropa terlihat gelap gulita. Di sisi lain, Cordova terang benderang disinari lampu-lampu umum. Eropa sangat kumuh, sementara di kota Cordova telah dibangun seribu WC umum. Eropa sangat kotor, sementara penduduk Cordova sangat concern dengan kebersihan.
Eropa tenggelam dalam lumpur, sementara jalan-jalan Cordova telah mulus. Atap istana-istana Eropa sudah pada bocor, sementara istana-istana Cordova dihiasi dengan perhiasan yang mewah. Para tokoh Eropa tidak bisa menulis namanya sendiri, sementara anak-anak Cordova sudah mulai masuk sekolah . Melalui interaksinya dengan Dunia Islam, Eropa menyadari keterbelakangan dan ketertinggalan mereka. Interaksi tersebut menyebabkan adanya sentuhan peradaban Islam terhadap mereka. Proses persentuhan itu terjadi melalui konflik-konflik bersenjata, seperti dalam Perang Salib, maupun melalui cara-cara damai seperti di Andalusia dan sicilia.
1). Andalusia (Spanyol)
Andalusia adalah jembatan utama dan pintu masuk yang paling penting dalam proses transfer peradaban Islam ke Eropa, yang meliputi beberapa bidang keilmuan, pemikiran, sosial, dan lainnya. Sebagai bagian dari Eropa, Andalusia menjadi mimbar suatu pencerahan selama delapan abad ( 92-897 H/ 711-1492 M ). Faktor utama perubahan ini disebabkan kaum muslimin yang menetap di Andalusia, dengan peradaban yang sudah dimiliki, mereka memberikan pencerahan melalui universitas, sekolah, perpustakaan, industri, para ilmuan dan sastrawan. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Madza Qaddamal Muslimuna lil’Alam Ishamaatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insyaniyah,, ia mengutip pernyataan Gustave Le Bon, yang mengatakan. “ Begitu orang-orang Arab berhasil menaklukkan Spanyol mereka mulai menegakkan risalah peradaban di sana.
Maka dalam waktu kurang dari satu abad mereka mampu menghidupkan tanah yang mati, membangun kota-kota yang runtuh, mendirikan bangunan-bangunan megah, dan menjalin hubungan perdagangan yang kuat dengan negara-negara lain. Kemudian mereka memberikan perhatian besaar untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra, menerjemahkan buku-buku Yunani dan Latin, dan mendirikan universitas-universitas yang menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan peradaban di Eropa dalam waktu yang lama .
Pada abad dua belas dan tiga belas kegiatan penerjemahan buku-buku bahasa Arab, buku karya ilmiah Yunani, ke dalam bahasa Eropa terus dilakukan di kota Toledo. Dan penerjemah yang paling terkenal adalah Jirarid Al-Karimuni atau dijuluki Ath-Tolitoli. Ia menerjemahkan seratus judul buku, di antaranya Al-Qanun, karangan Ibnu Sina.
Ilustrasi Konsep Kedokteran “al-Qanun” Ibnu Sina
Kota Cordova pada abad ke sepuluh, merupakan kota yang lebih maju daripada kota-kota di Eropa lainnya, kota ini merupakan tempat yang dikagumi dunia, dan di antara keistimewaannya adalah Cordova memiliki tujuh puluh perpustakan dan Sembilan ratus pemandian umum.
Muhammad Gharib Jaudah, dalam bukunya yang berjudul Abaqirah Ulama’ Al-Hadharah wa Al-Islamiyah, menambahkan peradaban Islam di Andalusia. Ia mengatakan “ Di Andalusia, kaum muslimin berhasil mengembangkan pola tanam dan sistem irigasi secara besar-besaran. Mereka merubah kepulauan Liberia (Spanyol dan Portugal) menjadi surga yang hijau dan teguh karena kebun - kebunnya dipenuhi dengan pohon dan tanaman hias dari berbagai jenis…. Kaum muslimin mempunyai banyak karya tulis yang sangat penting dalam bidang pertanian dan telah diambil oleh bangsa Eropa sehingga turut memberikan konstribusi bagi kebangkitan dunia pertanian di Eropa .
2). Sicilia (Italia)
Kekuasaan Islam di Sicilia, pada dasarnya sudah berakhir pada akhir abad ke sebelas, Namun, di bawah perhatian para pemimpin Norwegia, peradaban Islam tetap berlangsung karena masih banyak ulama dan ilmuan tinggal di sana. Termasuk di antaranya ahli Geografi yaitu Muhammad al- Idris yang telah membuat peta dunia untuk Raja Roger II (1130-1154 M). Pengaruh lain dilihat dari bangunan istana Roger II, separuhnya bercorak Timur, dan gelar yang digunakan oleh Roger II adalah Al-Mu’taz Billah.
Muhammad ‘Ali ‘Ustman menuliskan dalam bukunya Ilmuwan-Ilmuwan yang Mengubah Dunia, bahwa Raja Roger II memerintahkan Syarif al-Idrisi agar membuatkannya peta dunia dari bahan perak murni. Bahan yang dibutuhkan: perak murni seberat 400 pon. Satu pon harganya 112 dirham.
Kemudian Frederick II, sebagai penguasa Roma tahun 1220 M, ia memilih tinggal di Sicilia, memusatkan perhatian pada ilmu pengetahuan, dan memberikan motivasi terhadap diskusi ilmiah dan filsafat. Ferederick II adalah penguasa yang mendirikan Universitas Napoli tahun 1224 M, dan di Universitas ini banyak terdapat manuskrip berbahasa Arab, yang di antaranya terdapat karya Ibnu Rusyd…Prof Coll Young mengatakan ”Sicilia merupakan medan pertemuan yang bebas antara bahasa dan ilmu pengetahuan Yunani, Latin, dan Arab Barbar. Hasilnya adalah akulturalisasi kebudayaan. Karena peran Roger II dan Frederick II yang baik dalam transfer ilmu-ilmu peradaban Islam ke dunia Eropa melalui Italia. Palermo pada abad tiga belas menjadi seperti Toledo pada abad dua belas, yakni menjadi pusat besar kegiatan penerjemahan dan transfer buku-buku Arab ke dalam bahasa Latin .
3). Perang Salib.
Perang Salib berlangsung kurang lebih selama dua abad, yang dimulai pada abad ke 5 H/11 M ( 490 H/1097 M), sampai jatuhnya benteng terakhir dari pasukan Salib di tangan Mamalik tahun 690 H/1291 M. Tidak dapat dihindari bahwa Perang Salib menyebabkan terjadinya persinggungan yang luar biasa antara Eropa dan Islam, walaupun kedatangan pasukan salib bukan untuk mencari ilmu, akan tetapi dalam rangka memperluas wilayah kekuasan mereka. Dan pada titik singgung ini, Islam berhasil memberikan pengaruh peradaban Islam pada Eropa yang saat itu masih belum maju.
Menurut sejarah, ada dua hal yang menyebabkan terjadinya perang salib, yaitu :
a). Peristiwa Manzikart yang terjadi pada tahun 464 H/1071 M, yaitu tentara Alp Arsalan yang berkekuatan 15.000 orang prajurit dengan gagahnya mereka mengalahkan tentara Romawi, yang didukung oleh tentara Ghuz, al-Akraj,al-Hajr, Perancis dan Armenia, dengan jumlah seluruh pasukan 200.000 orang. Peristiwa akhirnya menimbulkan benih permusuhan abadi dan kebencian mendapat pihak Kristen terhadap Islam.
b). Dinasti Saljuk yang menguasai Bayt al-Maqdis pada tahun 471 H, melakukan beberapa kebijakan yang memberatkan umat Kristen yang berziarah ke sana. Hal inilah yang memicu Paus Urbanus II pada tahun 1095, dengan mengajak umat Keristen Eropa untuk melakukan perang suci atau Perang Salib, dalam rangka merebut Bayt al-maqdis.
Pengaruh yang dirasakan oleh tentara Salib adalah penglihatan mereka terhadap makna persamaan, keadilan, dan persaudaraan dalam Islam. Kemudian mereka mengambil apa saja yang mereka temukan, baik dalam bentuk ilmu, seni, maupun peradaban. Saat pasukan ini kembali ke negaranya, merekapun sadar dengan keburukan kondisi mereka, keterbelakangan pemikiran dan moral, maka pengaruh yang mereka dapat saat bersentuhan dengan Islam memberikan motivasi untuk bangkit dari keterpurukan.
Gustave Le Bon mengatakan : “ Sesungguhnya pengaruh Timur dalam peradaban Barat sangat besarnya karena adanya perang salib. Dan sesungguhnya pengaruh tersebut dalam bidang seni, industri, dan perdagangan lebih besar daripada pengaruhnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra. Jika kita melihat kemajuan hubungan perdagangan antara Barat dan Timur dan kemajuan di bidang seni dan Industri yang muncul akibat persinggungan antara pasukan Salib dengan bangsa Timur.
Maka akan jelas bagi kita bahwa bangsa Timur adalah yang mengeluarkan bangsa Barat dari kebiadaban dan merekalah yang mempersiapkan jiwa-jiwa untuk maju berkat ilmu-ilmu Arab dan sastra-sastra mereka yang kemudian dipelajari di universitas-universitas Eropa. Dari situlah suatu saat masa kebangkitan muncul .
L. Hidayat dalam bukunya yang berjudul Sejarah Peradaban Islam Klasik mengatakan “ … walaupun peperangan berlangsung tidak secar terus menerus, tetapi ada masa perdamaian, tetapi telah terjadi interaksi budaya antara Barat dan Timur, walaupun lebih banyak menguntungkan Barat, meliputi aspek seni, perdagangan dan industry dari pada aspek-aspek sastra dan keilmuan .
· Bidang Sastra. Tentara salib telah membawa ke Eropa kisah Kalilah wa - Dimnah dan Alfu Lailah wa Lailah, hal ini dibuktikan dengan lahirnya karya Geofrey Chaucer yang berjudul Squieres Tale. Karya ini merupakan cuplikan dari kisah Alfu Lailah wa Lailah.
· Bidang Militer. Dunia Timur telah mengenal bahan peledak, alat-alat pembakaran dan bubuk mesin. Reinand dan Fave telah menerjemahkan buku Hassan al-Rammah Najm al-Din al-Ahdab, yang berjudul al-Kurushiyah wa-al Manasib al-Harbiyyah (tentag kuda dan latihan militer) kedalam bahasa Prancis dengan judul Journal Asiatique,
· Bidang Arsitektur. Setelah Jerussalem dikuasai tentara Salib, bentuk kubah dari Masjidil Aqsha di al-Quds, ditiru oleh beberapa gereja diantara gereja di Inggris, Perancis, dan Jerman.
· Bidang Pertanian, tentara Salib mendapat pengetahuan tentang tumbuhan dan beberapa tanaman dari Mediterania Barat. Sejak itu Eropa mulai mengenal makanan Timur seperti beras (rice, berasal dari kata al-urz), jeruk (lemon, berasal dari kata al-laymun), gula (sugar, berasal dari kata al-sukkar).
· Bidang Teknologi. Tentara Salib menemukan kincir air dan pabrik pembuatan kaca.
· Bidang Seni. Tentara Salib menemukan hasil tetunan timur dan karya seni pada porselin, keramik dan lainnya.
Marfuah dalam tulisannya Warisan Ilmiah Muslim dan Renaisans Eropa, menambahkan jalur masuknya peradaban Islam ke Barat yaitu :
4). Turki Ustamani
Kerajaan Turki Utsmani memberikan konstribusi orisinil dan cukup berarti dalam tiga bidang ; yaitu, ilmu ketatanegaraan , arsitektur dan puisi. Keseluruhan kebudayaan Turki merupakan campuran dari beraneka ragam elemen. Persia melahirkan corak arsitektur, pola-pola indah, serta ide-ide politik yang mengangkat keagungan Raja. Warisan kebudayaan Asia Tengah di antaranya kebudayaan berperang dan menaklukkan serta kecendrungan untuk berasimilasi dengan lentur.
Adapun pengaruh Turki Utsmani terhadap peradaban Barat adalah terjadinya penerjemahan besar-besaran pada abad ke 6 H/12 M dan 7 H/12 M, penerjemahan itu yang menjadi dasar perubahan terhadap kegiatan ilmiah dunia Latin dan Eropah As-Sayyid Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi, dalam bukunya yang berjudul Maadza Khasiral ‘Aal’am, Binhithaatil Muslimiin, menuliskan bahwa Turki Ustmani mempunyai wilayah di tiga benua, yaitu; Eropa, Asia, dan Afrika.
Di Timur mereka menguasai wilayah Islam yang membentang dari Persia sampai Maroko. Seluruh Asia kecil dan menjelajahi Eropa hingga mendekati tembok Wienna (Austria). Tidak dapat dipungkiri bila mereka adalah orang-orang yang menguasai Laut Tengah, yang dijadikan oleh mereka seolah-olah sebagai danau ottoman, tanpa ada seorang asing pun yang berani menyentuh daerah - daerah sekitarnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Turki Utsmani juga merupakan jalur peradaban Islam ke Eropa, salah satu hal ini mendasarinya adalah wilayah yang dikuasai oleh Turki Utsmani.
DAFTAR BACAAN
- Adam Lebor, (2009), A Heart Turned East, Pergulatan Muslim di Barat: Antara Identitas dan Integritas, Bandung, Mizan Media Utama.
- Ajid Thohir, (2009), Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.
- As-Sayyid Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi, (2002), Maadza Khasiral ‘Aal’am, Binhithaatil Muslimiin,Bahaya Kemunduran Umat Islam, Bandung, Pustaka Sedia.
- Badri Yatim, (2010), Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada.
- Hasan Asari, (2006), Menguak Sejarah Mencari Ibrah, Bandung, Citapustaka Media Perintis
- L. Hidayat, (2010), Sejarah Peradaban Islam Klasik, Bandung, Citapustaka Media Perintis.
- Muhammad ‘Ali ‘Utsman, (2010), Ilmuan-Ilmuan Muslim yang Mengubah Dunia, Yogyakarta, Beranda.
- Muhammad Gharib Jaudah, (2007), dalam bukunya yang berjudul Abaqirah Ulama’ Al-Hadharah wa Al-Islamiyah, 147 Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam, Muhyiddin Mas Rida, Jakarta,Pustaka al-Kautsar.
- Raghib As-Sirjani, (2009), Madza Qaddamal Muslimuna lil’Alam Ishamaatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insyaniyah, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, Sonif, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.
- Sami’ bin Abdullah, (2010), Al-Athlas al-Tarikh li Sirah ar-Rasul, Perjalanan Hidup Nabi Muhammad, Dewi Kournia Sari et.all, Jakarta, Al-Mahira.
- Google Maps, (2011), Peta Pemerintahan Islam, (online), di unduh tanggal 13 Mei 2011, pada http://www.google.co.id
- Kamaluddin Laode. M, On Islamic Civilization (Menyalakan Kembali Lentera Peradaban Islam Yang Telah Padam) ; Semarang, Unissula Press, Tangerang banten, Republikata; 2010.
- Hitti. K. Philip.; History of The Arabs (Yogyakarta;PT Serambi Ilmu Semesta; 2005).
- Nakosteen, Mehdi,Historyof Islamic Orginof Western Education A.D.800-1350 with an Introduction to Medival Muslim Education. Boulder : The Unjversity Of Colorado Press, 1964
- Al-Qaradhawi, Yusuf. Distorsi Sejarah Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar; 2005
- As-Siba'i, Husni Musthafa, Khazanah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Setia; 2002.
- J. Pedersen. J, The Arabic Book, Fajar Intelektualise Muslim, Alwiyah Abdurrahman, (Bandung, Mizan, 1996).
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijnkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah AKTIVITAS INTELEKTUAL ISLAM, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com |