Makalah Budidaya Tanaman
Pemanfaatan Ubi Kayu Sebagai Sumber Bahan
Baku Bioethanol
PENDAHULUAN
Dalam sejarah, manusia tak pernah lepas dari ketergantungan dengan energi. Konsumsi energi dalam jumlah besar merupakan ciri dari peradaban modern. Hal ini tak pelak menuntut eksploitasi terhadap sumber-sumber energi yang semakin yang semakin besar dan gencar (Purwanto, 2007). Tetapi hal itu terjadi hanya terbatas pada sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (minyak bumi, gas alam dan Batubara). Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar terus meningkat dari tahun ke tahun, seimbang dengan peningkatan kebutuhan sarana transportasi dan kegiatan industri. Hal tersebut berimbas dengan menurunya produksi minyak nasional karena telah berkurangnya sumber-sumber cadangan minyak.
Di antara masalah yang berkenaan dengan energi nasional dengan adanya kecenderungan konsumsi energi fosil yang semakin besar, pemerintah memberikan subsidi kepada masyarakat kelas menengah ke bawah. Kenyataanya subsidi tersebut tidak dapat dinikmati karena jatuh pada masyarakat kelas menengah ke atas. Oleh karena itu, perlu upaya lain, diantaranya adalah penggunaan bahan bakar nabati (BBN), untuk mengurangi subsidi sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap energi. Menurut Prastowo (2007), bahan bakar nabati (BBN) adalah semua bahan bakar yang berasal dari minyak nabati. Bahan bakar nabati yang dapat dikembangkan adalah biodiesel dan bioethanol. Bahan baku hayati biofuel dapat berasal dari produk-produk dan limbah pertanian yang sangat berlimpah di Indonesia.
Menurut Martono dan Sasongko dalam Purwanto (2007) Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yanag berpotensi menjadi bahan bakar alternatif diantaranya kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kapuk yang bisa dijadikan biodiesel untuk pengganti solar dan tebu, jagung, ubi kayu serta sagu yang bisa dijadikan bioethanol pengganti premium.
Saat ini teknologi yang berpeluang untuk dikembangkan untuk pengadaan energi biofuel adalah produksi bioethanol. Bioethanol adalah ethanol yang berasal dari sumber hayati, misalnya tebu, nira sorgum, ubi kayu,garut, ubi jalar, jagung, jerami, bonggol jagung dan kayu. Bahan baku pembuatan bioethanol dapat terdiri dari bahan-bahan yang mengandung karbohidrat, glukosa dan selulosa. Bahan baku bioethanol yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia terutama adalah Ubi kayu.
PEMBAHASAN
A. Budidaya Ubi Kayu
Ubi kayu termasuk tanaman tropis, tetapi dapat dengan baik beradaptasi pada daerah sub tropis. Secara umum tanaman ini tidak menuntut iklim yang spesifik untuk pertumbuhannya. Ubi kayu akan tumbuh dengan baik pada iklim dan tanah sebagai berikut:
Iklim :
Curah hujan : 750-1.000 mm/thn
Tinggi tempat : 0-1.500 m dpl
Suhu : 25-28 oC
Tanah :
Tekstur : berpasir hingga liat
Sruktur : remah
pH Tanah : 4,5-8, optimal 5,8
Benih yang digunakan adalah yang memiliki produksi tinggi dengan umur genjah serta tahan terhadap hama dan penyakit. Ubi kayu ditanam dengan stek batang dari tanaman yang telah berumur 7-12 bulan, diameter 2,5-3 cm dan panjang stek 20-25 cm. Pengolahan tanah dilakukan agar tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang dengan baik. Tanah dibuat bedengan atau guludan serta dibuat saluran drainase, baru dapat ditanam. Penanaman yang baik adalah permulaan musim hujan karena ubi kayu perlu air pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, selanjutnya kebutuhan air relatif sedikit.
Untuk mencapai hasil tinggi perlu dilakukan pemupukan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik ( Urea, SP-36 dan KCl). Tujuan pemberian pupuk selain meningkatkan kesuburan tanah juga memberikan hara yang tidak tersedia dalam tanah.
Pemeliharaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang sehat, baik, seragam dan berproduksi tinggi. Pemeliharaan ubi kayu meliputi penyulaman yang dilakukan paling lambat 5 minggu setelah tanam, penyiangan apabila tampak adanya gulma, dan pembumbunan untuk memperkokoh tanaman supaya tidak mudah rebah ( LIPTAN Balai Informasi Pertanian).
B. Potensi Produksi Ubi Kayu Sebagai Penyedia Bahan Baku Bioethanol
Terdapat tujuh propinsi utama penghasil ubi kayu yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Yogyakarta yang menyumbang sebesar 89,47 % dari produksi nasional sedangkan propinsi lainnya sekitar 11-12 % (Agrica dalam Purwanto, 2007). Indonesia termasuk Negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), Thailand (13.500.000 ton) serta disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), India (6.500.000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton/tahun (Bigcassava.com dalam Purwanto, 2007).
Potensi pengembangan ubi kayu di Indonesia masih sangat luas mengingat lahan yang tersedia untuk budidaya ubi kayu cukup luas terutama dalam bentuk lahan dataran rendah serta lahan-lahan dataran tinggi dekat kawasan hutan. Data penelitian menunjukkan bioethanol dapat digunakan sebagai bahan campuran premium hingga kandungan 20 % dengan kadar oktan 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan premium murni dan tidak mempengaruhi kinerja mesin kendaraan. Dari beberapa sumber bioethanol, ubi kayu potensial dikembangkan sebagai bahan baku karena dapat diproduksi dalam jumlah yang besar pada berbagai agroekosistem ( SINAR TANI dalam Puslitbang Tanaman Pangan, 2007).
Jika penggunaan premium untuk transportasi meningkat 7 % per tahun, maka kebutuhan bioethanol pada tahun 2010, 2015, 2020 dan 2025 masing-masing 1,47 juta kl, 2,53 juta kl, 3,54 juta kl dan 4,97 juta kl. Di sisi lain produksi nasionak ubi kayu dewasa ini baru mencapai sekitar 20 juta ton, sementara permintaan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri telah menembus angka 24,8 juta ton. Hal ini merupakan tantangan dan peluang bagi upaya pengembanga ubi kayu dan industri bioethanol yang akan berdampak pada perluasan lapangan kerja.
PENUTUP
Penurunan produksi minyak bumi nasional dan kenaikan harga minyak dunia yang semakin tinggi perlu disikapi dengan mencari sumber energy alternatif bersumber pada bahan terbaharui atau bahan bakar nabati. Bioethanol berbahan baku ubi kayu cukup potensial untuk dikembangkan mengingat masih tersedianya lahan untuk budidaya dengan didukung teknologi budidaya. Dalam operasionalnya, upaya peningkatan produksi ubi kayu dapat ditempuh melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi dalam bentuk ‘kebun energi’ oleh pihak swasta/industri bioethanol.
DAFTAR PUSTAKA
- Lembaga Informasi Pertanian Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. 1995. Budidaya Ubi Kayu (Manihot esculenta crantz)
- Prastowo, Bambang. 2007. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk Rumah Tangga. Pusat Penelitian dan Pengembanga Perkebunan 6 (1) : 10-18
- Purwanto. 2007. Peningkatan Produktivitas Singkong Dengan Teknologi Mukibat Sebagai Sumber Bahan Baku Bioethanol. Tugas Makalah Mata Kuliah Masalah Khusus Agronomi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
- Puslitbang Tanaman Pangan. 2007. Ubi Kayu; Bionergi yang Potensial