PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SD NEGERI PADAWENING DI DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH (DTA) NURUL AMANAH DTA MIFTAHUS SA’ADAH, DAN DTA AL-ITTIHAD KABUPATEN TASIKMALAYA
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan nasional yang sangat penting, sebab salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor. 20 Tahun 2003 BAB. II Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU SISDIKNAS 2003 : 12)
Demi mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, di Indonesia pendidikan agama mendapatkan perhatian dan memegang peranaan yang sangat penting. Hal ini terbukti dengan dimasukannya pendidikan agama kedalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua peserta didik mulai tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi (Zuhairini dkk, 1993 : 19).
Akan tetapi dalam pelaksanaanya, meskipun Pendidikan Agama Islam (PAI) telah dimasukkan kedalam kurikulum nasional sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional, Pendidikan Agama Islam di sekolah umum masih jauh dari keberhasilan. Menurut beberapa pendapat sebagaimana dikutip Abdul Majid dan Dian Andayani (2005:165) mengemukakan bahwa:
- Hasil-hasil PAI di sekolah belum sesuai dengan tujuan-tujuan Pendidikan Agama Islam (Mimbar pendidikan, No 1 tahun 2000)
- Sudijarto (1999:3) : Pendidikan nasional belum sepenunya mampu mengembangkan manusia Indonesia yang religius, berakhlak, berwatak kesatria dan patriorik
- Nurcholis Majid : kegagalan pendidikan agama disebabkan pembelajaran pendidikan Agama Islam lebih menitik beratkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan, bukan pada pemaknaannya, (Pikiran Rakyat 30 juni 2003)
- Arief Rahman : Pendidikan kita lebih banyak menekankan pada kemampuan berbahasa (verbal) dan kemampuan menghitung (numerik), sementara kemampuan mengendalikan diri dan penanaman keimanan diabaikan, (Pikiran Rakyat 25 November 2000)
- Karo Hukum dan Humas Depag. RI mengutip pernyataan Presiden RI menyatakan bahwa : Pendidikan Agama belum berhasil dengan baik, salah satu indikatornya adalah masih banyaknya kejadian perkelahian antar pelajar terutama di Jakarta, (Pikiran Rakyat,28/1997)
- Husni Rahim : Penyampaian materi akhlak di sekolah oleh guru-guru yang diberikan kepada siswa hanya sebatas teori, padahal yang diperlukan adalah suasana keagamaan (Republika, 18/2000)
- Malik Fajar (1998:9) menyatakan bahwa : proses belajar mengajar sampai saat ini hanya sekedar mengejar target pencapaian kurikulum yang telah ditentukan
- Mentri Agama (Said Agil Munawar) bahwa pendidikan agama Islam di sekolah mengalami masalah metodologi (Pikiran Rakyat, 2003:9)
Selanjutnya Abdul Majid dan Dian Andayani (2005:171) mengemukakan bahwa rendahnya kualitas Pendidikan Agama Islam sebagaimana pendapat diatas, disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
- Kualitas dan kuantitas kompetensi guru agama yang masih rendah
- Proses belajar mengajar sampai saat ini hanya sekedar mengejar target pencapaian kurikulum
- Pembelajaran PAI yang bukan diarahkan pada penguasaan dan pencapaian kompetensi, melainkan hanya terfokus pada aspek kognitif saja
- Alokasi waktu yang tersedia sangat sedikit sedangkan muatan materi sangat padat
- Terbatasnya sarana dan prasarana
- Penilaian hanya terfokus pada aspek kognitif.
Sedangkan menurut Ahmad Ludjito (1998:5) yang menjadi masalah Pendidikan Agama Islam di sekolah umum diantaranya: (1). kurangnya jumlah jam pelajaran, (2). metodologi pendidikan agama yang kurang tepat, (3). adanya dikotomi antara pendidikan agama (madrasah) dengan pendidikan umum, (4). heterogenitas pengetahuan dan penghayatan agama peserta didik, (5). kurangnya perhatian serta kepedulian pimpinan sekolah dan guru-guru.
Problem dikotomi antara pendidikan agama dan pendidikan umum atau antara ilmu agama dan ilmu umum sejak lama dan sampai sekarang masih berlangsung. Secara simbolik, dikotomi jenis keilmuan ini masih terlihat dengan jelas antara madrasah dan sekolah umum. Di madrasah, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dibagi kedalam beberapa sub mata pelajaran, yaitu Al-Quran Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab, yang masing-masing berdiri sendiri sebagai mata pelajaran. Sedangkan disekolah umum, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang disebutkan diatas digabungkan menjadi satu, dengan porsinya hanya dua jam pelajaran setiap minggu.
Terkait dengan permasalahan diatas, SD Negeri Padawening merupakan salah satu Sekolah Dasar yang memiliki permasalahan sebagaimana diuraikan diatas. Namun dalam hal ini, SD Negeri Padawening selalu berupaya agar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat dilaksanakan sebaik mungkin guna mencapai tujuan yang diharapkan meskipun dengan keterbatasan jumlah jam pelajaran dan tenaga pengajar yang ada.
Salah satu upaya yang dilakukan SD Negeri Padawening ini adalah bekerjasama dengan orang tua siswa serta masyarakat sekitar dengan cara mewajibkan seluruh peserta didiknya untuk mengikuti pendidikan agama di lembaga pendidikan non formal. Untuk kelas I (satu) dan kelas II (dua) masuk Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), sedangkan untuk kelas III (tiga) sampai kelas VI (enam) masuk Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) yang ada dilingkungan masyarakat setempat.
Dalam pelaksanaannya, melalui pengawasan sekolah khususnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI), orang tua siswa dan masyarakat, setiap siswa kelas III (tiga) sampai kelas VI (enam) yang belajar di Sekolah Dasar Negeri Padawening setelah pulang sekolah harus mengikuti pendidikan di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) yang ada di lingkungan masyarakat setempat. (Wawancara dan observasi pendahuluan pada tanggal 22 Mei-26 Mei 2009).
Upaya tersebut dilakukan karena selain waktu dan tenaga pengajar pendidikan agama di sekolah sangat terbatas, untuk masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) siswa wajib memiliki ijazah madrasah diniyah atau Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA).
Hal tersebut dilakukan sesuai dengan peraturan Bupati Tasikmalaya No. 421.2 /Kep.326A /Sos /2001 tentang persyaratan memasuki Sekolah Dasar (SD/MI) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs) di Kabupaten Tasikmalaya yang isinya antara lain:
Bagi anak-anak usia pra sekolah yang beragama Islam yang akan memasuki pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) atau yang sederajat diharuskan sudah memiliki kemampuan membaca Al-Quran.
Kepada para siswa SD dan SLTP yang beragama Islam diharuskan untuk mengikuti pendidikan Sekolah Diniyah (Ula / Awaliyah dan Wustho).
Bagi anak-anak yang beragama Islam yang telah lulus pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI) atau yang sederajat yang akan melanjutkan se Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs atau yang sederajat) diharuskan sudah memiliki sertifikat / STTB/ Ijazah Madrasah Diniyah Awwaliyah.
B. Definisi Operasional.
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul skripsi ini “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SD Negeri Padawening Di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah Dan DTA Al-Ittihad Kabupaten Tasikmalaya”, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang terkandung dalam judul di atas.
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan hasil rancangan atau keputusan (Depdikbud, 1993:488). Menurut E. Mulyasa (2004:21) pelaksanaan adalah kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Adapun pelaksanaan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah sebagai pendidik dan siswa SD Negeri Padawening sebagai peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai pengetahuan dan meperoleh perubahan tingkah laku pada siswa.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” (Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Tahun 2003:11). Menurut Wina Sanjaya (2007:102) pembelajaran adalah proses pengaturan lingkungan yang diarahkan dalam rangka mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikannya sebagai pandangan hidup demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat (Zakiyah Daradjat, 2008:86).
Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam skripsi ini adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang meliputi tujuan, waktu, materi pembelajaran, metode, media dan evaluasi pembelajaran.
Siswa SD Negeri Padawening
Siswa adalah murid, terutama pada tingkat Sekolah Dasar dan menengah. Sedangkan murid adalah orang yang menuntut ilmu di Sekolah Dasar (Depdikbud, 1993:849). SD Negeri Padawening ini adalah sebuah lembaga pendidikan dasar di bawah Departemen Pendidikan Nasional yang berada di wilayah Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Adapun yang dimaksud siswa SD Negeri Padawening disini adalah siswa dari mulai kelas tiga sampai dengan kelas enam yang diwajibkan oleh SD Negeri Padawening untuk mengikuti Pendidikan Agama Islam di Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang berada di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.
Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Nurul Amanah
Sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam di bawah Departemen Agama Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan SD Negeri Padawening dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam. Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini menghimpun sebagian siswa SD Negeri Padawening sebanyak 16 siswa. Letaknya berada sekitar 500 meter di sebelah utara SD Negeri Padawening.
Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Miftahus Sa’adah
Sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam di bawah Departemen Agama Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan SD Negeri Padawening dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam. Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini menghimpun sebagian siswa SD Negeri Padawening sebanyak 25 siswa. Letaknya berada sekitar 800 meter di sebelah timur SD Negeri Padawening.
Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Al Ittihad
Sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam di bawah Departemen Agama Kabupaten Tasikmalaya yang bekerjasama dengan SD Negeri Padawening dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam. Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini menghimpun sebagian siswa SD Negeri Padawening sebanyak 22 siswa. Letaknya berada sekitar 500 meter di sebelah barat SD Negeri Padawening.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah ditegaskan bahwa penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SD Negeri Padawening Di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah Dan DTA Al-Ittihad Kabupaten Tasikmalaya” ini adalah penelitian untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam para siswa SD Negeri Padawening dari kelas tiga sampai dengan kelas enam yang di laksanakan di masing-masing Diniyah Takmiliyah Awaliyah yaitu di DTA Nurul Amanah, di DTA Miftahus Sa’adah dan di DTA Al-Ittihad yang meliputi, tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran, sebagai suatu upaya dalam memberikan Pendidikan Agama Islam yang lebih banyak sebagai pelengkap Pendidikan Agama Islam bagi para siswa Sekolah Dasar Negeri Padawening, agar para siswa dapat mengetahui, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dengan baik.
C. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini sebagai berikut:
- Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah?
- Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Miftahus Sa’adah?
- Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Al-Ittihad?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian.
a. Untuk mengetahui dengan jelas tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah dan DTA Al-Ittihad.
b. Untuk mengetahui dengan jelas tentang faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, di DTA Miftahus Sa’adah dan di DTA Al-Ittihad.
2. Manfaat Penelitian.
a. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi sekolah khususnya para guru, orang tua dan masyarakat tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah dan DTA Al-Ittihad.
b. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi para guru, orang tua dan masyarakat tentang faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah dan DTA Al-Ittihad.
c. Menambah wawasan pengetahuan yang berharga bagi penulis, terutama dalam memahami pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah dan DTA Al-Ittihad.
E. Tinjauan Pustaka.
Tinjauan pustaka yang penulis lakukan ini bertujuan untuk menerangkan teori-teori, konsep, dan generalisasi yang relevan dan dapat dijadikan landasan teori dalam penelitian.
Abdullah Idi dan Toto Suharto dalam bukunya “Revitalisasi Pendidikan Islam” mengemukakan bahwa sebagai suatu proses bimbingan dan pembinaan, pendidikan Islam harus ditunjang oleh sebuah lingkungan yang dapat dijadikan tempat untuk melangsungkan proses pembelajaran. Oleh karena itu pendidikan tidak akan pernah lepas dari tiga pusat pendidikan yang utama, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Karena ketiganya merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi dan tidak mungkin terpisahkan. (Abdullah Idi dan Toto Suharto, 2006 : 77)
Sejalan dengan ungkapan diatas, Langeveld dan Ki Hajar Dewantara, sebagaimana dikutip Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati (2003 : 176) dalam buku “Ilmu Pendidikan Islam” mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) unsur pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat dan tempat-tempat Ibadah.
Abdul Majid dan Dian Andayani (2005:186-187) dalam bukunya “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi” mengemukakan bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah perlu adanya keterpaduan sistem kerjasama antara sekolah dan guru-guru dengan orang tua, serta kerjasama antara sekolah dengan masyarakat.
Sebagai langkah-langkah dalam mewujudkan kerjasama pembinaan Pendidikan Agama Islam tersebut, menurut Abdul Majid dan Dian Andayani ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Menekankan kepada siswa agar aktif belajar di mushalla masing-masing, pesantren yang menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam pada sore atau malam hari
2. Mendatangi Ustadz-Ustadz di mushalla, pesantren untuk mengkomunikasikan rencana sederhana Pendidikan Agama Islam yang perlu mendapatkan pengembangan lebih lanjut kepada mereka
3. Guru agama mengontrol kegiatan belajar Pendidikan Agama Islam di mushalla dan pesantren
4. Mengkondisikan para siswa untuk mengikuti pendidikan di Madrasah Diniyah
5. Khusus bulan Ramdhan para siswa diwajibkan mengikuti kegiatan bulan Ramadhan seperti tarawih, tadarus Al-Quran, dan kuliah subuh
6. Mengadakan komunikasi dengan orang tua secara periodik baik dalam rapat formal maupun nonformal.
Dari penelaahan terhadap laporan penelitian (skripsi) sebelumnya, penulis menemukan telah banyak penelitian yang mengkaji pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di lembaga-lembaga non formal yang ada kaitannya dengan Pendidikan Agama di sekolah formal. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nardjo (2003) tentang “Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam”, studi komparatif antara siswa yang memiliki pengalaman pendidikan di madrasah diniyah dengan siswa yang tidak memiliki pengalaman pendidikan di madrasah diniyah pada siswa kelas IV SD Karang Kemiri”. Pada pembahasannya membandingkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam antara siswa yang memiliki pengalaman belajar Pendidikan Agama Islam di madrasah diniyah dengan siswa yang tidak memiliki pengalaman belajar di madrasah diniyah.
Selanjutnya Amalia Setiati (2008) yang mendeskripsikan penelitiannya dengan judul “Peranan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Baitul Hikmah sebagai penunjang keberhasilan Pendidikan Agama Islam di MIN Purwokerto”. Mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) dalam menunjang keberhasilan Pendidikan Agama Islam di MIN Purwokerto.
Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, terdapat kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya ialah sama-sama melakukan penelitian terhadap lembaga pendidikan keagamaan non formal yang berada di masyarakat. Adapun perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan ini lebih menekankan pada pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA), yang meliputi tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh ustadz/ustadzah dalam rangka mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan para siswa Sekolah Dasar Negeri Padawening agar ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
F. Metode Penelitian.
1. Jenis Penelitian.
Penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hal ini didasarkan pada tempat penelitian sumber data yaitu DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah dan DTA Al-Ittihad.
Jenis data yang dicari adalah data kualitatif tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan oleh ustadz/ustadzah dan para siswa SD Negeri Padawening di masing-masing Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang meliputi tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran.
2. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian ini adalah tiga lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah yaitu DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah, dan DTA Al-Ittihad.
Adapun yang menjadi alasan penulis melakukan penelitian di sekolah dan Diniyah Takmiliyah Awaliyah ini antara lain:
a. Diniyah Takmiliyah Awaliyah tersebut merupakan salah satu sekolah yang telah bekerjasama dengan SD Negeri Padawening, orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan pendidikan agama anak didiknya dengan cara mewajibkan setiap peserta didiknya mengikuti pendidikan di Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) setelah pulang sekolah.
b. Dengan segala keterbatasan, orang tua dan masyarakat yang sebagian besar adalah petani dan buruh, mampu mendirikan sebuah lembaga Diniyah Takmiliyah Awaliyah. Bahkan rela mendatangkan serta memberikan fasilitas tempat tinggal dan biaya kepada Ustadz dan Ustadazah lulusan pondok pesantren dari luar desa maupun kecamatan, untuk mendidik dan mengajar di diniyah tersebut.
c. Diniyah Takmiliyah Awaliyah tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga memungkinkan peneliti memperoleh data yang valid dan lengkap, sehingga proses pelaksanaan penelitian dapat efektif dan efisien baik dari segi tenaga, waktu dan biaya.
3. Subjek dan Objek Penelitian.
a. Subjek Penelitian.
1. Kepala Diniyah Takmiliyah Awaliyah.
Dari kepala Diniyah Takmiliyah Awaliyah diperoleh informasi tentang sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi masing-masing Diniyah Takmiliyah Awaliyah, keadaan pendidik, keadaan santri, struktur organisasi, kurikulum, sarana prasarana serta pelaksanaan gambaran umum pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di masing-masing Diniyah Takmiliyah Awaliyah.
2. Ustadz dan Ustadzah Diniyah Takmiliyah Awaliyah.
Dari Ustadz dan Ustadzah Diniyah Takmiliyah Awaliyah diperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang meliputi tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi pembelajaran, dan informasi tentang faktor pendukung dan penghambat serta upaya mengatasinya.
b. Objek Penelitian.
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA Nurul Amanah, di DTA Miftahus Sa’adah dan di DTA Al-Ittihad yang meliputi tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi yang digunakan oleh ustadz/ustadzah.
4. Metode Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Observasi (observation).
“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”(S.Margono, 2007:158). Metode observasi ini digunakan untuk mengamati kondisi sosial dengan tujuan untuk mendapatkan data secara holistik (menyeluruh). Yaitu tentang kondisi lingkungan, fasilitas, letak geografis, hubungan antara ustadz/ustadzah dan siswa, serta proses pembelajaran di Diniyah Takmiliyah Awaliyah.
Observasi yang penulis lakukan adalah observasi partisipatif, yaitu peneliti melibatkan diri dalam kegiatan sehari-hari objek yang diobservasi. Namun pada proses pelaksanaannya observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi moderat (moderate partisifation) yaitu peneliti datang ketempat kegiatan orang yang diamati, ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak ikut terlibat semuanya.
b. Metode Wawancara (intrview).
Wawancara atau interview adalah alat pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan kepada responden untuk dijawab secara lisan pula. (Sugiyono, 2008 : 165)
Dalam pelaksanaannya, teknik yang digunakan adalah interview bebas terpimpin atau interview terkontrol, yaitu teknik interview yang memadukan antara interview terpimpin dengan interview bebas (tidak terpimpin) dimana hanya menggunakan pedoman wawancara berupa garis-garis besar atau kerangka permasalahan (frameework of question) yang akan ditanyakan, tetapi cara bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan irama (timing) interview sama sekali diserahkan pada kebijakan interviewer.
Metode ini dilakukan langsung dengan Kepala Diniyah Takmiliyah Awaliyah untuk memeperoleh data tentang gambaran umum DTA, serta pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA. Sedangkan kepada ustadz/ustadzah dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA secara lebih jelas tentang tujuan, waktu, materi, metode, media dan evaluasi yang digunakan.
c. Metode dokumentasi.
“Dokumen yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”. (Suharsimi Arikunto, 2006:230)
Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data yang berwujud dokumen, seperti data tentang sejarah sekolah, keadaan guru, siswa, dan karyawan, fasilitas sekolah, struktur organisasi, nilai ulangan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian, sehingga data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lebih kredibel (dapat dipercaya).
5. Uji Keabsahan Data.
Uji kebsahan data ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data yang telah diperoleh. Dalam menetapkan keabsahan data pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik uji kredibilitas (derajat kepercayaan).
Teknik yang dilakukan penulis dalam uji kredibilitas (derajat kepercayaan) data ini menggunakan beberapa teknik antara lain:
a. Teknik triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dan berbagai cara atau teknik, dan berbagai waktu. Untuk penelitian ini menggunakan cek silang data antara data dari Kepala DTA dengan ustad/ustadzah yang satu dan ustadz/ustadzah yang lain. Juga dengan cara memadukan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
b. Member Check, yaitu dengan cara pengecekan data yang telah diperoleh peneliti kepada pemberi data agar data yang telah diperoleh sesuai dengan apa yang telah diberikan pemberi data.
6. Metode Analisis Data.
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Bogdan dan Biklen sebagaimana dikutip Lexy J Moleong (2007:248) mengatakan bahwa analisis kualitaif adalah:
Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Dalam menggunakan analisis kualitatif tersebut, digunakan metode berpikir sebagai berikut:
a. Metode Berpikir Induktif.
Metode berpikir indkutif adalah metode berpikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta dan peristiwa yang khusus dan kongkret itu ditarik generalisasi yang bersifat umum. ( Sutrisno Hadi, 2004:47) Metode berpikir induktif ini penulis gunakan untuk menganalisa data berupa uraian-uraian rinci dari sumber data tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah dan DTA Al-Ittihad.
b. Metode Berpikir Deduktif.
Metode berpikir dedukutif adalah “metode berpikir yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan dengan bertitik tolak pada pengetahuan yang umum tersebut kita hendak menilai sesuatu yang khusus”. ( Sutrisno Hadi, 2004:47). Metode berpikir deduktif ini penulis gunakan untuk menguraikan data yang masih umum dari sumber data tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa SD Negeri Padawening di DTA Nurul Amanah, DTA Miftahus Sa’adah dan DTA Al-Ittihad.
G. Sistematika Penulisan.
Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, penulis membaginya kedalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian utama dan bagian akhir.
Bagian awal meliputi: halaman judul, pernyataan keaslian, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, dan halaman daftar tabel.
Bagian utama merupakan pokok-pokok dalam skripsi ini yang penulis sajikan kedalam lima bab yang meliputi:
Bab I adalah pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sitematika penulisan.
Bab II menjelaskan teori-teori tentang pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA) yang meliputi tiga sub bab yaitu : sub bab pertama tenatang Pembelajaran yang meliputi pengertian, ciri-ciri, komponen-komponen serta faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran. Sub bab kedua tentang Pendidikan Agama Islam yang meliputi pengertian Pendidikan Agama Islam, dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, tujuan dan fungsi Pendidikan Agama Islam, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam, metode Pendidikan Agama Islam, serta media Pendidikan Agama Islam. Sub bab ketiga tentang Diniyah Takmiliyah Awaliyah (DTA), berisi tentang, pengertian Diniyah Takmiliyah Awaliyah, dasar pelaksanaan Diniyah Takmiliyah Awaliyah, tujuan Diniyah Takmiliyah Awwaliyah, kurikulum Diniyah Takmiliyah Awaliyah, pelaksanaan Pembelajaran Diniyah Takmiliyah Awaliyah, evaluasi Diniyah Takmiliyah Awaliyah.
Bab III meliputi tiga sub bab yaitu: sub bab pertama berisi tentang gambaran umum Diniyah Takmiliyah Awwaliyah Nurul Amanah yang terdiri dari : sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, tujuan, keadaan ustadz/ustadzah dan santri, dan sarana prasarana. Sub bab kedua tentang gambaran umum Diniyah Takmiliyah Awaliyah Miftahus Sa’adah yang terdiri dari : sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, tujuan, keadaan ustadz/ustadzah dan santri, dan sarana prasarana. Sub bab ketiga tentang gambaran umum Diniyah Takmiliyah Awaliyah Al-Itihad yang terdiri dari : sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, tujuan, keadaan ustadz/ustadzah dan santri, dan sarana prasarana.
Bab IV berisi penyajian dan analisis data yang meliputi dua sub bab yaitu sub bab pertama tentang penyajian data yang berisi tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA Nurul Amanah, di DTA Miftahus Sa’adah, dan di DTA Al-Ittihad. Sub bab kedua tentang analisis data yang meliputi analisis data tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di DTA Nurul Amanah, analisis peranan DTA Miftahus Sa’adah, analisis peranan DTA Al-Ittihad.
Bab V adalah penutup yang meliputi: kesimpulan, saran, dan kata penutup. Sedangkan bagian akhir pada skripsi ini berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan daftar riwayat hidup.