Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti Di Smp Negeri 1 Baturaden
Kabupaten Banyumas
A. Latar Belakang Masalah
Degradasi moral merupakan wacana yang telah lama kita dengar, namun kenyataan sosial yang berkembang di masyarakat tentang timbulnya dan semakin merebaknya dekadensi moral semakin menghawatirkan. Dimana menghormati, mengasihi, tolong menolong, kejujuran, kebenaran, toleransi, semakin terkikis dan tertutupi oleh kebohongan, menghasut, adu domba, penipuan, kekerasan dan perbuatan perbuatan negatif lainnya.
Dekadensi moral yang demikian itu lebih mengkhawatirkan lagi, karena tidak hanya melanda pada kalangan orang dewasa dalam berbagai profesi dan jabatanya, melainkan juga telah melanda anak muda khususnya para pelajar tunas-tunas muda yang diharapkan akan melanjutkan perjuangan membela kebenaran, keadilan dan perdamaian di masa mendatang.[1]
Sering kita mendengar atau melihat dari media masa maupun elektronik bertia yang menunjukan sikap yang tidak berlandas pada budi pekerti yang luhur dan telah banyak menimpa sebagian anak bangsa. Banyak timbul kejadian-kejadian negatif seperti korupsi, penjarahan, pembakaran, kekerasan, pembunuhan, pelanggaran hukum, pemerkosaan meningkatnya pecandu narkoba. dan seks bebas, membuktikan bahwa bangsa Indonesia yang tadinya berbudi pekerti luhur, menjadi sirna.[2]
Secara eksplisit pendidikan budi pekerti sesungguhnya telah dilaksanakan pada saat seorang guru agama ketika mengajar pendidikan agama lewat pokok bahasan, materi akhlak, dan secara tidak langsung pendidikakan akhlak diberikan pada muatan materi pokok bahasan lainya. Seperti keimanan, ibadah, tarikh, dan lain-lain. Namun dalam pelaksanaan pendidikan akhlak yang dilaksanakan pada saat pendidikan agama, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sehingga hasilnya belum optimal. Pertama, terlalu kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pengisian otak, memberi tahu mana yang baik dan mana yang jelek, yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Kedua, problema yang bersumber dari peserta didik itu sendiri, yang berdatangan dan latar belakang keluarga yang beraneka ragam, yang sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya dirumah tangga masing-masing dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab pendidikan agama tersebut terkesan berada dipundak guru agama saja. Keempat, keterbatasan waktu, ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan bobot materi pendidikan agama yang sudah direncanakan.[3]
Pelaku etika atau budi pekerti tidak akan cukup hanya diberikan sebagai pelajaran yang konsekuensinya hafalan atau lulus dalam ujian tertulis. Barangkali akan baik jika mata pelajaran yang biasanya ke arah kognitif itu di orientasikan pada pemberian alokasi waktu untuk mengajak anak didik mendiskusikan topik-topik atau bagian bagian dari apa yang disebut moral. Sedangkan prakteknya harus diukur dari kehidupan keseharian. Kelulusan anak didik tidak hanya dengan mengantongi nilai kategori lulus ujian tertulis mata pelajaran budi pekerti, namun harus dilihat kepribadian, tingkah laku sehari-hari.[4]
Secara tidak langsung memang pendidikan budi pekerti telah ditanamkan di dalam Pendidikan Agama Islam. Namun Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah sering dianggap kurang berhasil dalam menggarap sikap dan perilaku keberagamaan peserta didik serta membangun moral dan etika bangsa. Berbagai macam argumen yang dikemukakan untuk memperkuat stetemen tersebut antara lain adanya indikator-idikator kelemahan yang melekat pada pelaksanaan Pendidikan Agama di sekolah, yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: Pertama PAI kurang bisa merubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi "makna" dan "nilai" atau kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu di internalisasikan dalam diri peserta didik. Kedua PAI kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non agama. Ketiga PAI kurang memiliki relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dan kurang ilustrasi konteks sosial budaya, atau bersifat statis akontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.[5]
Tujuan daripada pendidikan agama (Islam) ialah keberagamaan peserta didik itu sendiri, bukan terutama pada pemahaman tentang agama dengan perkataan lain, yang diutamakan oleh pendidikan agama (Islam) bukan hanya knowing (mengetahui tentang ajaran dan nilai-nilai agama) ataupun doing (bisa mempraktikan apa yang diketahui) setelah diajarkannya di sekolah, tetapi justru lebih mengutamakan being-nya (beragama atau menjalani hidup atas dasar ajaran dan nilai-nilai agama). Karena itu, pendidikan agama (Islam) lebih harus diorientasikan pada tataran moral action, yakni agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran kompeten (competence), tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit) dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari.[6]
Pendidikan pada hakekatnya adalah berusaha untuk mewujudkan budi pekerti yang baik bagi setiap orang, karena pendidikan itu tertuju kepada pembentukan nilai, sedangkan pengajaran tertuju kepada pembentukan akal atau intelektual. Artinya, setiap ilmu pengetahuan yang sudah diketahui, dapat diwujudkan dalam perubahan yang baik atau moralitas yang baik.[7] Berkenaan dengan itu maka upaya untuk menegakan akhlak mulia bangsa merupakan suatu keharusan mutlak. Sebab akhlak yang mulia akan menjadi pilar utama tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa.[8]
Untuk mewujudkan dan sekaligus mendidik perilaku moralitas sosial, yang tidak dapat kita lupakan adalah lembaga Pendidikan kita, sekolah/madrasah. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa (social investment), termasuk investasi untuk menancapkan perilaku sosial yang penuh dengan prakterk etika. Oleh karena itu, lewat sekolah/madrasah, anak-anak kita dididik sekaligus dibiasakan untuk berperilaku yang etis dan menjunjung tinggi etika sosial di Negara tercinta Indonesia.[9]
Mengingat pentingnya peranan sekolah dalam proses menciptakan peserta didik yang memilki budi pekerti luhur, maka perlu adanya suri teladan dari seluruh elemen yang ada di sekolah mulai dari Kepala sekolah, Guru, dan penjaga sekolah dalam mempraktekan nili-nilai budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
SMP Negeri 1 Baturaden Kabupaten Banyumas merupakan Sekolah Menengah Pertama yang memiliki peserta didik yang notabene dengan penerapan nilai-nilai budi pekerti, adat dan budaya. Hal ini disebabkan karena letak geografis SMP 1 Baturaden yang berdekatan dengan wilayah wisata Baturaden. Sehingga penanaman nlai-nilai budi pekerti di sekolah ini sangat diperhatikan.
Dari latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden Kabupaten Banyumas, karena sekolah tersebut merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama yang menggunakan berbasis budi pekerti. Hal ini sebagai upaya untuk mencetak generasi yang memiliki budi pekerti yang baik sesuai dengan nilai-nilai dalam agama. Sehingga siswa tidak hanya memiliki kecerdasan dalam hal kognitif saja tetapi juga mereka memiliki kecerdasan afektif yang ditunjukan dalam tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari.
B. Definisi Operasional
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memahami persoalan yang akan dibahas, dan untuk menghindari pengertian yang salah terhadap isi penelitian ini yang merupakan cerminan judul, penulis akan menguraiakan beberapa istilah yang penting. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti
Pelaksanaan adalah kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencari tujuan secara efektif dan efesien.[10]
Jadi yang dimaksud dengan pelaksanaan disini adalah kegiatan melaksanakan apa yang sudah direncanakan guna mencapai tujuan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[11]
Secara etimologi, budi pekerti berasal dari dua kata, yaitu budi dan pekerti. Kata budi berarti nalar, pikiran atau watak. Sedangkan pekerti berarti penggawean, watak, tabiat atau akhlak.
Kata pekerti dari kata dasar kerti berarti perbuatan. Kata ini berasal dari akar kata kr berarti membuat. Jadi, budi budi bekerti berarti kesadaran perbuatan atau tingkah laku seseorang. Kedua unsur ini memiliki pertalian erat. Maksudnya, budi terdapat pada batin manusia, sifatnya yang kasat mata, tidak kelihatan. Budi seseorang baru tampak apabila seseorang telah melakukan sesuatu ke dalam bentuk pekerti.[12]
Budi pekerti yang dimaksud adalah penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti luhur. Seperti: sopan santun, berdisiplin, bertanggung jawab, ikhlas, jujur dan lain sebagainya.
Pengertian budi pekerti dalam bahasa Inggris diartikan sebagai moralitas (morality), yang memiliki beberapa pengertian antara lain: adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Namun secara hakiki pengertian budi pekerti adalah perilaku. Sebagai perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku.[13] Dari sini dapat disimpulkan budi pekerti adalah kesadaran perbuatan atau tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
2. SMP Negeri 1 Baturaden Kabupaten Banyumas
SMP Negeri 1 Baturaden adalah suatu lembaga pendidikan formal tingkat menengah pertama yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Lembaga ini berada di wilayah Kecamatan Baturaden tepatnya di jalan Rempoah Barat.
Berdasarkan beberapa penegasan istilah tersebut di atas yang dimaksud dengan pelaksanaan pendidikan budi pekerti dalam penelitian ini adalah penelitian tentang proses mewujudkan nilai-nilai budi pekerti dalam diri peserta didik di SMP Negeri 1 Baturaden yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tercipta perilaku yang luhur dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: "Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden Kabupaten Banyumas?"
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, peneliltian ini bertujuan untuk mengetahui secara objektif dan analisis bagaimana pelaksanaan pendidikan budi pekerti yang diterapkan di SMP Negeri Baturaden Kabupaten Banyumas.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan informasi ilmiah tentang pelaksanaan pendidian budi pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola pendidikan dalam mengembangkan pendidikan berbasis budi pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden Kabupaten Banyumas
b. Meberikan stimulus bagi peningkatan kualitas dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden khususnya bagi guru budi pekerti dan guru PAI di SMP Negeri 1 Baturaden.
c. Memberikan motivasi terhadap lembaga pendidikan lain dalam penerapan atau pelaksanaan budi pekerti sebagai salah satu solusi dalam menanggulangi degradasi moral.
d. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan tentang pelaksanaan pendidikan budi pekerti, dan menambah khasanah pustaka STAIN Purwokerto.
E. Tinjauan Pustaka
Istilah budi pekerti dalam kajian Islam lebih dikenal dengan akhlak. Dalam Bahasa Indonesia istilah akhlak disepadankan dengan budi pekerti. Dalam bahasa Arab akhlak artinya tabiat, perangai, kebiasaan.
Dalam pembahasan mengenai pendidikan budi pekerti kiranya belum begitu banyak yang membahas secara spesifik. Biarpun ada dengan menggunakan istilah moral atau akhlak. Hal itu karena akhlak sangat berkaitan dengan moral. Jika pengertian agama dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya tampak saling berkaitan dengan erat. Dalam konteks hubungan ini jika diambil ajaran agama, maka moral adalah sangat penting bahkan yang terpenting, dimana kejujuran, kebenaran, keadilan, dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang terpenting dalam agama.
Menirut Fazlur Rahman sebagaimana ditulis Said Agil Husain AL Munawar dalam buku Aktualisasi Nilai-nilai Qur'ani Dalam Sistem Pendidikan Islam mengatakan bahwa:
"Inti ajaran agama adalah moral yang bertumpu pada keyakinan kepercayaan kepada Tuhan (habl min Allah) dan keadilam serta berbuat baik dengan sesama manusia (habl min al-Nas)".[14] Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hal yang terpenting dalam ajaran agama adalah pembentukan moral.
Dalam sebuah hadits Nabi dijelaskan juga bahwa Bu'istu li-utammima makarim al-akhlaq. (aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia/memperbaiaki akhlak). Kalau kita perhatikan, memang banyak sekali nilai-nilai ajaran moral yang terkandung dalam Al-Qur'an maupun hadits, sebagai contoh: adil, ta'awun ala al-birr wa al-taqwa, benar, amanah, terpuji, bermanfaat, respect (menghargai orang lain), sayang, tanggungjawab, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan perilaku moralitas individu terhadap kehidupan sosial atau berdampak pada kehidupan sosial (beretika sosial). Dengan landasan nili-nilai ajaran Islam.[15] Dalam QS. Al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Dalam konteks pendidikan, hadits dan ayat tersebut mengandung dua isyarat. Pertama bahwa tujuan utama pendidikan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, adalah pendidikan budi pekerti yang mulia (karimah) dan terpuji (mahmudah). Tentu saja sumber budi pekerti disini adalah apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kedua, dalam proses pendidikan budi pekerti itu, beliau tidak saja membuang tradisi yang dianggap sebagai perilaku yang baik menurut masyarakat setempat. Karena itulah beliau menggunakan istilah “menyempurnakan” bukan mengganti. Dapat disimpulkan bahwa ajaran budi pekerti beliau adalah “memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.”[16]
Peran pendidikan dalam pengembangan kualitas sumber daya insani secara mikro, sebagai proses belajar-mengajar alih pengetahuan (transfer of knowledge), alih metode (transfer of methodology), dan alih nilai (transfer of value). Fungsi pendidikan sebagai sarana alih pengetahuan dapat ditinjau dari "human capital"; bahwa pendidikan tidak dipandang sebagai barang konsumsi belaka tetapi juga sebagai investasi. Hasil investasi ini berupa tenaga kerja yang mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam proses produksi dan pembangunan pada umumnya. Dalam kaitan ini proses alih pengetahuan dalam rangka pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk berkembangnya manusia pembangunan. Dengan ilustrasi yang serupa proses alih pengetahuan ini juga berperan pada proses pembudayaan dan pembinaan iman, taqwa dan akhlak mulia.[17] Dari sini dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dari peserta didik namun juga memperhatikan dalam pembinaan budi pekerti agar nantinya dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
Mawardi lubis dalam bukunya Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN, menyebutkan bahwa:
"ada dua aspek kegiatan yang menjadi inti dari pendidikan budi pekerti, pertama, membimbing hati nurani peserta didik agar berkembang lebih positif secara bertahap dan berkesinambungan. Hasil yang diharapkan adalah terjadinya perububahan kepribadian peserta didik dari semula egosentris menjadi altruis. Kedua, memupuk, mengembangkan, menanamkan nilai-nilai dan sifat-sifat positif ke dalam pribadi peserta didik. Bersamaan dengan proses pemupukan nilai-nilail positif ini, pendidikan budi pekerti berupaya mengikis dan menjauhkan peserta didik dari sifat-sifat dan nilai-nilai buruk."[18]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penekanan dalam pendidkan budi pekerti adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik agar menjadi manusia yang baik.
Zakiah Darodjat sebagaimana yang ditulis oleh Mastuhu dalam bukunya Perkembangan Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia menyatakan bahwa:
"para pendidik harus selalu memikirkan moral, tingkah laku, dan sikap yang harus ditambahkan dan dibina pada anak didik. Ia tidak cukup sekedar menuangkan pengetahuan ke otak anak-anak, hanya memikirkan peningkatan ilmiah dan kecakapan anak-anak, dan meningkatkan ritus-ritus formal keagamaan semata. Bila pembinaan kepribadian dan moral agama tidak disertakan dalam pendidikan anak-anak, maka akan lahir manusia-manusia yang tinggi pengetahuannya namun mereka tidak dapat memberikan manfaat yang betul-betul kepada masyarakat. Karena mereka hanya akan memikirkan diri sendiri, menggunakan ilmunya untuk mencari keuntungan dan kesenangan diri-sendiri."[19]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab pendidikan budi pekerti tidak hanya tugas daripada guru agama dan budi pekerti saja, namun tanggung jawab semua guru mata pelajaran untuk melaksanakannaya. Semua guru dituntut untuk berupaya menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan, menumbuhkan kreatifitas, serta pengembangan skill siswa agar nantinya menjadi generasi yang berguna dan berbudi pekerti luhur.
Nurul Zuriah dalam bukunya Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Prespektif Perubahan memberikan kontribusi pikiranya dengan memberikan pemahamannya tentang pendidikan moral dan budi pekerti beserta detail pelaksanaannya, antara lain: hakekat dan subsatansi pendidikan budi pekerti, platform pendidikan moral dan budi pekerti, urgensi pendidikan budi pekerti dan Pkn di masa kini, menggagas pendidikan budi pekerti dimasa depan, dan sebagai orientasi praktis dibahas kurikulum berbasis kompetensi pendidikan budi pekerti.
Selain penelaahan terhadap buku-buku referensi, penulis juga melakukan penelaahan terhadap hasil-hasil penelitian yang ada. Sejauh peninjuan dan penelaahan yang penulis lakukan terkait dengan pelaksanaan pendidikan berbasis budi pekerti belum ada. Penulis hanya menemukan kemiripan judul diantaranya: Skripsi Saudara Nasum yang berjudul Akhlak Siswa Terhadap Guru di SMP Negeri 2 Jeruk Legi Cilacap, dalam kesimpulannya dikatakan bahwa akhlak yang dimiliki oleh siswa adalah tercermin melalui sikap yang tenang, serius dan rasa tanggungjawab yang tinggi ketika mengikuti setiap mata pelajaran tanpa harus memilih-milih atau membedakan salah satu mata pelajaran.[20]
Kemudian skripsi Saudara Rokhiman yang berjudul Nilai-Nilai Moral dalam Pendidika Islam skripsi ini menggambarkan tentang nilai moral yang bersumber dari Islam (Al-Qur'an) dan pandangan manusia pada umumnya tentang moral. Skripsi ini lebih banyak menyoroti tentang pendidikan Islam yang selama ini dipelajari lebih banyak mengandung tentang perbaikan atau pengembangan moral umatnya atau anak didiknya. Moralitas suatu golongan akan tercermin dari sejauh mana golongan tersebut memahami akan ajaran agamanya semakin dalam memahami ajaran agama, semakin baik akhlaknya (moral) golongan tersebut. Begitu juga sebaliknya, ketika pemahaman agamanya kurang maka akhlak (moralitas) akan sangat memperihatinkan.[21]
Selain itu juga skripsi Saudara Ulul Huda yang berjudul Penciptaan Tradisi Religious di SMP PGRI Baturaden hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa penciptaan tradisi religious di SMP PGRI Baturaden telah melibatkan semua tenaga kependidikan (kepala sekolah, dewan guru, dan karyawan). Masing-masing komponen tersebut melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kedudukanya. Kepala sekolah senantiasa berkomunikasi dan bekerjasama dengan komite sekolah, guru-guru non agama menyisipkan nilai-nilai akhlakul karimah yang sesuai dengan materi yang sedang dibahas maupun yang terlepas dari materi. Para karyawan memberikan tauladan yang baik dan memberikan pengawasan terhadap para peserta didik di sekolah.[22]
Bedanya dengan topik diatas, skripsi ini penulis lebih memfokuskan pada bagaimana pelaksanaan pendidikan budi pekerti yang dilakukan oleh sekolah sebagai upaya untuk menciptakan peserta didik yang memiliki budi pekerti luhur yang tercrmin dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penelitian yang akan penulis lakukan belum pernah ada dan sangat berbeda dengan penelitian yang sudah ada.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif. Yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yakni keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.[23]
Dalam hal ini penulis berupaya menggambarkan tentang bagaimana pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden Kabupaten Banyumas.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi di SMP Negeri 1 Baturaden. Penulis merasa tertarik memilih lokasi ini karena SMP ini terletak di daerah wisata baturaden, yang kiranya perlu adanya perhatian khusus pada peserta didiknya agar selalu menjaga budi pekerti dalam bersikap dan bertindak. Selain itu sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah di bawah nauangan Departemen Pendidikan Nasional yang menerapkan pendidikan berbasis budi pekerti dalam pelaksanaan pendidikanya.
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah:
a. Kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan dalam penerapan pendidikan budi pekerti.
b. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Budi Pekerti
Guru mata pelajaran pendidikan budi pekerti sebagai subjek penelitian untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden. Namun tidak menutup kemungkinan penulis melakukan wawancara dengan guru lain untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden
5. Metode pengumpulan data
Metode yang digunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:
a. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.[24] Dalam menggunakan metode ini, penulis turun lansung kelapangan serta mengamati secara langsung bagaimana pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden baik itu di kelas maupun di luar kelas. Hasil dari pengamatan itu penulis catat sesuai dengan kata-kata penulis sendiri. Selain itu penlis juga mencatat apa-apa yang sekiranya mendukung terhadap penelitian ini. Seperti keadaan di lingkungan sekitar sekolah dan situasi pada saat pembelajaran berlangsung.
b. Metode Interview
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode wawancara mendalam (deep interview), yaitu pertemuan langsung dengan nara sumber (kepala sekolah dan guru budi pekerti) secara berulang-ulang untuk mendapatkan berbagai data penjelasan utuh dan mendalam darinya.
Dalam penelitian ini, metode tersebut digunakan sebagai media pokok untuk mendapatkan data primer dari pendidik. Interview yang digunakan dalam metode ini adalah interview bebas terpimpin yaitu model wawancara dengan memepersiapkan lebih dulu pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada informan (interliview gude), namun cara penyampaian pertanyaan tersebut dilangsungkan secara bebas.[25]
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden. Penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah terkait dengan kebijakannya menerapkan Pendidikan Budi Pekerti di sekolah tersebut. sedangkan untuk guru budi pekerti metode ini digunakan untuk mengetahui proses pelaksanaan pendidikan budi pekerti secara menyeluruh baik ketika pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.[26] Di dalam melakukan metode dokumentasi, peneliti melakukan peninjuan benda-benda tertulis seperti dokumen sekolah, Buku RP dan Silabus mata pelajaran Budi Pekerti, peraturan-peraturan sekolah dan sebagainya.
Penggunaan metode ini untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya lembaga, visi misi, tujuan dan letak geografis SMP Negeri 1 Baturaden, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan, siswa, sarana dan prasarana serta dokumen lain yang diperlukan.
6. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data kualitatif, maksudnya adalah penulis menggabungkan data-data yang satu dengan yang lainnya kemudian penulis menuangkan hasilnya dengan bentuk kata atau kalimat sendiri. Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan di capai, maka teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:
a. Deskriptif analisis, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.[27] Metode ini penulis gunakan untuk menyimpulkan data dan menganalisis data yang telah terkumpul.
b. Metode berfikir induktif, adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi, menuju pada suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi satu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi.[28] Metode ini penulis gunakan untuk menganalisis data kaitanya dengan pelaksanaan pendidikan budi pekerti dan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya di SMP Negeri 1 Baturaden.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh terhadap skripsi ini, maka perlu dijelaskan bahwa skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Pada bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, halaman pernyataan keaslian, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar tabel.
Bagian kedua memuat pokok-pokok permasalahan yang termuat dalam bab I sampai bab V
BAB 1 berisi pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan pendidikan budi pekerti yang membahas masalah-masalah antara lain: pengertian budi pekerti, tujuan pendidikan budi pekerti, nilai dan sifat-sifat Budi Pekerti, ciri-ciri pendidikan budi pekerti, urgensi pendidikan budi pekerti, metode dan model penyampaian budi pekerti serta pelaksanaan pendidikan budi pekerti.
BAB III berkaitan tentang gambaran umum SMP Negeri 1 Baturaden yang meliputi: letak geografis, sejarah singkat berdirinya SMP Negeri 1 Baturaden, visi, misi dan tujuan SMP Negeri 1 Baturaden, struktur oganisasi SMP Negeri 1 Baturaden, keadaan guru, siswa dan karyawan, sarana dan prasarana SMP Negeri 1 Baturaden, serta budaya SMP Negeri 1 Baturaden.
BAB IV Penyajian dan Analisis data yang yang merupakan inti dari skripsi ini yaitu tentang pelaksanaan pendidikan budi pekerti serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SMP Negeri 1 Baturaden.
BAB V adalah penutup, dalam bab ini akan disajikan kesimpulan, saran-saran yang merupakan rangkaian dari keseluruhan hasil penelitian secara singkat.
Bagian ketiga skripsi ini merupakan bagian akhir, yang didalamnya akan disertakan pula daftar pustaka, daftar riwayat hidup dan lmpiran-lampiran yang mendukung.
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijinkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah PELAKSANAAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com |