Perilaku manusia dalam menjalankan hidupnya dipenuhi dengan kegiatan pengambilan keputusan, yang pada hakikatnya adalah menentukan pilihan atas sejumlah alternatif yang tersedia. Mulai terjaga pada pagi hari, sudah dihadapkan pada pilihan antara bangun atau tidur terus. Begitu dijatuhkan pada pilihan “bangun”, dihadapakan lagi pada pilihan alternatif berikutnya: jalan pagi dulu, mandi dulu, atau sarapan dulu. Begitu seterusnya sampai malam hari telah tiba dan kembali ke tempat tidur dengan pilihan isterahat dan tidur. Dengan demikian, kegiatan manusia sesungguhnya berkisar pada rangkaian pengambilan keputusan secara sadar atau tidak.
Setiap kegiatan yang dilakukan manusia, didahului oleh pengambilan keputusan, kecuali kegiatan yang bersifat refleksi. Kemudian, setiap keputusan akan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang merupakan konsekwensi logis pengambilan keputusan itu. Keputusan yang tidak ditindaklanjuti adalah tinggal keputusan, mandul, dan sia-sia. Keputusan, sebagai hasil suatu proses pengambilan keputusan, merupakan awal prilaku berikutnya. Keputusan yang tepat mewujudkan tindakan dan hasil yang tepat. Keputusan yang keliru akan melandasi prilaku yang keliru pula serta membuahkan kegagalan dan menjauhkan tujuan. Kalau mengalami kegagalan, sesali dan ratapilah keputusan yang diambil sebelumnya.
Pengambilan keputusan itu penting dan perlu dilakukan secara cermat dengan pertimbangan yang tepat pula. Penting, karena akan menentukan prilaku berikutnya. Perlu cermat karena mengandung berbagai konsekwensi. Apabila telah memilih salah satu alternatif, berarti kehilangan kesempatan memilih alternatif lain pada waktu yang sama. Sekali memilih berpergian dengan pesawat udara, misalnya, tidak mungkin lagi pada waktu yang sama memilih dan melaksanakan alternatif lain, misalnya naik kereta api. Sikap dan kebiasaan pun perlu disesuaikan dengan pilihan. Cara berpakaian dan pengemasan barang bawaan, berbeda kalau berpergian dengan peswat dibandingkan dengan bis atau kereta api. Begitu sudah naik pesawat dan di tengah perjalanan terjadi cuaca buruk dan masuk ke kantong-kantong udara yang hampa sehingga pesawat sepertinya kehilangan kendali dan terjatuh, kita tidak bisa lagi berbalik ke alternatif lain, ke titik awal sebelum terbang, atau minta turun dari peswat. Pindah kuliah ke universitas lain setelah tiga atau empat semester, karena pelayanan akademis kurang memuaskan, tentu merasa berat karena sudah “terlanjur” dijalani sekian lama. Merasa salah pilih pasangan sesudah hidup bersama selama belasan tahun dan telah mempunyai keturunan, tentu berpikir berkali-kali untuk bercerai dan tidak bisa lembali ke keadaan awal sebelum menikah. Terlalu beresiko, telah memakan biaya, waktu, dan tenaga (sunk cost) untuk berbalik ke keadaan semula.
Apa yang terjadi pada hari ini merupakan realisasi atau hasil dari keputusan yang diambil pada waktu yang lalu. Apa yang terjadi besok atau di kemudian hari merupakan hasil atau akibat keputusan yang dibuat pada hari ini atau hari-hari sebelumnya. Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan dan keputusan yang diambil menentukan pengalaman demi pengalaman hidup. Dengan demikian, jalan dan alur hidup atau keberhasilan dan kegagalan seseorang atau sebuah organisasi ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuatnya. Begitu pentingnya pengambilan keputusan. serta penyesalan atas keputusan yang dibuat datangnya selalu terlambat Manajemen sering diartikan dengan ” getting things done through the other people”. Pengertian itu menekankan proses (gettings done) dan berorientasi pada pencapaian hasil. Pada hal seperti diuraikan sebelumnya, terdapat kegiatan pengambilan keputusan yang menentukan proses dan hasil kegiatan itu. Pengambilan keputusan yang keliru akan membuat proses dan hasil yang keliru. Oleh karena itu, amatlah penting untuk memahami bagaimana sebenarnya proses keputusan dibuat dan bagaimana mengambil keputusan yang benar.
Banyak orang berpendapat, keputusan yang tepat dan benar adalah yang diputuskan secara rasional dalam arti bahwa proses pengambilan keputusan melalui pengembangan (generating) alternatif pilihan, mengkaji konsekwensi masing-masing alternatif, dan menilai serta memilih alternatif berdasarkan tujuan atau nilai yang dianut, nilai pribadi kalau untuk keputusan pribadi dan nilai organisasi kalau untuk keputusan organisasi. Alternatif dikembangkan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai serta kondisi yang ada; relevansi alternatif diukur sejah mana alternatif itu terkait dengan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan.
Setiap alternatif menentukan tindakan berikutnya dan berikutnya yang disebut konsekwensi. Semakin jauh ke depan, semakin sulit diprediksi konsekwensi masing-masing alternatif karena ketidakpastian. Oleh karena itu untuk pengambilan keputusan yang memiliki jangkauan jauh ke depan, lebih banyak dipergunakan pertimbangan nilai. Untuk keputusan pribadi, yang dipergunakan adalah nilai pribadi; untuk keputusan organisasi, nilai organisasi yang dipakai. Nilai organisasi biasanya tercermin pada, visi, misi dan tujuan organisasi. Masing-masing individu atau organisasi memiliki nilai yang berbeda-beda, sehingga pilihan alternatif dapat berbeda antar individu atau organisasi untuk masalah yang sama.
Terjadinya perubahan kebijakan akibat pergantian pemimpin organisasi, pada hal masalah yang dihadapi masih sama dengan yang sebelumnya, disebabkan oleh nilai yang dianut oleh pemimpim baru itu berbeda. Kerap terdenga celotehan, “Ganti Menteri, ganti kebijakan pada hal masalahnya masih yang itu-itu juga”. Menanggapi komentar wartawan atas perubahan-perubahan kebijakan yang dibuatnya, pernah juga sorang Menteri berujar, ” Saya datang dengan suatu mission“. Celotehan dan ujaran seperti itu dapat dimaklumi apabila dipahami bahwa dalam pengambilan keputusan tertentu pertimbangan nilaiyang dianut pengambi keputusan lebih dominan daripada fakta.
Secara umum sering disebutkan, keputusan yang beanr atau tepat adalah keputusan yang rasional. Rasionalitas itu pada umumnya dikaitkan dengan logika atau penalaran sehingga unsur-unsur subjektivitas dapat dihindarkan. Herbert Alexander Simon (1997) menjelaskan, keputusan yang disebut rasional itu sebenarnya masih dapat dipertanyakan serta memerlukan penjelasan lebih lanjut, rasional menurut siapa? Karena rasionalitas juga mengandung uinsur-unsur nilai, Simon mengkategorikan rasionalitas itu ke dalam objectively rational, subjectively rational, consciously rational, deliberately rational, organizationally, dan personally rational. Penjelasan Simon tentang rasionalitas menunjukkan bahwa tidak ada rasionalitas yang mutlak tetapi bergantung dari sudut mana atau kepentingan mana melihatnya.
Di samping perlu penjelasan lebih lanjut, Simon juga juga mengemukakan bahwa rasionalitas itu terbatas (bounded rationality) karena pengetahuan dan kemampuan manusia terbatas dalam mengembangkan alternatif, memperediksi konsekwensi-konsekwensi masing-masing-masing alternatif dan menerapkan nilai dalam pemilihan alternatif. Keterbatasan itulah yang membuat suatu keputusan yang sebelumnya sudah dianggap sangat rasional tetapi tidak serta merta luput dari masalah dan mungkin juga tidak memecahkan masalah serta tidak mencapai tujuan. Keterbatasan ini pula merupakan salah satu alasan munculnya pepatah “Man propose, God dispose”, manusia merencanakan, Tuhan menentukan/memutuskan.
Dilihat dari dasar pertimbangan serta proses pengambilan keputusan dengan melakukan langkah-langkah seperti dikemukakan sebelumnya menggunakan pendekatan ekonomi atau memaximalkan (maximizing) hal-hal yang positif dan meminimalkan (minimizing) hal-hal yang bersifat negatif. Alternatif yang memiliki manfaat yang lebih besar cenderung diprioritaskan daripada alternatif yang memiliki banyak kelemahan.
Menurut Simon (1997), pada setiap pengambailan keputusan dipergunakan fakta dan nilai sebagai premis. Fakta berkaitan dengan benar atau salah, sedangkan nilai berkaitan dengan baik atau buruk. Benar atau salah dapat dibuktikan secara empiris dengan menggunakan alat indera ( korespondensi dan pragmatis)atau logika (koherensi). Sedangan baik atau buruk bergantung pada nilai/norma yang dianut atau kesepakatan bersama dalam kelompok. Kalau kebenaran fakta tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, maka nilai sering sekali ditentukan oleh tempat dan waktu. Dengan demikian, apa yang baik untuk seseorang, belum tentu demikian untuk orang atau kelompok lain. Apa yang dianggapb buruk pada wakktu lalu, bisa jadi dianggap baik pada waktu sekarang. Oleh karena itu fakta yang sama dapat ditanggapi secara berbeda oleh orang atau organisasi yang berbeda karena perbedaan nilai yang dianut masing-masing.
Fakta merupakan pertimbangan yang juga penting dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan berdasarkan data, informasi, atau fakta yang keliru akan menghasilkan keputusan yang keliru. Selanjutnya kalau keputusan yang demikian dilaksanakan maka tidak akan dapat mencapi tujuan yang dikehendaki. Untuk memperoleh fakta yang benar, akurat, mutakhir, dan relevan, berbagai alat (decision making tools), seperti Six Thinking Hats, Critical Path Metod, Cost Benefit Analysis, Pareto Analysis, Plus Minus Implications, Grid Analysis, Force Field Analysis, dan SWOT Analysis. Dalam menerapkan masing-masing alat itu, sering pula dipergunakan teknologi informasi (komputer) untuk lebih menjamin fakta yang diperlukan. Penggunaan teknologi informasi sangat membantu pengambilan keputusan keputusan-keputusan yang terprogram dan rutin serta dapat diserahkan sepenuhnya kepada mesin itu. Keputusan yang dibuat oleh mesin itu akan benar/tepat apabila data yang dimasukkan tepat pula dan sebaliknya, garbage in garbage out. Akan tetapi perlu dicatat bahwa keputusan yang memerlukan pertimbangan nilai tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada teknologi informasi/mesin dan diperlukan peran manusia sebagai pengambi keputusan.
Sebuah rumah tua di tengah kota dan tidak layak lagi dihuni, masih tetap dipelihara dan tidak diganti dengan bangunan baru yang lebih menguntungkan serta memperindah kota. Keputusan melestarikan rumah tersebut lebih didasarkan pada nilai dari pada fakta. Sebagai kendaran ke kantor seseorang memilih dan membeli mobil sedan BMW yang lebih mahal dan lebih banyak menggunakan bahan bakar daripada minibus Kijang, karena pertimbangan prestise/gengsi, yang berarti pertimbangan nilai melebihi pertimbngan fakta. Banyak contoh keputusan lain, khususnya di bidang politik, yang menunjukkan pembuatannya lebih didasarkan pada pertimbangan nilai daripada pertimbangan fakta.
Pertanyaan yang muncul ialah bagaimana menggunakan pertimbangan nilai dan fakta dalam pengambilan keputusan? Pertama, semakin tinggi tingkat pengambilan keputusan semakin banyak menggunakan pertimbangan nilai dan semakin sedikit pertimbangan fakta. Semakin rendah tingkat pengambilan keputusan semakin banyak menggunakan pertimbangan fakta dan semakin sedikit pertimbangan nilai. Kedua, semakin jauh ke depan jangkauan keputusan yang diambil semakin banyak menggunakan pertimbangan nilai dan semakin sedikit pertimbanngan fakta. Semakin dekat ke depan jangkauan keputusan yang diambil, semakin banyak menggunakan pertimbngan fakta dan semakin sedikit pertimbangan nilai.
Dalam mengambil keputusan, manajer puncak lebih banyak menggunakan pertimbangan nilai seperti dalam menetapkan visi, misi, dan tujuan organisasi. Sungguhpun demikian ia tetap juga menggunakan pertimbangan fakta seperti kondisi dan kemampuan organisasi, dan keadaan lingkungan. Sedangkan manajer tingkat menengah akan menggunakan nilai-nilai yang diputuskan manajer puncak, menjadi kebijakan yang lebih operasional dengan menggunakan data dan kenyataan yang lebih nyata. Dapat dikatakan bahwa manajer tingkat menengah menggunakan pertimbangan nilai dan pertimbangan fakta secara berimbang. Manajer tingkat bawah yang sehari-harinya menghadapi kegiatan operasional organisasi menjabarkan keputusan/kebijakan manajer tingka tmenengah menjadi keputusan-keputusan teknis operasional mengacu pada kondisi nyata dengan tetap mengacu pada tujuan/nilai organisasi. Ia lebih banyak menggunakan pertimbangan fakta dari pada pertimbangan nilai. Sampai pada tingkat pelaksana atau operator (front liner), kedua pertimbangan itu tetap dipergunakan dengan komposisi pertimbangan fakta jauh lebih dominan.
Oleh karena keterbatasan kemampuan manusia mengetahui secara persis keadaan masa depan, keputusan yang jangkauannya jauh ke depan, menggunakan lebih banyak pertimbangan nilai dari pada fakta. Sebagai contoh, dalam Pembukaan UUD Tahun 1945 disebutkan bahwa tujuan kemerdekaan Republik Indonesia adalah untuk mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Tujuan tersebut adalah tujuan jangka panjang serta digambarkan secara kualitatif yang mencerminkan nilai/norma yang diinginkan. Untuk mewujudkannya nilai itu perlu dijabarkan lebih terukur dalam tahapan-tahapan kebijakan: jangka menengah, jangka pendek atau 25 tahun, 10 tahun, lima tahun, atau tahunan. Semakin dekat ke depan jangkauan keputusan yang dibuat, semakin banyak menggunakan pertimbangan fakta yang kongkrit.
Contoh-contoh yang telah diberikan menunjukkan, setiap keputusan individu atau keputusan organisasi selalu didasarkan pada pertimbangan nilai dan fakta. Komposisi antara kedua pertimbangan itu bergantung pada jenis keputusan yang diambil, tingkat pengambilan keputusa, serta jauhnya jangkauan ke depan keputusan yang diambil. Perbedaan antara keputusan pribadi dan keputusan organisasi dapat dilihat dari premis pengambilan keputusan yang dipergunakan. Kalau keputusan itu didasarkan pada fakta dan/atau nilai pribadi maka keputusan itu adalah keputusan pribadi walaupun yang mengambil keputusan mengatasnamakan atau berada dalam organisasi. Loyalitas seseorang terhadap organisasi dapat diukur dari premis keputusan-keputusan yang dibuatnya dan menjadi dasar prilakunya dalam organisasi.
Referensi
- Drummond. H. (2001). The art of decision making:Mirriors of imagination, masks of fate. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd
- Shapira, Z, (Ed). (2002). Organizational decision making. New York: Cambridge University
- Simon, H.S. (1997) Administrative behavior: A study of decision-making proocesses in administrative organizations. New York: The Free Press.
- UUD 1945 hasil amandamen & proses amandemen UUD1945 secara lengkap. Jakarta:Sinar Grafika
- http://qedo40.blogspot.com/
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijinkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah PENGAMBILAN KEPUTUSAN, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini.Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com |