A. Pendahuluan
Globalisasi yang ditandai dengan berbagai kemajuan dalam bidang teknologi informasi, dan komunikasi mendorong terjadinya berbagai perubahan baik itu dalam dunia pendidikan maupun pembelajaran. Secara makro perubahan itu mendorong terjadinya percepatan proses demokratisasi dan equity dalam pembelajaran. Guru atau tenaga pengajar kini tidak lagi merupakan satu satunya sumber dalam proses pembelajaran. Alam yang terbentang dirancang atau tidak dirancang dapat menjadi sumber pengetahuan yang setiap saat siap menyajikan apa saja yang diinginkan oleh peserta didik.
Dengan kemajuan Teknologi Informasi dan komunikasi ada beberapa hal yang kita dapatkan yaitu: a)Semakin cepatnya akses terhadap suatu informasi, b)Komunikasi dengan berbagai macam orang tidak tergantung oleh geografi, dan c)Dapat menginternalisasikan suatu ide atau pikiran dalam bentuk teks, graphic, suara dan gambar.[1]
Mencermati fenomena di atas, pendidikan tidak lagi didefinisikan sebagai sebuah proses transfer pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Definisi ini sangat personalisme (kontak antar orang dewasa dan anak menjadi batasan arti pendidikan), dan kini telah ditinggalkan oleh banyak orang. Pendidikan direvolusi oleh teknologi pembelajaran. Dimana peserta didik memiliki keleluasaan dalam hal belajar, kapa saja ia harus belajar, materi apa saja yang harus dipelajari, dengan bantuan apa ia harus belajar. Semua tersaji seperti outlet air mineral sepanjang jalan.
Begitu juga halnya dengan pendidikan Islam, kini terdapat satu era dimana pendidikan tidak lagi berpusat pada orang atau pendidik, akan tetapi lebih dari itu kita sedang mengalami apa yang disebut era digitalisasi pendidikan. Tulisan berikut ini mencoba memberi beberapa cuplikan dimana pendidikan telah merambah era digital yang telah hadir didepan kita.
Pendidikan Islam Dalam Era Digital
Oleh Mardianto
B. Revolusi Pendidikan
Salah satu karya yang tidak dapat dipisahkan dalam sejarah manusia adalah pendidikan. Dengan pendidikan manusia dapat mengukir sejarah, tetapi juga bukan tidak banyak karena persoalan pendidikan pula manusia dapat menghancurkan peradaban dalam sejarah manusia. Sampai disini dapat ditegaskan bahwa pendidikan selalu beriringan dengan perkembangan kehidupan manusia, dan perkembangan manusia selalu merubah arti pendidikan dalam diri manusia. Seiring dengan semakin berkembangnya peradaban manusia maka kegiatan pendidikan semakin beragam dalam jenis, bentuk, dan penyelenggaraannya.
Tak dapat disangkal lagi bahwa kebutuhan akan informasi aan senantasiasa meningkat dalam era kita ini. Informasi itu berupa berita, data, pesan, fakta, pendapat, kritik, dan saran yang diperlukan agar kita dapat memahami, dan karena itu mengambil keputusan atau bertindak selaras dengan kondisi serta situasi di mana kita berada.
Pada awal kebudayaan, manusia memperoleh pendidikan dari alam sekitarnya. Dalam perkembangan kemudian ada orang orang tertentu yang diberi wewenang khusus untuk memberikan pendidikan yang kemudian kita kenal dengan sebutan “guru”. Namun guru bukanlah satu satunya sumber bagi peserta didik untuk memperoleh pendidikannya. Guru hanyalah salah satu sumber insani, dan disamping itu masih ada lagi sumber non insani. Sumber sumber insani ini hanrus pula dlengkapi dengan sumber sumbe non insani berupa lingkungan, alat, media dan sebagianya. Peranan guru sebagai penyaji informasi tidak lagi tepat dalam perkembangan ini, karena hal itu dapat dilakukan oleh media.[2]
Ketika jumlah penduduk semakin bertambah, sumber daya alam semakin berkurang, kesempatan mendapatkan guru semakin kecil dan sementara pendidikan tetap harus dilaksanakan, maka timbullah kenyataan kegiatan pendidikan selalu tidak sebanding dengan yang diinginkan. Bertambahnya jumlah penduduk memang telah diantisipasi dengan kebijakan “Pendidikan Untuk Semua” the education of all. [3]Yang lebih penting dari hal ini adalah kesempatan seluruh warga untuk akses dalam dunia pendidikan harus dibuka secara lebar. Ini artinya bahwa tidak ada diskriminasi kesempatan, bukan hanya orang yang di kota untuk mengecap pendidikan yang layak, akan tetapi siapa saja di muka bumi adalah mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Harus diakui bahwa perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap perkembangan pendidikan Jarak Jauh. Eric Ashby[4] pernah menulis tentang perkembangan ini dimana menurutnya pendidikan telah mengalami empat revolusi yang sangat dramatis yakni; revolusi pertama terjadi pada waktu masyarakat memberikan wewenang pendidikan kepada orang tertentu hingga timbul “profesi guru”. Refolusi kedua terjadi akibat digunakannya lisan atau tulisan dalam belajar di sekolah maka ada yang disebut “buku pelajaran”. Revolusi ketiga terjadi dengan ditemukannya mesin cetak yang mengakibatkan pendidikan lebih berbasis pada sumber buku yang tersedia”. Revolusi keempat terjadi akibat adanya perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat dimana semua bahan, proses dan bentuk pendidikan dapat ditransper lewat peralatan elektronik.
Pendidikan harus tetap dilaksanakan, jumlah penduduk yang semakin bertambah tidak menyurutkan konsep pendidikan harus menghadapi dari tantangan ini. Untuk itu kembali kedasar semula, bahwa pendidikan adalah sebuah proses mewariskan menyampaikan nilai, dapat dilaksanakan dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja, maka secara bijak kegiatan pendidikan dapat dilakukan di luar kelas. Oleh Jonansen[5] taksonomi kegiatan pendidikanpun berkembang menjadi empat model yakni sbb:
- Model A: proses pembelajaran yang berlangsung pada tempat dan waktu yang sama (same place/same time).
- Model B: proses pembelajaran yang berlangsung pada tempat yang sama dan waktu yang berbeda: (same place intruction/different time)
- Model C: proses pembelajaran yang berlangsung pada tempat yang berbeda dan waktu yang sama: (different place/same time)
- Model D: proses pembelajaran yang berlangsung pada tempat yang berbeda dan waktu yang berbeda pula:(different place/different time instruction).
Pembagian ini memang cukup antisipatif, dimana pendidikan tidak lagi harus menggunakan satu tempat yang sama, satu waktu yang sama dalam melaksanakannya. Begitu fleksibelnya kegiatan pendidikan tiada lain untuk mempertahankan bahwa pelayanan kegiatan pendidikan tetap mampu memberikan yang terbaik bagi ummat.
Teknologi belajar maupun kebutuhan belajar berubah cepat. Hal ini menutut pendidik maupun institusi pendidikan untuk cepat menyesuaikan dengan perubahan tersebut.[6] Apa yang harus dilakukan oleh para perancang pendidikan, tentu mempersiapkan bahan ajar yang tidak tergantung pada pendidik. pendidik dapat tinggal di rumah, akan tetapi bahan ajar dapat disebarkan, diperoleh dan dipelajari oleh peserta didik kapan saja, dimana saja oleh siapa saja. Pendidikan Islam sesungguhnya telah lama memiliki sumber dalam bentuk teks yakni Al Qur`an, dan Al Hadits, serta berbagai materi dan informasi lainnya. Formula serta kemasan kemasan yang selalu up date yang berubah dan tentunya dituntut agar sesuai dengan kebutuhan ummat, dan tuntutan zaman.
C. Era Baru Pendidikan Islam
Dalam agama Islam terdapat satu pengakuan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) yang dengan potensinya ia memerlukan bimbingan, pengarahan untuk menemukan hakikat fitrah menuju kepada hanif. Dari sini manusia memerlukan pendidikan, pendidikan untuk membimbing fitrah agar dapat mencapai satu tujuan yang hakiki yakni menjadi abdun. Panduan untuk membimbing dan mengarahkan potensi manusia adalah Al Qur`an. Seperti dijelaskan bahwa: Dan Al Qur`an ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang orang yang Al Qur`an sampai (kepadanya).[7] Al Qur`an memang diturunkan untuk memberikan pembelajaran bagi ummatnya agar dapat mengembangkan fitrah secara benar dan optimal. “Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qu`ran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali didalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau agar Al Qu`ran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.[8]
Dalam konsep agama memang setiap individu diwajibkan untuk belajar, tetapi yang lebih utama adalah bila sanggup untuk mengajar. Kewajiban ini sangat sarat dengan perintah agama dimana orang yang memiliki ilmu pengetahuan untuk mengajar merupakan tempat terhormat dibanding orang lain. Sadar akan hal di atas, dalam sejarah Islam keberanian Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua mengusulkan pada Abu Bakar untuk menuliskan mushaf Al Qur`an agar tidak tercecer atau hilang. Keberanian inilah yang kemudian menjadi warisan ummat Islam yang sangat berharga yakni Kitab suci bernama Al Qur`an.[9] Dari sinilah kegiatan pembelajaran dalam Islam mengalami revolusi kedua dari pengajaran bersumber pada otoritas seorang Rasul sebagai revolusi pertama bergeser pada sumber outentik.
Pendidikan akan terus dibutuhkan oleh ummat manusia, dimana untuk mempelajari Al Qur`an sebagai ilmu pengetahuan maupun untuk mendalaminya sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan akan tetap diperlukan. Sadar bahwa ummat Islam pada awal lahirnya masih dapat dihitung dengan sekelompok jama`ah, kemudian terus bertambah dan berkembang, maka revolusi ketigapun terjadi. Sumber ilmu pengetahuan dan kebenaran semakin jauh dari sumber aslinya yakni Rasul dan Al Qur`an. Untuk itu dilakukan tafsir yakni pemberian makna yang lebih universal sesuai dengan kebutuhan zaman dan keadaan bagi ummat tentang ajaran agama. Makanya pendidikan terus diperlukan, dan revolusi ketiga pembelajaran dalam agama Islampun bergulir.
Dari Al Qur`an sampai Al Hadits, bahkan berbagai sumber pembelajaran agama Islam kini terus dibenahi, dikembangkan dan dievaluasi setiap saat agar tetap up date dengan berbagai kondisi, berbagai keadaan, berbagai macam ragam tuntutan ummat. Sisi lain dari revolusi keempat menurut penulis adalah terjadinya era digital dalam materi pendidikan Islam, berikut ini beberapa komponen di antaranya yakni:
1. Al Qur`an Digital
Kini Al Qur`an dilihat dari materialnya tetap terjaga seperti awal turunnya 14 abad yang lalu. Namun formulasi dan kemasannya telah banyak mengalami perubahan. Kita kenal Al Qur`an dalam bentuk CD dengan formula Holy Qur`an versi 6,31 yang diproduksi oleh Syarikat Program Sark 1991-1996 sangat membantu ummat untuk mempelajari Islam sebagai sebuah karya agama. Menurut penulis revolusi keempat pembelajaran dalam agama Islampun terjadi. Dengan CD Al Qur`an tersebut siapa saja dapat mempelajaari Al Qur`an, dimana saja dapat diajarkan, dan kapan saja dapat dilakukan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan ummat.
Begitu juga halnya dengan Al Qur`an Digital, yang kini dengan mudah dipindah antar soft ware komputer. Karya anak bangsa ini merupakan satu hasil yang optimal sampai saat ini dimana dengan komputer kita dapat membuka halaman Al Qur`an dari berbagai aspek yang diinginkan.
2. Al Hadits Digital
Dapatkah kita bayangkan sepuluh tahun yang lalu, kita seorang pengajar Ilmu Hadits membawa buku Hadits apakah itu Subulussalam dan atau Shahih Bukhari, Shahih Muslim, yang masing masing buku tersebut lebih dari 200 halaman? Alih alih kini dosen Ilmu Hadits hanya membawa sebuah Note Book atau Laptop dapat mengajarkan seluruh Hadits yang pernah di tulis.
Program Software Hadits ini dengan mudah didapatkan tentu bukan monopoli dosen sebagai pengajar untuk memiliki otoritas sebagai penyampai pertama, tetapi siapa saja, mahasiswa, masyarakat lain dengan mudah untuk memperolehnya. Adapun profile Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:
Kutubutisah adalah kumpulan 9 Kitab Hadits yang mashur dikalangan umat Islam. Untuk ini dihadirkan agar lebih mudah dalam meneliti lebih jauh dalam bentuk compat disk. Didalamnya memuat mengenai matan hadits, sanad hadits dan biogafi sanad, serta keterangan hadits shahih atau dhaifnya sebuah hadits dan lain sebagainya.
9 Kitab Hadits dari Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, An Nasa`i, Ad Daarimi, Ibn Maajah, Ahmad, dan Malik.
Program ini dapat dijalankan pada Windowas 311, 95, 98 Arabic y Kualifikasi yang dibutuhkan adalah:
PC 486DX2 atau yang lebih tinggi
CD ROM Drive 4X atau yang lebih tinggi
Memory (RRM) 8 MB atau yang lebih tinggi
Sound card & Speaker
Hard disk space20 MB
Windows 311 Arab Windows 98 Arab
3. Materi Pembelajaran Digital
Adalah Harun Yahya ilmuwan asal Turki yang memiliki kreativitas dalam menyampaikan berbagai materi dan informasi pendidikan agama. Bila dahulu kita menerima pelajaran kejadian manusia lewat cerita, atau dengan termenung membayangkan hubungan antara Surat Al Baqarah ayat 30-39, Ar Rum 20, juga At Tin 5 dengan cerita seorang ibu mengandung dan melahirkan cucu Adam, kini semuanya dapat divisualisasikan yang dengan mudah kita mendangkapnya.
Visualisasi lewat satu teknologi program ini, tentu merupakan satu usaha untuk memberi kemudahan bagi ummat Islam mendalami kemudian memaknai pesan pesan Al Qur`an bagaimana kita diciptakan. Profile dan data progaram dalam bentuk VCD ini adalah sebagai berikut:
The Miracle of Man`s Creation by Harunyahya ini menceritakan tentang keajaiban Penciptaan Manusia.
Program ini dalam bentuk VCD
4. Encarta Sumber Digital
Islam dipahami sebagai satu konsep ajaran, maka akan tampak berbagai nilai yang memuat aturan normatif menjadi pedoman bagi umatnya, Islam diartikan sebagai inspirator untuk berkreasi maka tampak hasil budaya dan karya manusia. Tidak hanya umat Islam, program Encarta yang dikembangkan oleh Microsoft telah berhasil memberikan fasilitas soft ware yang sungguh luar biasa menurut ukuran teknologi pembelajaran saat ini. Program Encarta ini adalah pengembangan Digitalisasi Ensiklopedia Encarta yang telah bertahun tahun dikemas dalam bentuk buku. Kini hadir dalam bentuk software yang dengan mudah kita mendapatkannya.
Materi yang tersaji dalam program ini adalah historical, scince, art, games, social, humanisme, dan lain sebagainya. Data yang up tode (bila disambungkan dengan jaringan internet) akan memudahkan kita untuk memperoleh berbagai informasi apa saja yang kita inginkan, bahkan bukan hanya dalam bentuk teks, tetapi audio, bahkan pada bagian tertentu menyajikan vitur tiga dimensi.
Perkembangan teknologi banyak memberikan sumbangan terhadap kegiatan pendidikan, bahkan batasan pendidikan selalu sarat dengan perubahan yang terjadi setiap saat. Pendidikan tidak lagi sebatas ada mahasiswa dan dosen di ruang kelas, mengaji dalam masjid atau belajar klasikal. Kini pendidikan ada dimana mana, kapan saja dan bahkan dapat diakses oleh siapa saja. Formula pendidikan yang dapat memberikan layanan dalam tiga konteks yakni; tempat, waktu dan orang yang tidak terbatas dalam berbagai hal akan memberikan sumbangan yang sangat spektakuler khususnya dalam perkembangan zaman.
Islam sebagai agama universal tentu memiliki konsep konsep utama dalam hal pendidikan, nilai nilai agama yang memiliki daya relevansi pada tempat, waktu dan setiap orang bukan hanya teruji dalam sejarah, tetapi kini akan dapat dilihat bagaimana perspektifnya dalam satu bentuk pendidikan masa kini dan masa depan. Bentuk pendidikan yang dimaskud adalah Pendidikan dengan menggunakan bahan bahan digital dimana tempat, waktu dan orang mempunyai karakteristik yang sungguh berbeda dari pendidikan konvensional. Michale B.Moore[10]. Tulisan ini mencoba memberikan wacana baru dan kontribusi bagaimana menata kembali nilai nilai Islam yang dapat memberikan tawaran bagi alternatif pendidikan dimasa depan yakni pendidikan digital sebagai sebuah tantangan.
Akan ada lebih banyak inovasi. Bahkan mungkin pada tahun 2025 perangkat keras, perangkat lunak, metodologi dan peralatan saat ini akan dianggap sangat primitif. Tetapi inovasi di masa depan tidak akan sepesat inovasi yang telah terjadi dua puluh tahun terakhir ini. Begitulah yang terjadi pada setiap teknologi baru termasuk didalamnya digitalisasi informasi. Para pengembang aplikasi saat ini sedang mengarahkan perhatian mereka pada era era baru yang mungkin saja belum terhayalkan oleh kita disini dan saat ini.
Akankan pendidikan Islam akan tetap bertahan dengan prinsip dan konsep yang lama, tentu tidak, pilihan pilihan dimasa depan hadir didepan kita, berbagai kemudahan telah disajikan dalam bentuk penawaran. Hanya tinggal memutuskan ingin berubah atau mati, begitu Teknologi Pendidikan memberikan solusi. Pendidikan Islam dipercaya bukan harus terjebak dalam dikotomi antara memilih dengan tidak memilih. Digitalisasi pendidikan kaya akan tawaran tawaran yang bermuara pada upaya mempermudah proses pembelajaran. Kemudian nilai nilai yang menjadi pengontrol terhadap pilihan tersebut harus segera dirumuskan bersama, kalaulah ini dianggap sebagai salah satu puncak peradaban ilmiah, maka kita perlu tuntunan Ilahi, begitu kata Nadvi[11].
D. Penutup
Pendidikan adalah bagian dari kehidupan manusia, sampai kapanpun manusia hidup maka pendidikan akan terus menjadi bagian dari upaya pengembangkan kebudayaan manusia. Era pendidikan kini telah mengalami berbagai revolusi, termasuk didalamnya pendidikan Islam. Berbagai perangkat lunak telah diciptakan oleh para perancang digitalisasi informasi pendidikan, kini saatnya para pengguna seperti halnya pendidik, mahasiswa dan lainnya menyertakan diri sebagai bagian dari era tersebut. Tidak sanggup memberi nuansa dalam era tersebut, akan tergilas oleh sistem yang terjadi. Ingin tetap bertahan tentu tidak sekedar sebagai pemakai, tetapi ditantang untuk berkontribusi dari sekecil apapun yang kita miliki. Mengapa kita mesti alergi dengan apa yang disebut teknologi dalam pendidikan Islam.
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijinkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Pendidikan Islam Dalam Era Digital, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini. Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com |