Setiap manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan tidak hanya bisa diperoleh dari lembaga formal tapi bisa juga lewat pendidikan non formal. Anak atau bayi yang baru lahir pun ternyata sudah mengenyam pendidikan yaitu menangis. Menangis adalah sebuah bukti bahwa berfungsinya jasmani serta rohani bayi tersebut. Ketika umur mereka bertambah, mereka akan memperoleh pendidikan melalui sekolah. Disana anak-anak akan belajar banyak dari guru, teman-teman maupun lingkungan sekolah mereka. Meskipun anak-anak telah bersekolah, orang tua tak lantas melepaskan tanggung jawabnya untuk tetap mengawasi pergaulan anaknya dan membimbing serta mendampingi anaknya ketika belajar di rumah.
Peran orang tua juga sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan prestasi belajar anak. Orang tua hendaknya selalu memperhatikan prestasi anaknya di sekolah. Jangan lupa bertanya tentang apa saja yang anaknya lakukan di sekolah, bagaimana dengan pelajaran-pelajarannya di sekolah, apakah menemui kesulitan atau tidak, dan lain-lain.
Tidak sedikit pula banyak kasus yang muncul bahwa keberhasilan belajar atau prestasi seorang anak juga sangat dipengaruhi oleh bimbingan orang tua. Ketika orang tua senantiasa mengontrol proses kegiatan belajar anaknya, maka akan timbul di dalam diri anak tersebut sebuah motivasi positif yang dapat mendorong untuk rajin belajar. Anak tersebut juga tidak akan merasa sendirian dalam menanggung beban pelajaran dan tugas sekolah karena disamping mereka selalu ada orang tua yang mendampingi mereka.
Betapa pentingnya peran orang tua dalam menunjang keberhasilan seorang anak. Sehingga di dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang pentingnya peran dan bimbingan orang tua terhadap prestasi belajar anak.
B. Permasalahan
Dari uraian diatas, penulis mengambil permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara orang tua dalam memahami perilaku seorang anak sebagai siswa?
2. Apa sajakah sikap yang perlu dihindari orang tua terhadap anak dalam pendampingan belajar?
3. Hal-hal apa sajakah yang sebaiknya dilakukan orang tua dalam mendampingi anak belajar?
4. Apa sajakah anjuran dan pantangan bagi orang tua?
C. Pembahasan
1. Kajian Teori
Orang tua merupakan induk pembelajaran bagi seorang anak karena keluarga adalah tempat pertama dan utama sebagai lingkungan pendidikan anak. Orang tua memang berkewajiban merawat, mengasuh dan membimbing seorang anak sebelum ke jenjang sekolah. Menjaga berasal dari kata dasar ”jaga” yang berarti mengawasi sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya.[1] Ini berarti bahwa orang tua haruslah merawat anaknya dengan sebaik-baiknya. Orang tua juga bertugas mengasuh anak. Dari asal katanya ”asuh” yang berarti memelihara anak.[2] Sedangkan membimbing yang berasal dari kata dasar ”bimbing”[3] yang berarti memimpin, mengasuh atau menuntun. Membimbing disini tidak hanya sebatas kegiatan di rumah saja. Akan tetapi orang tua juga harus membimbing seorang anak dalam proses belajar di rumah.
Meskipun di sekolah sudah ada guru yang membimbing mereka belajar, namun bimbingan dan semangat dari orang tua juga perlu dalam proses belajar seorang anak. Karena lingkungan keluarga juga bisa menciptakan suasana efektif dan efisien untuk mengulang mata pelajaran yang telah diajarkan di sekolah. Bimbingan ini agaknya harus dilakukan secara terus menerus agar anak mampu berprestasi dengan baik. Anak juga butuh dorongan positif dari orang tua. Motivasi merupakan alasan atau dorongan yang bisa membuat seseorang untuk melakukan sesuatu.[4] Itulah sebagian cara untuk memberi kekuatan mental pada anak.
2 Analisis Masalah
a. Cara-cara Orang Tua dalam Memahami Perilaku Anak sebagai Siswa
Orang tua secara tidak langsung akan melepaskan seorang anak ketika anak tersebut langsung akan melepaskan pendidikan di sekolah. Keluarga sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama telah mulai ditinggalkan seorang anak meskipun tidak sepenuhnya. Ketika seorang anak mulai terjun ke bangku sekolah, maka ia sudah mulai mengenal pendidikan di dalam sekolah. Yang dimaksud pendidikan disini adalah upaya manusia dewasa membimbing manusia yang belum dewasa kepada kedewasaan atau usaha untuk menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya agar dapat mandiri, menjadi akil baligh, dan bertanggung jawab secara susila dan sikap bertanggung jawab.[5]
Secara garis besar manusia terdiri atas dua aspek, yaitu aspek jasmani dan rohani. Aspek jasmani meliputi antara lain tinggi dan besar badan, panca indera, anggota badan, kondisi dan peredaran darah, dan lain-lain. Aspek rohani meliputi kecerdasan, bakat, kecakapan hasil belajar, sikap, minat, motivasi, emosi dan perasaan, watak, kemampuan sosial, dan lain-lain. Berdasarkan aspek-aspek itulah orang tua hendaknya bisa memahami kondisi anak yang sudah bersekolah. Tidak jarang pula banyak anak yang kadang jenuh atas beban-beban tugas sekolah yang ia hadapi. Disinilah peran orang tua sangat penting untuk memberikan semangat dan mengembalikan gairah untuk belajar. Misalnya saja ada contoh, ketika seorang anak sedang mengamuk atau emosional yang mungkin dikarenakan oleh beban tugas-tugas sekolah, orang tua tak lantas ikut mengamuk kepada anak tersebut. Akan tetapi orang tua hendaknya membiarkan anak tersebut sebentar agar dia bisa menenangkan dirinya dan setelah itu tanyalah secara baik-baik apa yang sebenarnya menyebabkan si anak tersebut tiba-tiba mengamuk.
b. Hal-hal yang Sebaiknya Dihindari Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar
Banyak orang tua yang menginginkan anaknya kelak sukses. Akan tetapi tidak sedikit pula cara-cara anak tersebut secara tidak langsung. Bahkan banyak orang tua yang beranggapan bahwa harga diri meraka terletak pada kesuksesan anak-anak mereka. Ini berarti, jika seorang anak sukses maka orang tua akan merasa bangga dan tidak jarang pula para orang tua akan memberikan cinta yang berlimpah dalam bentuk apapun. Tapi apabila seorang anak gagal, orang tua akan merasa malu bahkan merasa anak tersebut adalah aib untuk mereka. Berikut ini ada beberapa tanda bahaya yang harus dihindari pada orang tua dalam membimbing anak belajar.[6]
1. Hindari Cinta Bersyarat pada Anak
Cinta bersyarat ini biasanya digunakan para orang tua untuk mengendalikan anak-anak mereka. Ketika anak meraka berhasil, mereka akan mengganjar keberhasilan tersebut dengan memberikan cinta mereka secara bebas bahkan bisa diekspresikan dalam bentuk pelukan dan ciuman. Tapi ketika anak mereka gagal. Mereka akan menghukum anak mereka sebagai luapan rasa kekecewaan. Pada tahap cinta ini, anak-anak hanya akan beranggapan bahwa mereka akan dicintai oleh orang tua atau semua orang lain, hanya jika sudah berhasil.
2. Cinta Iming-Iming
Cinta iming-iming merupakan cinta bersyarat yang lebih menyakitkan. Dimana cinta yang diberikan oleh orang tua ini, bukan cinta yang menghargai seorang anak dalam mencapai kesuksesan dalam prestasi belajar.
3. Pengharapan Orang Tua yang Tidak Sehat
Dalam hal ini orang tua haruslah mengerti benar apa itu target dan pengharapan. Target merupakan tujuan yang bisa atau tidak bisa dicapai oleh anak-anak. Ketika target tercapai anak-anak mereka sangat senang karena keberhasilan mereka bukan sesuatu yang pasti. Ketika target tidak tercapai, anak-anak merasa agak kecewa, tapi biasanya mereka puas dengan kemajuan yang berhasil mereka lakukan.
Pengharapan adalah asumsi bahwa sesuatu akan tercapai. Sebuah kesalahan yang patut disayangkan yang banyak dilakukan orang tua, adalah membuat penghargaan yang berbeda diluar kemampuan seorang anak. Tentunnya pengharapan yang seperti ini akan merusak anak-anak jika pengharapan tidak tercapai.
4. Pujian dan Hukuman yang Tidak Sehat
Sebagai orang tua, hendaknya mampu memilih dan memilah pujian dan hukuman terhadap prestasi belajar anak. Seorang anak yang dipuji kepandaiannya, bukan usahanya, akan menjadi terlalu terpusat pada hasil. Memuji anak-anak atas kepandaian mereka membuat mereka akan takut pada kesulitan karena mereka mulai menyamakan kegagalan dengan kebodohan. Begitupun cara orang tua menghukum anak. Orang tua lebih baik tidak memberikan kritik pribadi yaitu menyalahkan kemampuan seorang anak sebagai penyebab kegagalan mereka, menurunkan pengharapan mereka, memperlihatkan emosi negatif, dan berprestasi lebih buruk di masa depan.
5. Menjadi Orang Tua Target
Orang tua target yang dimaksud disini adalah orang tua yang memperlakukan anak-anak mereka seperti ”pegawai-pegawai kecil”. Biasanya orang tua yang seprrti ini akan mengharapkan anak-anak mereka untuk berproduksi dalam bentuk prestasi dan keberhasilan. Jika hasil yang diinginkan tidak terjadi, maka ”bos-bos” ini memperlihatkan rasa tidak suka mereka dan anak-anak mereka menganggap bahwa orang tua mereka akan ”memecat” mereka. Secara otomatis, orang tua yang seperti ini adalah orang tua yang menempatkan penekanan yang terlalu besar pada hasil usaha berprestasi anak.
Itulah beberapa hal yang harus dihindari para orang tua dalam membimbing anaknya belajar. Agaknya orang tua yang bijak harusnya lebih mementingkan kemampuan yang secara alami ada pada diri anak tersebut bukan mementingkan gengsi orang dan menaruh harapan-harapan semu pada anak-anaknya.
c. Hal-hal yang Sebaiknya Dilakukan Orang Tua dalam Mendampingi Anak Belajar
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya berhasil suatu saat di masa depan. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua agar memperoleh anaknya berhasil di masa depan. Dorongan motivasi dan perhatian dari orang tua juga penting agar anak merasa tidak sendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang pasti akan terjadi dalam proses belajar. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :[7]
1. Menghargai Cinta
Cinta adalah alat yang paling efektif untuk mempengaruhi seorang anak. Sebagai orang tua sebaiknya menggunakan cinta nilai, yaitu cinta yang tergantung pada kesediaan anak untuk berpegang teguh pada nilai-nilai dasar dan untuk bertindak dengan cara-cara yang pantas dan etis menurut norma sosial. Cinta nilai mendukung perkembangan nilai-nilai positif dan perilaku bermoral, memupuk pertumbuhan yang sehat dan mendorong prestasi serta kebahagiaan. Cara mendidik seorang anak yang efektif berpusat disekitar cinta, cinta yang tidak serba membolehkan, cinta yang tidak menoleransi sikap tak hormat, tapi juga cinta yang cukup besar untuk membiarkan anak-anak melakukan kesalahan dan memperbolehkan mereka untuk hidup dalam konsekuensi kesalahan itu.
2. Pengharapan Orang Tua yang Sehat
Pengharapan yang positif dan memotivasi adalah sesuatu yang menujukkan suatu kondisi dalam diri individu yaitu mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan.[8] Namun ketika anak semakin tumbuh dewasa, peran orang tua dalam menentukan pengharapan harus berkurang dan keterlibatan anak harus meningkat. Saat seorang anak tumbuh dewasa pun dan memperoleh pengalaman serta perspektif yang diperlukan, pada saat itu orang tua perlu memberi si anak kebebasan untuk membuat pengharapannya sendiri.
3. Pujian dan Hukuman yang Sehat
Pujian juga memiliki andil yang cukup penting agar anak mampu berprestasi. Namun alangkah lebih bijaknya bila seorang anak dipuji karena usaha mereka yang juga memperlihatkan kegigihan dan kenikmatan yang lebih tinggi, menganggap kurangnya usaha mereka sebagai penyebab kegagalan mereka, dan mencapai hasil yang tinggi dalam kegiatan berprestasi selanjutnya sehingga anak memiliki minat belajar yang lebih besar. Selain melontarkan pujian, agaknya orang tua juga harus memberikan hukuman kepada anak, tentunya dengan cara penuh jasih sayang dan dalam nada tenang dan dengan terfokus pada cara anak bisa berbuat lebih baik dimasa depan dan bukan pada kesalahan yang telah dilakukannya. Dengan cara seperti ini, seorang anak akan dengan jelas mendengar pesan dari orang tua, merasakan perhatian dibalik pesan itu, dan menyadari bahwa hukuman yang diberikan walau mungkin ia tidak menyukainya adalah untuk kebaikannya sendiri.
4. Berjuang Mencapai Keunggulan
Keunggulan adalah sebuah tujuan yang bisa dicapai anak manapun. Dengan bekerja keras, seorang anak bisa mencapai suatu tingkat keunggulan. Seorang anak tidak perlu sempurna, karena ia boleh saja gagal. Sedikit kegagalan penting bagi anak karena memberikan pelajaran berharga yang akan membantu perjuangannya mencapai keunggulan. Orang tua perlu mendorong seorang anak untuk menerima dirinya apa adanya dan membebaskan dirinya untuk hidup dengan cara produktif.
5. Menciptakan Seorang Manusia
Setiap orang tua pasti bertujuan membesarkan anaknya menjadi seorang manusia. Orang tua seharusnya membantu anak menjadi orang yang bertanggung jawab dengan mencintai mereka bahwa melakukan kesalahan adalah sesuatu yang wajar dan memperlihatkan bawah mereka dicintai meskipun mereka menumpahkan agar-agar diatas karpet, atau mendapat nilai jelak, dan lain-lain. Karena anak anda seorang manusia, harga dirinya tidak terancam karena ia bulan perfeksionis, ia tidak takut gagal dan ia tidak takut kehilangan cinta dari orang tua.
d. Anjuran dan Pantangan bagi Orang Tua
Banyak orang tua yang memiliki bermacam-macam motivasi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sehingga tidak sedikit orang tua yang berlomba-lomba sekuat tenaga menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah favorit bahkan mereka rela membayar meskipun mahalnya ”gak ketulungan”.[9] Agaknya hal seperti itu bukanlah selamnya hal yang positif. Alangkah baiknya orang tua mengetahui apa saja anjuran dan pantangan sebagai orang tua dalam mendampingi anak belajar.
1. Anjuran Bagi Orang Tua[10]
Dibawah ini merupakan beberapa anjuran bagi orang tua dalam membimbing anak belajar :
a. Berikan bimbingan kepada anak tapi jangan memaksa atau menekan,
b. Bantu anak dalam menentukan target prestasi yang realistis,
c. Tekankan kesenangan, pengembangan ketrampilan, dan manfaat lain kegiatan berprestasi seperti motivasi, keyakinan, dan lain-lain
d. Perlihatkan minat terhadap kegiatan anak, misalnya memberikan sarana, hadiri penampilannya, dan lain-lain,
e. Berikan dukungan yang positif,
f. Pahami bahwa kadang-kadang seorang anak mungkin memerlukan istirahat dari kegiatannya,
g. Pertahankan selera humor,
h. Jadilah anutan yang sehat bagi anak,
i. Beri anak cinta nilai, dan lain-lain
Itulah beberapa anjuran yang setidaknya bisa dilakukan oleh orang tua dalam mendukung anaknya berprestasi.
2. Pantangan bagi Orang Tua[11]
Selain anjuran-anjuran yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka berikut ini adalah beberapa pantangan bagi orang tua :
a. Jangan mengharapkan seorang anak memperoleh hal lain dari kegiatannya disamping waktu yang menyenangkan, dan lain-lain
b. Jangan memperlihatkan emosi negatif ketika sedang menghadiri sebuah penampilan,
c. Jangan buat seorang anak merasa bersalah atas waktu, energi, dan uang yang orang tua gunakan,
d. Jangan melihat kegiatan anak sebagai sebuah investasi yang akan menghasilkan sesuatu,
e. Jangan mewujudkan impian kita (orang tua) sendiri melalui kegiatan seorang anak,
f. Jangan membandingkan kemajuan anak dengan kemajuan anak-anak lain,
g. Jangan mendesak, melecehkan, menggunakan sarkasme, mengancam, atau menggunakan rasa takut untuk memotivasi anak,
h. Jangan mengharapkan apa pun dan anak kecuali usaha terbaik dan perilakunya,
i. Jangan pernah melakukan apapun yang akan membuat anak memandang dirinya sendiri, atau orang tua.
Itulah beberapa pantangan yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua. Setidaknya para orang tua tahu bahwa tak selamanya peringatan bahkan keinginan atau ambisi mereka tidak selalu benar untuk kebaikan anak. Seorang anak apabila selalu ditekan maka dia akan memiliki mental yang tidak sehat. Apalagi kalau dengan sederet peraturan yang mengekang mereka. Sebagai orang tua yang membimbing anaknya agar berprestasi dengan baik hendaknya selalu membedakan antara gengsi dengan kebutuhan orang tua.
Jika Anda Tertarik untuk mengcopy Makalah ini, maka secara ikhlas saya mengijinkannya, tapi saya berharap sobat menaruh link saya ya..saya yakin Sobat orang yang baik. selain Makalah Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Anak, anda dapat membaca Makalah lainnya di Aneka Ragam Makalah. dan Jika Anda Ingin Berbagi Makalah Anda ke blog saya silahkan anda klik disini. Salam saya Ibrahim Lubis. email :ibrahimstwo0@gmail.com |