MEMBUAT PERUMPAMAAN | Redaksi Hadits
حَدَّثَنَا مُحَمّدُ بْنُ الْعُلاَءِ حَدَثَّنَا أَبُوْ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِي بَرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ".[1]
Terjemah Hadits
Artinya : ” Telah menceritakan kepada kita Muhammad bin ‘Ala’, telah menceritakan kepad kita Abu Usamah, dari Buraid ibn Abdillah dari Abi Barda’ dari Musa Radliyallahu ‘Anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW.bersabda “Perumpamaan orang-orang yang mengingat (Tuhannya) bagaikan perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang mati ”. [2]
Tinjauan Bahasa
Menyebut, mengingat[3] : يَذْكُرُ
Hidup : الْحَيُّ
Mati : المَيِّتُ
Biografi Perawi
Abu Barda’
Nama sebenarnya adalah Uwaimir bin Zaid bi Qois. Ia seorang sahabat Anshar dari kabilah Khazraj. Abu Barda’ hafal Al-Qur’an dari Rasulullah SAW., dalam Perang Uhud, ia mendapatkan cobaan yang baik. Nabi SAW.bersabda mengenai dirinya : “ Prajurit berkuda paling baik adalah Uwaimir ”, Rasulullah mempersaudarakan dia dengan Salman Al-Farisi.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Abu Barda’ diangkat menjadi hakim di Syam, ia adalah mufti (pemberi fatwa) penduduk Syam dan ahli fiqih penduduk Palestina.
Ia meriwayatkan hadits dari Sayyidah Aisyah dan Zaid bin Tsabit. Sedangkan yang meriwayatkan darinya ialah anaknya sendiri. Hadits yang ia riwayatkan mencapai 179 buah, tentang dia, Masruq berkata : Aku mendapatkan ilmu Rasulullah SAW. pada enam orang, diantaranya dari Abu Barda’.[4] Ia wafat pada tahun 32 H di Damaskus.
Syarah Hadits
- Sekilas Tentang Perumpamaan
Perumpamaan (matsal) sesuatu adalah sifat sesuatu itu yang menjelaskan dan menyingkap hakikatnya atau apa yang dimaksudkan untuk dijelaskannya , baik na’atnya maupun ahwâlnya.[5] Kadang-kadang perumpamaan sesuatu yaitu penggambaran dan penyingkapan hakikatnya dengan jalan majaz atau hakikat dibukukannya dengan mentasybihkannya (penggambaran yang serupa).
Seperti halnya Sayyid Ridho dalam menafsirkan ayat :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْىِ أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ( البقرة : ۲٦ )
" Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.........” (QS.Al-Baqarah : 26).
Beliau mengatakan matsal ( membuat perumpamaan ) berarti menyentuhkan ( memberikan ) dan menjelaskan perumpamaan. Dalam suatu pembicaraan, untuk menjelaskan sesuatu hal. Si pembicara menyebutkan sesuatu sesuai dan menyerupai persoalan tersebut sambil menyingkap kebaikan ataupun keburukannya tersebut. Penggunaan kata dharb dalam hal ini dimaksudkan untuk mempengaruhi dan memberikan kesan, seakan-akan si pembuat perumpamaan mengetuk telinga si pendengar dengan perumpamaan itu, sehingga pengaruhnya menembus qalbunya sampai ke dalam lubuk jiwanya.
Dari uraian di atas bisa diketahui bahwa perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalam Al-Qur’an ataupun dalam bahasa, mempunyai makna antara lain :
a. Menyerupakan sesuatu kebaikan atau keburukannya dimaksudkan kejelasannya dengan memberikan tamsil dengan sesuatu yang lainnya yag kebaikan atau kehinaannya telah diketahui secara umum, seperti menyerupakan orang-orang musyrik yang menjadikan pelindung-pelindung selain Allah dengan laba-laba. Hal ini seperti halnya terdapat dalam ayat Al-Qur’an :
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللهِ أَوْلِيَآءَ كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ( العنكبوت :٤١).
“ Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah laba-laba yang membuat rumah.Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut : 41).
b. Mengungkapkan sesuatu keadaan dengan dikaitkan kepada lain yang memiliki titik persamaan untuk menandaskan perbedaan antara keduanya, seperti firman Allah yang terjemahannya sebagai berikut, “Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal saleh dan beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Rabb mereka, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adaah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Rabb mereka. Demikianlah Allah membuat untuk menusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.” (QS.Muhammad( 47):3). Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan ihwal mereka dengan menunjukkan perbedaan yang tegas di antara kedua golongan itu, orang-orang kafir akan sia-sia amalnya, sedangkan orang yang beriman kepada Allah, akan dihapuskan dari kesalahan-kesalahannya. Padahal, diantara kedua kaum itu terdapat titik persamaan yaitu bahwa masing-masing kaum adalah manusia yang juga diberi akal oleh Allah, dan kepada mereka diutus seorang rasul. Namun, meskipun demikian terdapat perbedaan yang besar antara keduanya dari segi perbuatannya, karena masing-masing menempuh jalan yang berlainan dan mgambil cara yang berbeda dengan yang diambil pihak lain. Demikianlah makna perumpamaan tersebut di atas.
c. Menjelaskan kemustahilan adanya keserupaan antara dua perkara, yang oleh kaum musyrikin dipandang serupa. Sebagai contoh, dalam Al-Qur’an ditemukan tamsil yang menandaskan perbedaan antara sembahan kaum musyrikin dengan al-khâliq, dengan menandaskan bahwa tuhan-tuhan kaum musyrikin tidak berakal, apalagi bila dianggap sebanding dengan al-khâliq.
- Hubungan Hadits Dengan Pendidikan
Perumpamaan bukan hanya sekedar karya seni yang dimaksudkan untuk memberikan keindahan kesusastraan mereka, melainkan mempunyai tujuan psikologis pedagogis, maknanya serta tujuannya yang luhur tersingkap dengan jalan menarik kesimpulan dari perumpamaan-perumpamaan itu. Disamping itu, dengan penarikan kesimpulan tersebut akan tersingkap pula mukjizat keindahan kesusastraan serta cara penyampaian pesan yang relevan.
1. Dengan adanya perumpamaan, seorang guru akan mengibaratkan perkara/sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit, sehingga para siswa yang diajarnya memahami kandungan makna yang abstrak/susah itu. Seperti halnya ketika Rasulullah berlalu di sebuah pasar dan melihat orang-orang yang sedang memperebutkan keuntungan dan kepentingan yang semata-mata bersifat duniawi, maka Rasulullah membuat perumpamaan bagi mereka dimana Rasulullah SAW.mengumpamakan kehinaan dunia dalam pandangan Allah dengan kehinaan anak kambing yang mati.
2. Dengan adanya perumpamaan yang dibuat oleh seorang guru, akan dapat merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan penjelasan yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. Artinya, dengan perumpamaan itu, para siswa akan menangkap pesan dan kesan tersendiri, sehingga dengan pesan yang didapatnya itu akan membantu mengingat penjelasan yang dituturkan seorang guru. Namun, untuk menghindari perbedaan daya tangkap pesan para siswa, seorang guru haruslah memberikan gambaran-gambaran yang jelas, yang mudah ditangkap, dan sekiranya bisa dimengerti oleh siswa. Kemudian pada akhir jam pengajaran, perumpamaan yang dibuat guru itu harus disimpulkan dan dikonsepkan sehingga para siswa tidak salah arah dan kabur dalam memahami perumpamaan tersebut.
3. Dengan adanya perumpamaan itu, akan dapat menggugah dan menumbuhkan berbagai perasaan ketuhanan/religious. Timbulnya berbagai perasaan tersebut bertemu dengan timbulnya perasaan senang terhadap kandungan makna yang terdapat dalam perumpamaan itu . Seperti halnya perasaan senang menerima pahala dari Allah dan perasaan mulia dengan menerima kemurahan, karunia serta nikmat-Nya.
4. Dengan adanya perumpamaan, secara tidak langsung akan mendidik akal siswa supaya berfikir benar dan menggunakan silogisme yang logis dan sehat.
5. Perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan perasaan, menghidupkan naluri yang selanjutnya menggugah kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi segala kemungkaran. Dengan cara demikian, perumpamaan itu merupakan andil dalam alat pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam mendidik manusia agar bertingkah laku baik, serta menghindarkan diri dari kecenderungan berbuat jahat. Dengan demikian, orang baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat akan terjaga untuk hidup secara lurus, sehingga siswa yang mampu menghisap inti sari yang tersirat dalam perumpamaan itu akan dapat berjalan di atas jalannya sendiri. Ia akan mampu merealisasikan pola budaya yang tinggi dalam rangka menciptakan ketentraman dan keadilan bagi manusia lainnya. Oleh karena itu, hendaknya pendidik berusaha melaksanakan pendidikan tingkah laku, kehendak yang baik dan kecenderungan berbuat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Annahlawi, Abdurrahman, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, (Bandung : CV. Diponegoro, 1989), cet. 1.
As-Sholih, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002).
Bahreish, Salim, Terjemah Riyadush Shalihin, (Bandung : Al-Ma’arif, 1987), hlm.343.
Kitab Shohih Bukhari, (Turki : Maktab Assalafi), 168.
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hida Karya Agung).
----------------------------
[1] Shahih Bukhari, (Turki : Maktab As-Salafi, 168). Bab : Fadlu Adz-Dzikir Allah Azza Wa Jalla.
[2] Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung), hlm.134.
[3] Salim Bahreseihj, Terjemah Riyadus-Shalihin, (Bandung : Al-Ma’arif, 1987), hlm.343.
[4]Subhi As-Sholih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), hlm.348.
[5] Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip dan Metode Islam Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, (Bandung : CV. Diponegoro, 1987),cet.1, hlm.350.
Hubungi ibrahimstwo0@gmail.com