A. Latar Belakang
Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanaman dalam suatu sistem pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan tanah secara alami memiliki tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium tumbuh tanaman.
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya menggantungkan diri pada sektor pertanian. Seiring dengan meningkatnya hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, maka kebutuhan akan tersedia pupuk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau sangatlah mutlak diperlukan. Pupuk memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas produksi hasil pertanian. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan oleh petani adalah pupuk urea, yang berfungsi sebagai sumber nitrogen bagi tanaman. Dalam peternakan, urea apalagi merupakan nutrisi makanan ternak yang dapat meningkatkan produksi susu dan daging. Selain itu, pupuk urea memiliki prospek yang cukup besar dalam bidang industri, antara lain sebagai bahan dalam pembuatan resin, produk-produk cetak, pelapis, perekat, bahan anti kusut dam membantu dalam pencelupan di pabrik tekstil. Dengan demikian, kebutuhan pupuk urea setiap tahun semakin bertambah besar.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut pengertian luas, pemupukan ialah pemberian bahan kepada tanah dengan maksud memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah. Bahan itu tidak mencakup air, yang pemberiannya disebut irigasi. Memang irigasi dapat juga berperan pemupukan tertentu, karena air mengandung zat hara terlarut atau tersuspensi. Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menambah hara tanaman pada tanah (pupuk menurur arti awam; fertilizer). Pemberian bahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki suasana tanah, baik fisika, kimia, ataupun biologi, disebut amandemen (amandment) yang berarti reparation atau restutition. Bahan-bahan ini mencakup mulsa (pengawetan lengas tanah), pembenah tanah (soil conditioner; memperbaiki struktur tanah), kapur pertanian (menaikkan pH yang terlalu rendah atau melawan racun Al atau Mn), tepung belerang (menurunkan pH yang terlalu tinggi), dan gips (menurunkan kegaraman tanah yang terlalu tinggi). Bahan hijauan legum dan kotoran hewan/kandang diberikan kepada tanah dengan maksud, baik untuk pemupukan manurut arti khusus maupun untuk amandemen. Dalam istilah Indonesia bahan-bahan itu juga disebut pupuk, akan tetapi dalam istilah Inggris disebut manure untuk membedakannya dari fertilizer.
Kerjasama antara bahan pupuk dalam arti khusus dan amandemen berguna meningkatkan atau memperbaiki keterserapan hara pupuk melalui peranan bahan amandemen dalam menempankan (mengefektifkan) interaksi antara tanah dan pupuk, dan/atau memperbaiki keadaan lingkungan perakaran yang pada gilirannya memempankan keragaan (performance) akar tanaman dapat menyerap hara pupuk. Keterserapan hara pupuk dapat ditentukan secara nyata pula oleh sifat bahan pupuk sendiri. Bahan amandemen sendiri berkemampuan memperbaiki keterserapan hara aseli tanah, sehingga tanpa disertai pemupukan yang menambahkan hara, kesuburan tanah sudah dapat ditingkatkan. Dalam hal ini bahan amandemen mendorong pelepasan ion hara dari ikatan mineral atau organik yang kompleks (menggiatkan proses hidrolisis lewat optimisasi penambatan lengas tanah (soil moisture retention), atau melancarkan proses pertukaran ion. Pemupukan dengan pupuk hijau atau kandang sering lebih mempan, karena bahan pupuk itu berfungsi rangkap, yaitu menambahan hara dan sekaligus mengamandemen tanah.
B. Pengelolaan Kesuburan Tanah
Pengolalaan kesuburan tanah bertujuan mengoptimumkan kesuburan tanah. Tanah itu berbeda-beda sifat dan kelakuannya. Tanaman pun berbeda-beda persyaratan tumbuh dan berkembangnya hasil panen yang dikehendaki berbeda-beda pula; ada tanaman yang dipungut bijinya (padi, jagung, kedelai, dsb.), daunnya (kobis, bayam, sawi, dsb.), buahnya (tomat, lombok, dsb.), bunganya (bunga-bungaan, cengkeh), umbinya (ketela pohon, ketela rambat, kentang, dsb.), dll. Maka ukuran optimum kesuburan tanah menjadi berbeda-beda pula, sehingga diperlukan pengelolaan kesuburan tanah yang dsiesuaikan pada hal-hal tersebut. Tiap kombinasi jenis tanah - jenis tanaman - jenis hasil panen memerlukan cara pengelolaan kesuburan tanah sendiri. Meskipun jenis tanamannya sama, akan tetapi jenis hasil panennya berbeda, pengelolaan kesuburan tanah tidak dapat disamakan; misalnya, pertanaman kobis untuk daunnya atau untuk bunganya.
Kriteria optimum didasarkan atas sejumlah variabel tanah, yang menentukan produktivitas tanaman. Kesuburan tanah bukan ditentukan oleh jumlah pengaruh tiap variabel sendiri-sendiri, melainkan oleh daya pengaruh yang timbul dari hubungan interaktif atau kompensatif antar variabel. Misalnya, bahaya peracunan Al bukan ditentukan oleh kadar Al tertukarkan, akan tetapi oleh nisbah (ratio) antar kadar Al tertukarkan dan kadar basa-basa tertukarkan yang lain (Ca, Mg, K, Na). Meskipun Al tertukarkan cukup tinggi, namun bahaya peracunan al tidak besar kalau nisbah kadarnya terhadap kadar basa-basa tertukarkan yang lain kecil. Daya pengaruh pH atas kesuburan tanah pada umumnya bersifat tidak langsung, yaitu melalui daya pengaruhnya atas ketersediaan ion-ion hara. Ada hubungan tertentu antara pH di satu pihak dan kejenuhan basa serta tekstur di pihak yang lain. Secara bersama-sama tekstur, struktur, mineralogi lempung dan bahan organik menentukan dinamika lengas tanah. Struktur sendiri merupakan hasil interaksi antara tekstur, mineralogi lempung, bahan organik dan kation- kation tertukarkan, serta ketersediaan bahan perekat (gamping, zat kersik, feri oksida dan hidroksida). Jumlah hara dan lengas tersediakan menjadi lebih banyak jikalau volum atau tebal tubuh tanah yang terjangkau akar lebih besar. Volum atau tebal itu, yang disebut volum atau tebal mepan (effective volume or depth), merupakan fungsi struktur, konsistensi dan agihannya (distribution).
Nyaris semua proses dan kejadian dalam tanah hanya dapat terjadi karena air sebagai pelaku (agent) atau sebagai medium. Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah, atau sebaliknya mendorong degradasi tanah, yaitu hidrolisis, pelarutan, alihrupa (transformation), alihtempat (translocation) yang dapat menjurus ke pelindian (leaching), dan reduksi (gleisasi) dijalankan oleh air. Reduksi terjadi karena air menutup jalan penyusupan udara ke dalam tanah.
Oksidasi berlangsung dengan kerjasama antara oksigen atmosfir dan air. Aksidolisis berlangsung dengan kerjasama antara CO2 dan air; CO2 + H2O = H2CO3 HCO3- + H+, yang H+ menjadi pelaku asidolisis dan HCO3- melakukan proses karbonasi. Kompleksolisis (kilasi) yang dapat berlanjut menjadi pelindian yang memiskinkan tanah akan hara logam mikro penting (Fe, Cu, Zn) berlangsungdengan kerjasama antara bahan organik, jasad renik dan air. Jasad renik tidak dapat menjalankan humifikasi dan mineralisasi bahan organik, bahkan segala kehidupan biologi tanah tidak mungkin berlangsung, tanpa air.
Maka dari itu pengelolaan lengas tanah menjadi pokok pengelolaan kesuburan tanah. Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah, akan tetapi usaha itu tidak akan memberikan hasil seperti yang diharapkan, kalau tidak disertai pengelolaan lengas tanah.
C. Peningkatan Efisiensi Pemupukan
Tidaklah mudah menentukan efisiensi pemupukan karena ada berbagai cara mengukurnya, yang masing-masing memberikan hasil yang tidak sama. Disamping itu ada hubungan hakiki antara unsur hara dan kehidupan tanaman yang perlu diperhatikan dalam mengharkatkan efisiensi pemupukan. Ada unsur hara yang memang hanya diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, bahkan kalau liwat batas sedikit saja ada yang sudah meracun atau menurunkan mutu hasil. Ada unsur hara yang selalu diperlukan tanaman dalam jumlah banyak dan kalau kurang dari itu tanaman mulai memperlihatkan gejala kahat (deficient). Efisiensi pemupukan dapat ditaksir (assessed) menurut kenaikan bobot kering biomassa berguna oleh pemberian tiap satuan bobot unsur hara dalam bahan pupuk. Dapat pula ditaksir berdasarkan jumlah unsur hara yang diserap tanaman dari tiap satuan jumlah unsur hara itu yang ditambahkan. Oleh karena fungsi fisiologi dan kelakuan kimiawi tiap unsur hara berbeda maka ukuran efisiensinya berbeda pula. Unsur hara mikro selalu mempunyai efisiensi pemupukan lebih tinggi daripada unsur hara makro kalau ditaksir dengan cara pertama. Pada tanaman yang hasilpanennya berupa bagian vegetatif (sayuran), unsur hara yang terutama diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif (N) tentu mempunyai efisiensi pemupukan lebih tinggi daripada yang terutama diperlukan untuk perkembangan generatif (P) yang tidak tercakup dalam biomassa berguna.
Pada tanaman padi sawah, misalnya, penyerapan hara N terbanyak terjadi pada fase pembibitan, pertunasan dan primordia bunga sampai berbunga. Penyerapan P terus meningkat dari fase pembibitan sampai berbunga (Ribhan, 1974). Dalam keadaan lingkungan kimiawi optimum, interaksi antara tanah dan unsur hara berbeda-beda tergantung pada macam unsur hara. Kesulitan akan bertambah kalau bahan pupuk mengandung lebih daripada satu macam unsur hara (amonium sulfat) atau mengandung satu macam unsur hara dalam bentuk kimia lebih daripada sebuah (amonium nitrat). Efisiensi pemupukan suatu unsur hara berubah menurut umur tanaman (kelakuan fisiologi). Kelakuan fisiologi tanaman juga dipengaruhi oleh cuaca, musim dan suhu.
D. Kadar Lengas Tanah Dan Efisiensi Pemupukan
Hara diserap tanaman liwat aliran massa (mass flow), difusi dan/atau serapan langsung oleh akar (root interception). Dalam aliran massa, air menjadi pembawa hara. Air mengalir dari tempat yang lebih basah (tegangan lengas lebih kecil) ke tempat yang lebih kering (tegangan lengas lebih besar). Karena akar menyerap air, tanah di sekitar akar menjadi lebih kering daripada tanah yang terletak lebih jauh dari akar. Landaian (gradient) kadar lengas tanah yang terjadi ini menjadi pengendali aliran air beserta zat hara yang terlarut di dalamnya menuju ke akar.
Dalam difusi, air menjadi medium gerakan hara terlarut. Zat hara terlarut bergerak dari tempat yang berlarutan lebih pekat (tekanan osmose lebih tinggi) ke tempat yang berlarutan lebih encer (tekanan osmose lebih rendah). Karena akar menyerap larutan hara, larutan tanah di sekitar akar menjadi lebih encer daripada yang berada lebih jauh dari akar. Timbul suatu landaian kepekatan larutan hara, yang menjadi pengendali gerakan difusi zat hara terlarut menuju ke akar. Dalam serapan langsung oleh akar, ion hara diserap akar lewat pertukaran ion antara akar dan larutan tanah, atau antara akar dengan kompleks jerapan (absorpsi) tanah. Dalam proses respirasi akar menghasilkan H+, OH- dan HCO3-. H+ dipertukarkan dengan hara kation, sedang OH- dan HCO3- dipertukarkan dengan hara anion. Ion hara yang sampai pada muka akar melalui antara aliran massa atau difusi, juga diserap dengan proses pertukaran ion. Maka keadaan dan suasana tanah yang menghambat atau mengganggu pernapasan akar, merugikan pula penyerapan hara.
E. Penempatan Pupuk
Penempatan pupuk juga menentukan efisiensi pemupukan, karena berdaya pengaruh atas interaksi pupuk - tanah dan kemungkinan pemanfaatan hasil interaksi ini oleh tanaman. Beberapa hasil percobaan dan pengamatan ialah sebagai berikut. Sartono (1978) melaporkan, bahwa pada tanah Regosol pemberian pupuk P secara berjalur pada pertanaman jagung cenderung berhasil lebih tinggi daripada pemberian setempat di samping atau di bawah benih dan disebar. Pemberian secara disebar juga meningkatkan pertumbuhan gulma. Menurut Murdiyono (1978) pengaruh penempatan pupuk P atas berat segar dan kering tanaman jagung tidak nyata pada tanah Entisol, akan tetapi berpengaruh nyata pada tanah Vertisol dan Oxisol. Variasi penempatan pupuk mencakup jarak dari tempat benih dan jeluk (depth) dari muka tanah. Jarak/jeluk dalam cm yang dicoba pada tanah Oxisol ialah 5/0, 5/2,5 dan 5/5.
F. Teknologi Masukan-Rendah
Pada waktu ini orang sedang mengembangkan suatu sistem pengelolaan lahan petanian yang serasi untuk usahatani kecil pada tanah-tanah miskin di daerah tropika. Sistem itu dicanangkan dengan sebutan low input technology. Salah satu sistem itu dikembangkan di Brasilia untuk mengembangkan tanah-tanah Oxisol dan Ultisol (tanah merah utama di daerah tropika). Teknologi masukan-rendah diberi arti "sekumpulan pekerjaan yang dapat menghasilkan sekitar 80% hasilpanen maksimum tanaman tenggang- masam (acid-tolerant) dengan menggunakan tanah dan masukan kimiawi secara paling efisien" (Sanchez & dan Salinas, 1981). Butir-butir anjuran yang gayut (relevant) dengan pengelolaan kesuburan tanah dan peningkatan efisiensi pemupukan dikutipkan di sini :
1. Menggunakan mulsa pada pertanaman semusim dan pupuk hijau
2. Kendala kemasaman tanah dapat dihadapi tanpa pengapuran berat dengan jalan :
3. Menanam species dan varietas tanaman yang tenggang peracunan Al dan Mn
4. Menggunakan kapur sebagai pupuk Ca dan Mg
5. Mendorong pemasukan Ca dan Mg ke dalam lapisan tanah bawahan (subsoil)
6. Kalau diperlukan untuk melawan peracunan Al, pengapuran hanya dikerjakan untuk menurunkan kadar Al aktif di bawah batas meracun saja dan tidak untuk menghilangkan Al aktif sama sekali
7. Mengelola P secara efisien yang mencakup :
8. Menggunakan kombinasi antara takaran dan penempatan pupuk yang melancarkan daya langsung dan residual pupuk
9. Menggunakan bahan pupuk yang lebih murah dan sekaligus bermanfaat sebagai pupuk bereaksi lambat, misalnya batuan fosfat
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. 2010. Proses Pembuatan Pupuk Urea.Online (www.pusri.co.id). Diakses pada tanggal 13-oktober 2010.
- Dian k. Wardhany, fitry ayunintiyas. 2008. Pengolahan limbah cair pabrik pupuk urea dengan menggunakan proses gabungan nitrifikasi dinitrifikasi dan microalgae. Online (www.cheundip.com). Diakses pada tanggal 13-oktober 2010.
- Ea kosman anwar dan husein suganda. 2002. Pupuk limbah industry. Online (www.bloger.kebumen.info.com).
- Sumarnianti usman. 2008. Verifikasi metode pengujian NH3 pada sampel udara ambient. Makassar : SMAK
- http://maqalah.blogspot.com/2012/02/makalah-pemupukan-tanaman.html