Pendekatan Dan Prosedur Pembelajaran
Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi behavioristik dan humanistik serta kenyataan dalam masyarakat sendiri. Untuk lebih mempertajam pembahasan ini, kafeilmu sharing mengenai bagaimana melakukan pendekatan dan prosedur yang digunakan guru dalam belajar mengajar.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah menempatkan siswa sebagai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran; pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa siswa memiliki potensi untuk berfikir sendiri. Oleh karena itu maka guru tidak boleh dipandang sebagai “orang yang paling tahu segalanya”. Melainkan lebih berperan sebagai fasilitator terjadinya proses belajar pada individu siswa, dan siswa tentunya juga harus secara terus menerus berusaha menyempurnakan diri sehingga dari waktu kewaktu makin meningkat kemampuannya.
Pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi menggunakan pendekatan pedagogi , disamping itu dianjurkan juga untuk menggunakan pendekatan andragogi. Pedagogi diartikan sebagai “the art and science of teaching children” sedangkan andragogi diartikan sebagai “the art and science of helping Adults learn”.[1] Kata “helping” mengandung arti bahwa andragogi menempatkan peran peserta didik lebih dominan dalam pembelajaran, yang meletakkan perhatian dasar terhadap individu secara utuh, Tayler (1986) yang mengemukakan bahwa belajar dipandang sebagai proses yang melibatkan diri dalam interaksi antara diri sendiri dengan lingkungannya.[2] Dalam kaitannya dengan pelaksanaan dengan kurikulum 2004, belajar dapat dipandang sebagai aktifitas psikologis yang memerlukan dorongan dari luar, dengan kata lain apa yang dipelajari oleh peserta didik merupakan kebutuhan, dan sesuai dengan kemampuan mereka, bukan kehendak yang ingin dicapai oleh guru/ fasilitator.
Menyinggung kembali pendekatan pedagogi dan andragogi intensitas terapan kedua konsep tersebut seiring dengan realita peserta didik artinya pedagogi lebih dominan diterapkan pada pendidikan orang dewasa. Hal ini sangat memungkinkan karena pedagogi dan andragogi merupakan dua sisi kontinum dalam proses belajar manusia, bukan dua hal yang dikotomis.
Memahami hal tersebut, maka andragogi dapat dikembangkan sebagai salah satu pendekatan pembelajaran dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004 di sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun di pendidikan tinggi sesuai situasi dan kondisi serta faktor-faktor penunjang lain.
Melalui model andragogi dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004 diharapkan dapat mengubah sikap ketergantungan (dependent) peserta didik menjadi tidak bergantung (independent) melalui pengarahan diri atau (self directed) dan menghargai harga diri peserta didik.
Prosedur Pembelajaran
Prosedur pembalajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004 merupakan keseluruhan proses usaha belajar dan pembentukan kompentensi peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut, kompetensi, materi, standar, indikator hasil belajar. Pemilihan model pembelajaran dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran, sehingga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi, dan kegiatan akhir atau penutup.
Kegiatan Awal Atau Pembukaan
Kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan kurikulum 2004 mencakup pembinaan keakraban dan pre-tes.
1. Pembinaan keakraban
Pembinaan keakraban perlu dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pembentukan kompetensi peserta didik. Sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru sebagai fasilitator dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik lainnya. Tahap pembinaan keakraban ini bertujuan untuk menkondisikan para peserta didik agar mereka siap melakukan kegiatan belajar.
2. Pre Tes (Tes Awal)
Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilakukan dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Adapun fungsi pre tes ini antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes, maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan.
- Untuk mengetahui tingkat kemajuan pesrta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pre tes dengan post tes.
- Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
- Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik. Dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.
Kegiatan Inti atau Pembentukan Kompetensi
Kegiatan inti pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi tentang bahan belajar atau materi standard untuk membentuk kompetensi peserta didik serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas meteri standard atau memecahkan masalah.
Kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompentensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktifitas dan kreatifitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
Kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi ini ditandai keikutsertaan peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran (participative teaching and learning), berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam menyelenggarakan program pembelajaran.
Dalam pembentukan kompetensi perlu diusahakan untuk melibatkan peserta didik seoptimal mungkin dengan kata lain memberikan kesempatan dan mengikutsertakan mereka untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk saling bertukar informasi antar peserta didik dengan guru mengenai topik yang dibahas untuk mencapai kesepakatan, kesamaan kecocokan dan keselarasan pikiran mengenai apa yang akan dipelajari.
Kegiatan Akhir atau Penutup
Kegiatan akhir pembelajaran atau penutup dapat dilakukan dengan memberikan tugas, dan post test.
1. Tugas
Tugas yang diberikan merupakan tindak lanjut dari pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Tugas ini bisa merupakan pengayaan dan remedial terhadap kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi.
Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
2. Post Test
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post test sama halnya dengan pre tes, post tes juga memiliki banyak kegunaan terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil pre test dan post test.
Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya serta yang dapat dikuasainya. Apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali. Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul/ kesulitan belajar. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen modul, dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
Referensi
- E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004). 122
- E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK.123
- http://kafeilmu.com/2012/09/pendekatan-dan-prosedur-pembelajaran.html