Perkembangan kecerdasan spiritual di dunia barat yang umumnya adalah negara-negara sekuler, ternyata malah menjadi sebuah momentum muali diliriknya arti pentingnya kecerdasan spiritual. Secara historis, perkembangan tersebut akan diapaparkan kafeilmu dalam artikel berikut.
Sebagai sebuah awalan, kiata akan memulai dahulu dengan pesatnya perkembangan teknologi yang dinilai mengikis pemahaman-pemahaman spiritual di barat. Zaman yang serba canggih dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian luar biasa ini, justru masyarakatnya seakan mengalami kegersangan spiritual dan keterbelahan jiwa. Hal ini disebabkan oleh dinamika manusia modern yang tak lagi menghargai proses spiritual dan kedamaian jiwa. Mereka hanya mementingkan kesadaran empiris dan rasional. Sehingga masyarakat modern mengalami kecenderungan satu dimensi (one dimensional people).
Kemiskinan dan kegersangan spiritual tersebut kini mulai disadari, dan memunculkan gerakan-gerakan edukasi yang mengarah pada peningkatan kecerdasan spiritual. Di antaranya di awali oleh tokoh-tokoh sastra melalui karya sastra mereka.
- Adanya menuskrip Celestine Prophecy karya novelis tersohor James Redfield, yang sebenarnya merupakan novel spiritual dan menjadi pesan sejati agama-agama, tetapi justru hadir dan menjadi perbincangan serius dan cukup ramai di dunia sekuler, terutama di Amerika dan Inggris (London).
- Munculnya nilai-nilai mistik spiritual tradisional itu, yang dewasa ini malah dipakai menjadi petunjuk (guidance) dalam menjalankan roda bisnis dalam skala besar. Itulah yang disebut dengan The Corporate Mystics.
Penemu The Corporate Mystics adalah Gay Hendricks, penulis lebih dari 20 buku tentang transformasi. Setelah menyandang gelar PhD dari Stanford University tahun 1974, ia dikukuhkan menjadi Profesor di University of Colorado. Setelah melakukan pelatihan kepada aksklusif papan atas lebih dari 25 tahun lamanya, Gay Hendricks dan Kate Ludeman (doctor dibidang Psikologi dan konsultan bisnis di Austin, Texas) menarik kesimpulan: Successful Corporate Of The Twenty Firs Century Will Be Spiritual Leaders. Kebanyakan pemimpin yang sukses hari sekarang, lanjutnya, sudah siap mempelajari rahasia ini. Bahkan, wakil presiden perusahaan Motorola, Janiece Webb menyarakan agar seluruh pemimpin global di dunia industri, pemerintahan, maupun oraganisasi non-profit membaca rahasia sukses dalam The Corporate Mystics. Uniknya dan inilah yang membuat kita heran dan terkagum-kagum adalah: mengapa nila-nilai mistik spiritual malah dipakai sebagai guidance dalam menjalankan roda bisnis sekuler?
- Munculnya buku Spiritual Politics yang menjadi visi spiritual dalam mengoperasionalisasikan politik, yang nota bene berwajah sekuler. Dalam spiritual politics: changing the word from the inside out, Corinne McLauqhlin dan Gordon Davidson secara baik dan cukup mengejutkan mulai menggeser politik sekuler murahan yang cenderung sarat perubahan kekuasaan, penipuan, dan bahkan manipulasi yang dalam literature new age disebut sebagai “politik yang membunuh”, kearah “politik yang tidak membunuh”, yang sarat cinrta kasih (love and compassion), kejujuran (honesty), koordinasi (coordination) dan yang lebih santun secara civilized.
- Melimpahnya paradigma spiritual yang hampir merambah dunia sekuler dewasa ini:
- Dalam Psikologi. Ada dimensi spiritual dalam psikologi dan psikoterapi, khusunya psikologi transpersonal yang menjadi mainstream Stanislav Grof, Ken Wilber, Frances Voughan
- Dalam Feminisme. eco-feminism spirituality yang ramah ekologi yang terefleksikan pada pemikiran feminis Starhawk dalam Feminist, Earth based Spirituality And Akofeminism.
- Dalam Sosial-ekonomi seperti terintegrasikan dimensi spiritual dalam ekonomi, misalnya esai E.F. Schumecher yang terkenal yaitu Buddhist Economics.
- Dalam Demokrasi seperti adanya ruh spiritual dalam demokrasi, yang begitu ekspresif dirumuskan dengan konsep Spiritual-Democracy gaya pemikir Islam Mashur Muhammad Iqbal
- Dalam Ekologi adanya kearifan spiritual-ekologis yang berorientasi politik, sehingga terkenal sekali istilah green politics yang dielaborasi oleh Charlene Spretnak dalam karya terbaiknya, The Spiritual Dimension Of Green Politics.
Dengan mulai masuknya unsur spiritual dalam dimensi masyarakat sekuler, tentunya akan menjadi sebuah lecutan tersendiri pada dimensi kita di Indonesia yang sepertinya mulai kehilangan unsur spiritualitas dalam banyak dimensi. Dalam berbagai ranah, sepertinya unsur spiritualitas mulai di tinggalkan. Tidak perlu menelisik lebih dalam, dengan maraknya korupsi di berbagai lini adalah bukti kosongnya ruh dan kecerdasan spiritual bahkan yang mengaku beragama sekalipun.
Untuk itu, sebagai sedikit usaha untuk menguatkan kembali unsur ini, mari kita telisik kembali makna dan arti spiritualitas. Dalam kamus Webster, spirit didefinisikan sebagai “the animating or vital principle; that which give life o the physical in contrast to its material elements; the breath of life”. Tafsir psikologi atas “spirit” ini dikontraskan sedemikian rupa dengan elemen material. Ini menandakan suatu turning point, di mana pada saat perkembangan psikologi manusia sedang cenderung mengarah kesesuatu yang serba sekuler dan material, terjadilah arus balik (the turning point) kearah psikologi ketuhanan, yang tak lain dan tak bukan adalah psikologi kecerdasan spiritual itu sendiri, yang lebih berkiblat pada kerohanian sebagai hatinya psikologi.
Referensi
- Sukidi, Kecerdasan Spiritual: Mengapa SQ lebih PEnting daripada IQ dan EQ, (Jakarta: GRamedia, 2004).
- http://kafeilmu.com/2012/05/perkembangan-kecerdasan-spiritual-di-dunia-sekuler.html