1. Pengertian Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran, biasa disebut “performance-objectives”. Gerlach dan Ely dalam Waridjan (1984: 21) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai suatu deskripsi perubahan tingkah laku atau hasil perbuatan yang memberi petunjuk bahwa suatu proses belajar telah berlangsung. Selanjutnya Briggs (1977) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan tentang apa yang harus dapat dilakukan siswa atau tentang tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari siswa setelah ia menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu.
Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri suatu bidang tertentu. Sebagai contoh, taksonomi dalam bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokan benda kedalam benda cair, benda padat, dan gas. Taksonomi dalam bidang ilmu botani mengelompokkan tumbuhan berdasakan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan bersel satu dan tumbuhan bersel banyak. Taksonomi tujuan pembelajaran adalah pengelompokan tujuan pembelajaran dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Sebagai seorang pendidik, maka guru perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan pembelajaran, dan dapat memilih mana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diasuh dan kegiatan pembelajaran yang dirancangnya.
Taksonomi tujuan pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Perlu adanya kejelasan terminology tujuan yang digunakan dalam tujuan pembelajaran karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti hasil belajar.
- Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi.
2. Komponen Tujuan Pembelajaran
Mager dalam Dick dan Carey (1990) mengemukakan bahwa dalam penyusunan Tujuan Pembelajaran harus mengandung tiga komponen, yaitu; (1) perilaku (behavior), (2) kondisi (condition), dan (3) derajat atau kriteria (degree). Instructional Development Institute (IDI) menambahkan satu komponen yang perlu juga dispesifikasikan dalam merumuskan Tujuan Pembelajaran, yaitu sasaran (audience), sehingga rumusan tujuan itu menjadi empat komponen, yaitu: a) Audience b) Behavior, c) Conditions, d) Degree.
Komponen-komponen tersebut lebih mudah diingat dengan bantuan mnemonik ABCD.
A = Audience yaitu siswa yang akan belajar.
B = Behavior yaitu perilaku spesifik yang akan dimunculkan oleh siswa setelah selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting, yaitu kata kerja dan objek.
C = Condition yaitu keadaan atau dalam keadaan bagaimana siswa diharapkan mendemonstrasikan perilaku yang dikehendaki saat ia dites.
D = Degree yaitu tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku tersebut. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas maksimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap dapat diterima. Di bawah batas itu berarti siswa belum mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Penggunaan Taksonomi dalam tujuan pembelajaran
Taksonomi tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kawasan atau kelompok, yaitu kawasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotor. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan kognitif kedalam enam kategori. Keenam kategori ini mencakup kompetensi keterampilan intelektual dari yang sederhana, yaitu tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis sampai dengan yang paling kompleks yaitu tingkat evaluasi. Dengan demikinan, tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir” mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat”, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah (problim solving) yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode dan prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan kogitif selalu digunakan didalam proses pembelajaran.
Berikut ini dikemukakan contoh penggunaan tujuan kognitif dalam merumuskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan kata kerja atau kalimat yang operasional, yang dapat anda jadikan pedoman didalam menyusun tujuan pembelajaran sesuai materi pelajaran yang anda berikan. Untuk lebih jelasnya silahkan anda baca dan pahami serta ikuti cara penggunaaannya sebagaimana contoh berikut ini:
Kategori Contoh dan Kata Kunci
Mengingat: mengingat data atau informasi dari ingatan jangka panjang Contoh: sebutkan nama-nama anggota keluargamu!
Kata kunci: mengidentifikasi dan mengingat kembali
Pemahaman: mengkonstruksi pemahaman dari pesan-pesan pembelajaran yang bersifat lisan, tulisan, gambar.
Contoh: kelompokkan daun-daun ada di halaman sekolah berdasarkan ukurannya
Kata kunci: mengklarifikasi, menguraikan, menyajikan, menerjemahkan, mengilustrasikan, mengkategorikan, menggolongkan, mengabstaksikan, menggeneralisasi, menyimpulkan, meramalkan, menyisipkan, memperkirakan, mengkontraskan, memetakan, menyesuaikan, mengkonstruksi, dan membuat model.
Aplikasi: Menyelesaikan atau menggunakan prosedur untuk menyelesaikan suatu pekerjaan di kelas. Contoh: menggunakan jari atau benda untuk berhitung
Kata kunci: menyelesaikan dan menggunakan
Analisis: memisahkan materi atau konsep menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain sehingga menjadi satu struktur atau tujuan
Contoh: Padukanlah potongan-potongan gambar ini menjadi gambar sebatang pohon kelapa!
Kata kunci: membedakan, memfokuskan, memilih, menemukan, membuat hubungan, memadukan, menjelaskan, menguraikan, menyusun, dan menyusun kembali.
Evaluasi: membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar-standar.
Contoh: Buatlah percobaan apakah batu tenggelam di dalam air!
Kata kunci: mengkoordinasikan, mendeteksi, monitoring, menguji, dan memutuskan.
Menciptakan: meletakkan berbagai elemen ke dalam suatu bentuk yang koheren atau fungsional, atau menyusun elemen-elemen ke dalam satu bentuk atau struktur baru Contoh: Buatlah gambar rumah lengkap dengan halamannya dengan balok.
Kata kunci: Membuat hipotesis, merancang, dan mengkontruksi.
• Tujuan Afektif berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai”, dan “sikap hati” (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, “yaitu memperhatikan suatu fenomena” sampai dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang , seperti kepribadian dan hati nurani. Dengan kata lain, Ranah ini memasukkan perilaku, dan perilaku kita menghubungkan segala sesuatunya dengan emosi kita, seperti, perasaan, nilai-nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Krathwohl mengelompokkan tujuan afektif ke dalam 5 kelompok. Kelima kelompok besar kategori disajikan di bawah ini, dimulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks.
Kategori Contoh dan kata kunci
Menerima fenomena: kepedulian, kemauan untuk mendengar, perhatian khusus Contoh: mengikuti aturan dalam bermain Kata kunci: tanya, pilih, jelaskan, ikuti, berikan, pegang, identifikasi, tentukan lokasi, arahkan kepada, pilih, duduk, tegakkan badan, jawab, gunakan
Memberikan respon kepada fenomena: partisipasi aktif di sisi pembelajar. Memperhatikan dan bereaksi terhadap fenomena tertentu. Hasil belajar dapat menekankan pada kesepakatan dalam memberikan tanggapan, kemauan untuk merespon, ataupun kepuasan dalam memberikan tanggapan (motivasi) Contoh: Berpartisipasi dalam kerja kelompok.
Kata kunci: jawab, bantu, setuju, pastikan, diskusikan, salam, tolong, beri nama, tampilkan, praktekkan, sajikan, baca, baca keras-keras, laporkan, pilih, beritahu, tulis.
Penghargaan: penghargaan ataupun nilai yang diberikan seseorang kepada obyek, fenomena, atau perilaku tertentu. Hal ini mulai dari sekedar menerima sampai dengan pernyataan komitmen yang sungguh-sungguh. Menilai didasarkan pada internalisasi akan satu set nilai-nilai tertentu, sementara itu, ciri-ciri dari nilai ini ditunjukkan oleh perilaku terbuka siswa dan seringkali dapat diidentifikasikan Contoh: menghargai guru, orang tua, dan teman
Kata kunci: lengkapi, tunjukkan, bedakan, jelaskan, ikuti, bentuk, awali, undang, gabung, beri alasan, ajukan, baca, laporkan, pilih, bagi, pelajari, kerja
Pengorganisasian: mengorganisasikan nilai-nilai dengan mengontraskan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah yang ada diantara nilai-nilai tersebut, dan menciptakan sistem nilai yang unik. Penekanan ada pada membandingkan, mengaitkan, dan mensintesakan nilai-nilai. Contoh: memegang janji mengikuti aturan di kelas
Kata kunci: pegang, mengubah, mengatur, mengkombinasikan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menjelaskan, memformulasikan, generalisasi, identifikasi, integrasikan, modifikasi, urutkan, organisasikan, siapkan, kaitkan, sintesa
Internalisasi nilai-nilai (pembentukan karakter): memiliki sistem nilai yang mengontrol perilaku mereka. Perilaku mereka adalah tidak mudah menyerah, konsisten, dapat diterka, dan yang paling penting, karakteristik seorang pembelajar. Tujuan instruksional terarah pada pola umum penyesuaian siswa (pribadi, sosial, emosional) Contoh: Memperlihatkan sikap mandiri pada saat harus bekerja sendiri. Dapat bekerja sama dalam kegiatan grup (memperlihatkan kerja tim).
Kata kunci: bertindak, bedakan, tunjukkan, perlihatkan, pengaruhi, dengar, modifikasi, tunjukkan, praktekkan, ajukan, kelompokkan, tanyakan, revisi, layani, pecahkan, buktikan kebenaran.
• Tujuan psikomotor berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan kordinasi antara syaraf dan otot, misalnya latihan menulis, berbicara, dan olah raga. Termasuk dalam ranah psikomotorik ini adalah gerakan fisik, koordinasi, dan penggunaan area ketrampilan motorik. Pengembangan ketrampilan ini memerlukan latihan dan dalam pelaksanaannya akan diukur dalam istilah kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur, ataupun teknik. Menurut Simpson ada tujuh kategori. Tujuh kategori disajikan di bawah ini, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling rumit:
Kategori Contoh dan Kata Kunci
Persepsi: kemampuan untuk menggunakan tanda-tanda sensor untuk mengarahkan kegiatan motorik. Ini dimulai dari stimulasi sensor, melalui tanda seleksi, sampai dengan terjemahan. Contoh: mengaitkan kegiatan melempar dan menangkap bola
Kata kunci: pilih, jelaskan, deteksi, bedakan, identifikasi, pisahkan, kaitkan, seleksi.
Penetapan: kesiapan untuk bertindak. Termasuk di dalamnya kumpulan mental, fisik dan emosional. Ketiga kumpulan ini merupakan watak yang menentukan respon seseorang akan situasi yang berbeda-beda (terkadang disebut cara berpikir/pemikiran) Contoh: Menunjukkan keinginan untuk mempelajari proses baru.
CATATAN: sub-divisi dari psikomotorik ini berkaitan erat dengan “Menanggapi fenomena”, yang merupakan sub-divisi dari ranah Afektif.
Kata kunci: mulai, tunjukkan, jelaskan, bergerak, lanjutkan, bereaksi, tampilkan, menyatakan, sukarela.
Tanggapan Terkendali: merupakan tahap-tahap awal dalam mempelajari ketrampilan yang sulit, termasuk dalam tahap ini adalah imitasi dan coba-coba (trial and error). Penampilan akan cukup memadai apabila terus berlatih. Contoh: mencontoh bentuk-bentuk yang telah dikenalkan, mengikuti pola-pola yang telah dipelajari.
Kata kunci: mengopi, melacak, mengikuti, bereaksi, produksi ulang.
Mekanisme: ini merupakan tahap perantara dalam mempelajari suatu ketrampilan yang sulit. Tanggapan hasil belajar harus menjadi kebiasaan dan gerakan dapat dilakukan dengan percaya diri dan mahir Contoh: mengukur meja dengan rol atau jengkal
Kata kunci: satukan, bangun, kalibrasi, konstruksi, bongkar, tunjukkan, kencangkan, perbaiki, giling, panaskan, manipulasi. ukur, betulkan, gabungkan, organisasikan, buat sketsa
Tanggapan Terbuka yang kompleks: penampilan aksi motorik yang sangat terampil yang melibatkan pola gerakan yang rumit. Penguasaan ditunjukkan dengan penampilan yang cepat, akurat, terkoordinasi dengan baik, hanya membutuhkan energi yang minimum. Termasuk dalam kategori ini adalah penampilan tanpa ragu-ragu, penampilan secara otomatis. Contohnya, para pemain terkadang mengeluarkan suara untuk menunjukkan kepuasan ataupun kata seru pada saat memukul bola tenis atau melempar bola karena mereka tahu dari apa yang dilakukan, hasil apa yang akan didapat. Contoh: Menyatukan irama lagu dengan gerakan
Kata kunci: satukan, bangun, kalibrasi, konstruksi, bongkar, tunjukkan, kencangkan, perbaiki, giling, panaskan, manipulasi. ukur, betulkan, gabungkan, organisasikan, buat sketsa
CATATAN: kata kunci sama dengan mekanisme, akan tetapi memiliki kata keterangan tambahan yang menunjukkan bahwa penampilan lebih cepat, lebih baik, lebih akurat, dsb.
Adaptasi: ketrampilan dikembangkan dengan baik dan individu dapat memodifikasi pola pergerakan agar sesuai dengan persyaratan tertentu.
Contoh: dapat menggunakan alat permainan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Kata kunci: adaptasi, ubah, berubah, susun kembali, organisasikan kembali, revisi, variasikan.
Awal permulaan: menciptakan pola pergerakan yang baru agar sesuai dengan situasi tertentu ataupun masalah khusus. Hasil belajar menekankan kreativitas yang didasarkan atas ketrampilan yang sangat terlatih. Contoh: menciptakan bangunan baru.
Kata kunci: susun, bangun, kombinasikan, awali, buat
Ranah Psikomotorik yang lain
Ada dua versi yang populer:
Menurut Dave's:
• Imitasi: mengamati dan menjadikan perilaku orang lain sebagai pola. Apa yang ditampilkan mungkin kualitas rendah . Contoh: menjiplak hasil karya seni
• Manipulasi: mampu menunjukkan perilaku tertentu dengan mengikuti instruksi dan praktek. Contoh: membuat hasil karya sendiri setelah mengikuti pelajaran, ataupun membaca mengenai hal tersebut.
• Ketepatan: meningkatkan metode supaya lebih tepat. Beberapa kekeliruan tampak jelas. Contoh: bekerja dan melakukan sesuatu kembali, sehingga menjadi “cukup baik.”
• Artikulasi: mengkoordinasikan serangkaian tindakan, mencapai keselarasan dan internal konsistensi. Contoh: memproduksi benda-benda yang sesuai dengan tema dengan menggunakan balok, puzzle atau plastisin.
• Naturalisasi: telah memiliki tingkat performance yang tinggi sehingga menjadi alami, dalam melakukan tidak perlu berpikir banyak. Misalkan: Dapat bemain simpai atau menari dengan terampil.
Menurut Harrow :
Harrow (1972) menyusun tujuan psikomotor secara hierarkhis dalam lima tingkat sebagai berikut:
1) Meniru. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini diharapkan siswa dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya.
2) Manipulasi. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini menuntut siswa untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Tetapi diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal.
3) Ketepatan Gerakan. Tujuan pembelajaran pada level ini siswa mampu melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang dan akurat.
4) Artikulasi. Tujuan pembelajaran pada level ini siswa mampu menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat.
5) Naturalisasi. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini siswa mampu melakukan gerakan tertentu secara spontan tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya.
DAFTAR PUSTAKA
- Bloom, S. Benyamin, et. al. (1977). Taxonomy of Educational Objectives. The Classification of Educational Goals, Hand Book 1, Cognitive Domain, David Mc Kay Company, Inc. New York.
- Briggs, L. J. , et al. (1978). Instructional Design. NewJersey: Educational Technology Publ.
- Dick, W. dan Carey.L. (1990). The Systematic Design of Instruction. Edisi revisi 3 Glenview, Illionois, Scott, Foresman and Company.
- Soekartawi, (1995). Mengajar yang Efektif. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Suparman, Atwi. (1997). Desain Instruksional. PAU-PPAT-UT, Ditjen. Dikti. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
- Waridjan, dkk. (1984). Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruksional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan