Makalah Teori Elaborasi
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dituntut untuk senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran, pada berbagai aspeknya, mulai dari visi, misi, tujuan, program, layanan, metode, teknologi, proses, sampai evaluasi. Bagi seorang dosen pemilihan model pembelajaran hendaknya dilakukan secara cermat, agar pilihan itu tepat atau relevan dengan berbagai aspek pembelajaran yang lain, efisien dan menarik.
Lebih dari itu, banyak pakar yang menyatakan bahwa sebaik apa pun materi pelajaran yang dipersiapkan tanpa diiringi dengan model pembelajaran yang tepat pembelajaran tidak akan mendatangkan hasil yang maksimal. Strategi pembelajar elaborasi adalah strategi belajar yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya (Ormrod, 2006). Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau cerita (Papalia, 2004). Srategi belajar ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin
Berdasarkan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional PendidikanPasal 28 ayat 3 dan Pedoman sertifikasi guru 2005, pada kompetensi profesional guru pemula dinyatakan bahwa mahasiswa calon guru harus menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup substansi dan metodologi bidang ilmu serta materi sekolah.. Apabila pengajaran dilaksanakansecara konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sertamencatat dengan teknik yang konvensional pula, tentu proses belajar mengajar tersebut tidak mencapai tujuan secara optimal, membutuhkan alokasi waktu yangsangat besar, dan akan berlangsung monoton yang akan membosankan, baik guru maupun siswa.
Dengan model ini dapat dilakukan penstrukturan mata pelajaran berdasarkan kompetensi yang akan dibina, demukian pula pengelaborasian topik secara optimal sesuai kebutuhan, melaksanakan proses pembelajaran yang berorientasi pada paradigma baru, dengan peristiwa-peristiwa pembelajaran sepertimemberikan rangkuman, sintesa dan analogi, serta senantiasa mengaktifkan strategikognitif dan memberikan kebebasan belajar kepada siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Elaborasi
Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya (Ormrod, 2006). Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau cerita (Papalia, 2004). Pembelajaran ini efektif digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin. Anak-anak menggunakan prior knowledge-nya sehingga ide baru dapat meluas, dengan demikian dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada yang disajikan sebenarnya. 1
Elaborasi jelas membantu siswa belajar dan mengingat materi dalam kelas lebih efektif daripada jika tidak. Anak-anak mulai mengelaborasi pengalamannya sejak awal masa preschool (Fivush, Haden, & Adam, 1995 dalam Ormrod, 2006). Contoh dari penggunaan elaborasi adalah ketika seorang anak berusia 11 tahun mengingat barisan staff musical (E, G, B, D,F) dengan cara mengasosiasikan mereka dengan frase “Every Good Boy Does Fine”. Teori Elaborasi secara exclusive membicarakan mengenai macro level yang menggambarkan metode yang berkaitan dengan hubungan beberapa ide, seperti bagaimana merangkaikan ide-ide tersebut. Pada halaman ini akan digambarkan tiga macam metode pembelajaran: organisasional, delivery, dan management. Teori Elaborasi tidak berhubungan dengan strategic delivery dan management, walaupun itu merupakan variabel penting yang dibutuhkan untuk digabungkan kedalam beberapa teori dan model pembelajaran. Jika akan digunakan secara optimal dan menyeluruh untuk pengembangan pembelajaran dan perencanaan.
Elaborasi jelas membantu siswa belajar dan mengingat materi dalam kelas lebih efektif daripada jika tidak. Anak-anak mulai mengelaborasi pengalamannya sejak awal masa preschool (Fivush, Haden, & Adam, 1995 dalam Ormrod, 2006). Contoh dari penggunaan elaborasi adalah ketika seorang anak berusia 11 tahun mengingat barisan staff musical (E, G, B, D,F) dengan cara mengasosiasikan mereka dengan frase “Every Good Boy Does Fine”. Teori Elaborasi secara exclusive membicarakan mengenai macro level yang menggambarkan metode yang berkaitan dengan hubungan beberapa ide, seperti bagaimana merangkaikan ide-ide tersebut. Pada halaman ini akan digambarkan tiga macam metode pembelajaran: organisasional, delivery, dan management. Teori Elaborasi tidak berhubungan dengan strategic delivery dan management, walaupun itu merupakan variabel penting yang dibutuhkan untuk digabungkan kedalam beberapa teori dan model pembelajaran. Jika akan digunakan secara optimal dan menyeluruh untuk pengembangan pembelajaran dan perencanaan.
Teori elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada macro level. Teori ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana, mendasar tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian prerequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih compleks, dan memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistimatis.
Bagian penting yang berhubungan dengan materi subyek adalah learning prerequisit. Konsep dari learning prerequisit meliputi fakta pengetahuan yang harus diperoleh sebelum pengetahuan lain diperoleh. Sekumpulan learning prerequisit dinamakan learning hierarchy.
Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu: 1) urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran , 2) urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran), 3) summarizer (rangkuman). 4) syintherizer, (sintesa) 5) analogi, 6) cognitive strategy activator (pengaktif strategi kognitif), 7) kontrol belajar.2
Sebagaimana diungkapkan Degeng (1989) pengembang-pengembang teori pengajaran sesudah Gagne, seperti Rugeluth, Merrill, dan Bunderson memperkenalkan karakteristik lain dari struktur mata kuliah yang didasarkan pada hubungan-hubungan yang ada antarbagian isi mata kuliah. Secara umum, struktur mata kuliah dapat dideskripsikan atas struktur konseptual, struktur prosedural. struktur teoritik.
Struktur konseptual adalah suatu struktur yang menunjukkan hubungan lebih tinggi /lebih rendah di antara konsep-konsep. Struktur konsep memuat konsep-konsep mata kuliah untuk mencapai kompetensi orientasi konseptual. Tiga tipe penting dari struktur konseptual adalah taksonomi bagian, taksonomi jenis, matrik atau tabel. Berdasarkan uraian di atas, mata kuliah Teori Sastra tergolong mata kuliah bertipe konseptual taksonomi bagaian. Taksonomi bagian adalah struktur konseptual yang menunjukkan bahwa konsep-konsep merupakan bagian dari suatu konsep yang lebih umum.
Prasyarat pembelajaran didefinisikan sebagai struktur yang menunjukkan konsep-konsep yang harus dipelajari sebelum konsep lain bisa dipelajari. Oleh sebab itu, ia menampilkan hubungan prasyarat belajar untuk suatu konsep. Rangkuman merupakan tinjauan kembali (review) terhadap materi yang telah dipelajari untuk mempertahankan retensi. Fungsi rangkuman untuk memberikan pernyataan singkat mengenai materi yang telah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep. Rangkuman yang diberikan di akhir suatu perkuliahan dan hanya merangkum materi yang baru dipelajari disebut rangkuman internal (internal summarizer), sedangkan rangkuman semua materi beberapa kali perkuliahan disebut rangkuman eksternal (within set summarizer).
Pensintesis (synthesizer) adalah komponen teori elaborasi yang berfungsi untuk menunjukkan kaitan-kaitan di antara konsep-konsep . Pensintesis penting karena akan memberikan sejumlah pengetahuan tentang keterkaiatan antarkonsep, memudahkan pemahaman,meningkatkan kebermaknaan dengan menunjukkan konteks suatu konsep, memberikan pengaruh motivasional, serta meningkatkan retensi (Degeng, 1989).
Analogi adalah komponen penting dalam pembelajaran karena mempermudah pemahaman dengan cara membandingkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dikenal mahasiswa (Reigeluth dan Stein, 1983b). Pemakaiannya lebih efektif apabila disampaikan di awal pembelajaran (Degeng,1989).3
Pengaktif strategi kognitif adalah keterampilan-keterampilan belajar yang diperlukan mahasiswa untuk mengatur proses-proses internalnya ketika ia belajar, mengingat, dan berpikir yang terdiri atas dua cara: pengadaan melalui perancangan pengajaran dan menyuruh mahasiswa menggunakannya. Penggunaan gambar, diagram., mnemonik, analogi, dan parafrase, serta pertanyaan-pertanyaan penuntun dapat memenuhi maksud ini.
Menurut Merrill (dalam Degeng,1989) konsepsi kontrol belajar mengacu pada kebebasan mahasiswa dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi mata kuliah yang dipelajari (content control), komponen strategi pengajaran yang digunakan (display control),dan strategi kognitif yang ingin digunakannya (conscious cognition control). Berbagai komponen teori elaborasi di atas, seperti: rangkuman, pensitesis, analogi, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kontrol belajar.
Pembelajaran yang dirancang berdasarkan Teori Elaborasi dijalankan dengan tujuh prinsip, yaitu: 1) Menyajikan kerangka mata kuliah pada fase atau pertemuan pertama; 2) Bagian-bagian yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya dielaborasi secara bertahap; 3) Bagian yang terpenting hendaknya dielaborasi pertama kali; 4) Kedalaman dan keluasan elaborasi hendaknya dilakukan secara optimal; 5) Pensintesis hendaknya diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi, 6) Jenis pensintesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi mata kuliah; 7) Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis ( Degeng, 1989).
Merril (1983) mengemukakan empat bentuk presentasi, yakni presentasi primer, presentasi sekunder, presentasi tampilan proses, dan presentasi tampilan prosedur. Adapun bentuk-bentuk presentasi primer ditinjau berdasarkan spesifitas (kekhususan) materi dan dimensi harapan responsif mahasiswa terdiri atas: presentasi jeneralitas, contoh, ekspositif dan inkuisitif Dikatakan lebih lanjut, bahwa keempat jenis presentasi primer tersebut dapat dielaborasi dengan sejumlah presentasi sekunder.4
Adapun jenis-jenis presentasi sekunder tersebut adalah: Elaborasi prasyarat, informasi tambahan mengenai konsep-konsep komponen yang membentuk jeneralitas; Elaborasi kontekstual, informasi tambahan berupa latar belakang kontekstual atau historis. Elaborasi mnemonik, alat bantu memori untuk membantu mahasiswa mengingat. Menurut Meier (2002) diantaranya akronim, akrostik sanjak, gerakan fisik; Elaborasi matemagenik, alat penarik perhatian, seperti panah, warna, huruf tebal, grafik; Elaborasi representasi, atau presentasi alternatif, yakni penggambaran dengan suatu bentuk/cara lain; dan Umpan balik atau pengetahuan mengenai hasil yang dicapai.
Beberapa gambarkan teori pembelajaran dengan menggunakan elaborasi yaitu:
1). Urutan elaboratif.
2). Urutan prasyarat belajar.
3). Membuat ringkasan / rangkuman.
4). Membuat sintesa.
5). Membuat analogi.
6). Pengaktif strategi cognitive. dan
7). Kontrol siswa.
1. Urutan Elaboratif
Urutan elaboratif merupakan sesuatu yang khas dari sederhana ke rangkaian kompleks, atau dari umum ke rinci, yang memiliki karakteristik khusus. Dikatakan memiliki karakteristik khusus karena mempreskrepsikan cara yang amat berbeda dengan cara-cara yang umum dipakai untuk menata urutan pembelajaran dari umum ke rinci. Urutan elaboratif memiliki dua hal yang ada didalamnya yaitu :
1. Ide umum yang digambarkan tidak hanya meringkas ide yang ada.
2. Penggambaran (epitomize) dilakukan berdasarkan pada tipe materi tunggal.
a. Epitomizing vs Summarizing
Penggambaran (epitomize) dan meringkas dibedakan dalam dua hal penting ;
1. Menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari dalam kelas
2. Menyajikannya secara konkrit, penuh arti, pada tingkat aplikasi.
Sedangkan meringkas penyajiannya mempertimbangkan hal-hal yang lebih luas, tetapi lebih dangkal, abstrak, pada tingkatan mengingat.5
b. Tipe Materi Tunggal
Dengan memperhatikan tipe materi tunggal, proses epitomizing dilakukan dengan salah satu dari tiga tipe materi : konsep, prosedur, prinsip. Konsep adalah sekumpulan objek, peristiwa, simbol yang mempunyai karakter pasti. Mengetahui konsep berarti dapat mengidentifikasi, mengenal, mengklasifikasikan, menggambarkan sesuatu. Prosedur adalah kumpulan tindakan yang berpengaruh pada sesuaatu yang dicapai.Prinsip adalah mengenal hubungan antara perubahan pada sesuatu dan perubahan pada yang lain. Hal ini juga dinamakan hipotesa, proposisi, aturan, hukum tergantung jumlah bukti kebenarannya. Dari tiga tipe materi ini dipilih yang paling penting u ntuk mencapai tujuan umum dalam kelas. Untuk selanjutnya rangkaian elaborasi mempunyai karakterisasi konseptual organisasi, prosedur organisasi, teori organisasi.Esensi proses epitomizing memerlukan :
1. Menyeleksi salah satu tipe materi sebagai materi organisasi (konsep, prinsip, prosedur)
2. Membuat daftar pada materi organisasi yang telah dipelajari dalam kelas.
3. Menyeleksi beberapa materi organisasi yang lebih mendasar, sederhana, dan Fundamental.
4. Menyajikan ide pada tingkatan aplikasi6
2. Urutan Prasyarat Belajar
Rangkain learning prerequisit berdasarkan pada learning structure, atau hierarchy pembelajaran. Struktur belajar adalah struktur yang menunjukkan fakta atau ide yang harus dipelajari sebelum mendapatkan ide yang baru. Hal itu menunjukkan adanya prerequisit pada suatu ide. Learning prerequisit dapat dianggap sebagai komponen kritis pada suatu masalah / ide. komponen kritis pada prinsip tersebut adalah :
a. Komponen kritis pada konsep adalah :
1. Mengenal atribut
2. Hubungan diantaranya.
b. Komponen kritis pada prosedur adalah :
1. Langkah yang digunakan dalam deskripsi yang lebih detil pada tindakan .
2. Langkah yang digunakan dalam konsep yang berhubungan dengan tindakan.
3. Membuat Ringkasan / Rangkuman
Didalam pembelajaran sangat penting untuk meninjau secara sistimatik apa yang telah dipelajari. Meringkas adalah komponen strategi yang memberikan :
a. Pernyataan singkat pada tiap masalah/ide dan fakta yang telah dipelajari
b. Contoh referensi untuk setiap masalah / ide
c. Beberapa diagnose, tes praktek untuk diri sendiri untuk tiap masalah / ide
Ada dua macam ringkasan dalam teori elaborasi :
1. Ringkasan dari dalam, yang datang pada setiap akhir pelajaran dan ringkasan hanya dari ide dan fakta yang telah dipelajari.
2. Kumpulan ringkasan, ringkasan dari semua fakta dan ide yang telah dipelajari sepanjang dalam kumpulan materi pelajaran yang dipelajari siswa. Sekumpulan pelajaran adalah beberapa pelajaran, ditambah pelajaran yang dielaborasi, ditambah pelajaran lain yang juga dielaborasi.7
4. Sintesa.
Dalam pembelajaran sangat penting menggabungkan dan menghubungkan materi/ide yang yang telah dipelajari seperti :
a. Memberikan macam-macam pengetahuan yang bernilai kepada pelajar .
b. Memberikan fasilitas pengertian yang mendalam pada individu melalui perbandingan dan perbedaan.
c. Menambah efek motivasi dan keberartian pada pengetahuan baru .
d. Menambah ingatan dengan menambah kreasi yang berhubungan pengetahuan baru dan diantara pengetahuan baru dengan siswa yang relevan dengan pengetahuan sebelumnya. Dalam teori elaborasi, sintesa adalah strategi untuk menghubungkan dan menggabungkan kumpulan konsep, kumpulan prosedur, kumpulan prinsip.
5. Analogi
Analogi adalah komponen strategi yang penting dalam pembelajaran karena ini akan membuat lebih mudah untuk mengerti masalah/ide baru dengan menghubungkannya dengan masalah / ide yang sudah dikenal. Analogi menggambarkan kesamaan antara beberapa masalah/ide baru dengan yang sudah dikenal diluar materi yang diajarkan. Analogi menolong ketika ada masalah/ide yang sukar untuk dimengerti, dengan menghubungkan materi yang sukar dan belum kita kenal ke pengetahuan yang sudah dikenal tetapi diluar materi yang diajarkan.
6. Pengaktif strategi kognitif
Pembelajaran akan lebih efektif untuk memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak sadar menggunakan strategi kognitif yang relevan, karena bagaimana proses pemberian input pada siswa merupakan rangkaian yang penting dalam proses belajar. Strategi kognitif kadang-kadang dinamakan kecakapan umum yang meliputi kecakapan belajar dan kecakapan berfikir yang dapat digunakan secara menyeluruh pada materi, seperti mengkreasikan mental image dan mengenal analogi. Strategi kognitif dapat dan harus diaktifkan selama pembelajaran. Dua arti pada penyelesaian telah digambarkan Rigney (1978) dalam Yuenda, (1999) sebagai berikut : Pertama, pembelajaran dapat didesain dalam setiap cara untuk mendorong siswa menggunakan strategi kognitif khusus, seringkali tanpa disadari siswa dalam kenyataannya menggunakan strategi ini.Strategi ini meliputi pembelajaran dengan menggunakan gambar, diagram, mnemonic,analogy, dan peralatan yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan materi tertentu. Bentuk kedua pada aktivator adalah strategi dimana secara langsung mempekerjakan strategi kognitif yang telah diperoleh sebelumnya.
7. Kontrol Siswa.
Siswa diberi kebebasan dalam hal seleksi dan mengurutkan :
a. Materi yang telah dipelajari
b. Peringkat yang akan dipelajari
c. Komponen strategi pembelajaran yang diseleksi dan urutan yang digunakan
d. Strategi kognitif khusus siswa yang mengerjakan ketika berhubungan dengan pembelajaran
B. Prinsip-Prinsip Elaborasi
Disebutkan dalam Merril dan Twitchell juga Degeng, terdapat delapan prinsip dalam pembelajaran yang menggunakan teori elaborasi, yaitu:
Initial Synthesis Principle, yaitu penyajian kerangka isi (epitome) pada awal proses pembelajaran (dengan tujuan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran). Fase pertama dalam proses belajar-mengajar adalah dengan menunjukkan bagian-bagian utama pada mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan.8
Gradual Elaboration Principle, yaitu pengaturan secara bertahap dari urutan yang dibentuk. Elaborasi tahap kedua ini akan mengelaborasikan bagian-bagian yang termaktub dalam elaborasi tahap pertama, sehingga urutan pembelajaran bergerak dari umum ke khusus dan dari sederhana ke kompleks.
Introductory Familiarization Principle, yaitu dengan menyesuaikan pengaturan dengan hal-hal yang telah diketahui oleh siswa. Pada tahap ini, pengajar akan mencoba untuk menemukan bahan-bahan ajar atau contoh kasus yang telah diketahui oleh siswa. Ini dilakukan untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep yang akan diberikan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
Most Important First Principle, yaitu berkenaan dengan pengaturan terhadap hal-hal yang dianggap penting, yang ditempatkan pada awal-awal pertemuan, dengan pertimbangan bahwa bahan ajar tersebut dapat memberikan kontribusi pada peserta didik dalam memahami secara keseluruhan. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan motivasi, transfer, dan retensi yang berkelanjutan.
Optimal Size Principle, memuat berbagai fakta, konsep, dan prosedur yang didesain supaya dapat dikenal atau diketahui dengan mudah oleh siswa dan berhubungan dengan memori jangka pendek siswa. Dalam proses pembelajaran, fakta-fakta tersebut dapat ditampilkan dengan memberikan contoh tentang perilaku yang terjadi di dalam kelas atau dengan cara menyajikan kliping atau sejenisnya yang diharapkan dapat mengungkapkan apa saja yang telah dipahaminya mealui proses diskusi di dalam kelas.
Periodic Synthesis Principle, yaitu bahan ajar disintesis dan ditunjukkan pada setiap akhir pembelajaran dengan menunjukkan relasi yang lebih dalam dari suatu kerangka isi. Pengajar akan memberikan penjelasan tentang hubungan antara bahan ajar dengan bahan ajar berikutnya, dengan tujuan agar siswa dapat mempunyai gambaran awal terhadap bahan ajar yang disajikan tersebut.
Periodic Summary Principle, dengan menunjukkan rangkuman di akhir setiap bahan ajar.
Type of Synthesis Principle, yaitu sintesis bahan ajar yang disesuaikan dengan kondisi yang ada, seperti struktur konseptual, struktur teoritis untuk isi teoritis dan struktur prosedural untuk isi prosedural.
C. Beberapa Keuntungan Pembelajaran Elaborasi
1. Siswa akan mempunyai retensi yang lama terhadap bahan ajar. Retensi atau ketahanan terhadap bahan ajar ini dapat berlangsung lama disebabkan karena materi atau bahan ajar yang diberikan kepada siswa diusahakan bermakna dan siswa mengalami sendiri apa-apa yang disajikan. Selain itu, bahan yang disajikan saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
2. Siswa akan memperoleh pengetahuan secara utuh. Cara penyajian bahan ajar dilakukan secara berurutan yang pada akhirnya akan membuat siswa memahami materi yang diberikan secara utuh. Hal ini memungkinkan karena dalam proses pembelajaran tidak terjadi pengulangan-pengulangan bahan ajar yang dirasa tidak perlu. bahan ajar disajikan dalam urutan yang jelas dan diberikan sedetail mungkin. Jika perlu, siswa dapat menggalinya sendiri di luar sumber-sumber belajar yang telah disediakan.
3. Siswa akan lebih menikmati belajar. Penyajian bahan ajar di kelas pada prinsipnya tetap memperhatikan kebutuhan siswa dalam belajar. Didasarkan pada prinsip individual differences, maka penyajian bahan ajar ini tetap mengacu pada tingkat kemampuan masing-masing siswa yang berbeda. hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap kemampuan siswa pada awal pertemuan. Dengan data pengamatan ini, selanjutnya dapat didesain metode pembelajaran yang sesuai dengan ciri masing-masing siswa. Harapannya, siswa dapat lebih menikmati belajar.
4. Siswa akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk mempelajari bahan ajar. Penyampaian bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa pada akhirnya diharapkan dapat memacu motivasi siswa untuk lebih mendalami bahan ajar yang disajikan.
D. Strategi Pembelajaran Teori Elaborasi
1. A Special Type of Simple to Complex Sequence
Hal tersebut dapat dikatakan sebagai urutan elaboratif yaitu urusan dari sederhana ke kompleks atau dari umum ke khusus. Pada tahap ini, didorong agar siswa mampu memahami hal-hal yang bersifat umum terlebih dahulu ayng akan saling mengaitkan dengan bagian-bagian berikutnya.9
2. Learning Prerequisite Sequences
Dapat dimaknai sebagai urutan prasyarat belajar atau hierarki belajar. Dari pengertian tersebut, maka penyajian isi bidang studi tidak akan dilakukan sebelum isi bidang studi yang menjadi prasyarat disajikan.
3. Summarizer
Yaitu rangkuman yang berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat mengenai isi bidang studi yang telah dipelajari dan contoh-contoh pedoman yang mudah diingat untuk setiap prosedur, konsep, atau prinsip yang diajarkan. Tujuan ringkasan menurut degeng selain sebagai upaya untuk menyatakan kembali apa yang telah dipelajari oleh siswa, tujuan ringkasan ini adalah agar si belajar mengalami retensi yang kuat terhadap apa-apa yang telah disampaikan selama proses pembelajaran.
4. Synthesizers
Merupakan komponen strategi teori elaborasi yang berfungsi untuk menunjukkan hubungan-hubungan di antara konsep-konsep, prosedur-prosedur, dan prinsip-prinsip yang diajarkan. Tujuan dari pengaitan hubungan-hubungan tersebut adalah membantu siswa agar lebih mudah dalam konsep, prosedur, dan prinsip tersebut.
5. Analogies
Analogies digunakan untuk mempermudah pemahaman pelajar terhadap bahan ajar yang telah diberikan dengan cara membandingkan dengan pengetahuan yang telah dikenal oleh pelajar tersebut. Makin dekat persamaan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang dijadikan analogi, maka semakin efektif penggunaan analogi tersebut. Analogi akan lebih baik jika diberikan sebelum pengetahuan baru diberikan kepada siswa.
6. Cognitive Strategi Activator
Menurut Rigney, terdapat dua cara untuk mengaktifkan strategi kognitif yaitu dengan embedded strategy dan detached strategy. Embedded strategy dilakukan dengan merancang pengajaran sedemikian rupa sehingga pelajar pun “dipakasa” untuk menggunakannya, bisa dilakukan dengan menggunakan gambar, analogi parafrase, dan mnemonic, bisa juga dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan penuntut atau disebut juga dengan detached strategy, yaitu usaha untuk meminta pelajar untuk menunjukkan apa yang sudah dipelajari.
7. A Learner Control Format
Menurut Merril, kontrol belajar merujuk pada kebebasan pelajar dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari, kecepatan belajar, komponen strategi pembelajaran, dan strategi kognitif yang digunakan. Dalam kasus ini, siswa dapat menentukan sendiri epitominya, menentukan waktu belajarnya, dan bagaimana dia belajar dan merangkum bahan belajarnya tersebut.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
o Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya (Ormrod, 2006). Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain, seperti frase, adegan , pemandangan, tempat, atau cerita (Papalia, 2004).
o Pembelajaran yang dirancang berdasarkan Teori Elaborasi dijalankan dengan tujuh prinsip, yaitu: 1) Menyajikan kerangka mata kuliah pada fase atau pertemuan pertama; 2) Bagian-bagian yang tercakup kedalam kerangka isi hendaknya dielaborasi secara bertahap; 3) Bagian yang terpenting hendaknya dielaborasi pertama kali; 4) Kedalaman dan keluasan elaborasi hendaknya dilakukan secara optimal; 5) Pensintesis hendaknya diberikan setelah setiap kali melakukan elaborasi, 6) Jenis pensintesis hendaknya disesuaikan dengan tipe isi mata kuliah; 7) Rangkuman hendaknya diberikan sebelum setiap kali menyajikan pensintesis ( Degeng, 1989).
o Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu: 1) urutan elaboratif untuk struktur utama pengajaran , 2) urutan prasyarat pembelajaran (di dalam masing-masing subjek pelajaran), 3) summarizer (rangkuman). 4) syintherizer, (sintesa) 5) analogi, 6) cognitive strategy activator (pengaktif strategi kognitif), 7) kontrol belajar.
DAFTAR PUSTAKA
- Abdul Hamid K, T eori belajar dan pembelajaran,Jakarta: kencana,2008
- Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi aksara. 2002
- Abdul Hamid K, T eori belajar dan pembelajaran,Jakarta: kencana,2008
- Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka cipta. 2002
- Sugiyono. Statistika untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta. 2005
- Sudjana, M.A. Metode Statistika. Bandung:Tarsito.2002
- Slameto.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya..Jakarta:Rineka cipta. 2003
- Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta : Prestasi pustaka 2007
- Nana sujana,T eori-teori Belajar dan Pengajaran, Jakarta:Lembaga 1990