BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan good corporate governance dan pemerintahan yang memiliki daya saing global diperlukan Sumber Daya Insani yang mumpuni. Pada saat ini sangat dirasakan kompetisi yang ketat di dunia kerja sebagai dampak adanya resesi global. Maka organisasi memerlukan SDM yang profesional dan memiliki integritas dalam bekerja. Profesionalisme merupakan sinergi berbagai kompetensi yang dikendalikan oleh kompetensi spiritual. Kompetensi spiritual memiliki peran utama dalam mewujudkan integritas sebagai perilaku kunci untuk membangun kepercayaan dan akhlak yang luhur berdasarkan nilai-nilai agama. Dengan kecerdasan spiritual memberikan pengaruh utama dalam membangun komitmen kerja PNS yang cakap, bersih dan berwibawa terbebas dari KKN. Untuk itu diperlukan akhlak yang mulia yang dibangun dari nilai-nilai agama.
Keseimbangan pendidikan umum (Iptek) dan pendidikan agama/ moral spiritual akan melahirkan insan berkepribadian baik dan arif-bijaksana dalam menyikapi serta menghadapi setiap permasalahan dan kreatif mencari solusi terbaik dalam menghadapi masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Orang-orang seperti itu yang diprediksikan mampu menghadapi persaingan global dalam perang ekonomi berbasis informasi (economic information warfare) dan perang isu/propaganda (psychologic warfare) yang dikembangkan negara-negara maju, peka serta peduli terhadap kejahatan/kerusakan lingkungan (alam dan sosial).
Keseimbangan pendidikan umum (Iptek) dan pendidikan agama/ moral spiritual akan melahirkan insan berkepribadian baik dan arif-bijaksana dalam menyikapi serta menghadapi setiap permasalahan dan kreatif mencari solusi terbaik dalam menghadapi masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Orang-orang seperti itu yang diprediksikan mampu menghadapi persaingan global dalam perang ekonomi berbasis informasi (economic information warfare) dan perang isu/propaganda (psychologic warfare) yang dikembangkan negara-negara maju, peka serta peduli terhadap kejahatan/kerusakan lingkungan (alam dan sosial).
KONSEP KECERDASAN SPIRITUAL
A. Pengertian, Hakekat Dan Makna Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang menyangkut moral yang mampu memberikan pemahaman yang menyatu untuk membedakan sesuatu yang benar dengan yang salah (Danah Zohar dalam Taufik Bahaudin, hal. 189) Dalam Emotional Spiritual Quotient, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan Intellectual Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient secara komprehensif.
2. Hakekat
Kecerdasan spiritual pada hakekatnya, adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan spiritual yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar.
Kecerdasan spiritual menjadikan manusia yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah fasilitas yang berkembang selama jutaan tahun yang memungkinkan otak untuk menemukan dan menggunakan makna dalam pemecahan persoalan.
Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki “makna” dalam hidupnya. Dengan makna hidup ini seseorang akan memiliki kualitas “menjadi”, yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara produktif dan dapat menyatu dengan dunia.
3. Makna
Harjani Hefni (2005) menyatakan makna kecerdasan spiritual adalah kemampuan mendengarkan suara hati untuk cerdas berhubungan dengan Tuhan YME dan sesama dalam memberikan yang terbaik dan bermanfaat. Dengan demikian kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa dalam memaknai hidup yang dapat membantu seseorang dapat membangun dirinya untuk tumbuh, berkembang dan seimbang.
B. Meta Kecerdasan
Menurut Taufik Bahaudin dikatakan seseorang itu Cerdas apabila memiliki beberapa kecerdasan atau disebut berfungsinya meta kecerdasan sinergi. Meta kecerdasan itu antara lain IQ, EQ, SQ, CQ ( creativity Quotient) , AQ (Advercity Quotient).
Definisdi IQ ( intelligent quotient ) : kecerdasan yang berhubungan fisik, aritmatika,
Definisi EQ ( emotional quotient ) : kecderdasan mengelola emos
Definisi CQ ( creativity quotient) : kecerdasan untuk mencari solusi
Definisi AQ ( adversity quotient ) : kecerdasan daya tahan dalam penderitaan dan dapat merubah kemalangan menjadi peluang keberuntungan SI ( Spiritual quotient) : kecerdasan spiritual sebagai poros semua kecerdasan yang lain. Danah Zohar mengatakan IQ dan EQ akan berfungsi efektif apabila SQ bekerja.
Ary ginanjar (2003,) menjelaskan meta kecerdasan sinergi merupakan integrasi dari kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual yang berorientasi pada spiritualisme tauhid dan diwujudkan dengan kemampuan memecahkan masalah dan tantangan dengan radar suara hati.
Begitupula yang dikatakan oleh Dadang Hawari (2003), integrasi dari IQ, EQ, CQ dan SQ diperlukan dalam membangun SDM pemimpin yang berkualitas dan bersih dari KKN.
C. Sinergi Kompetensi Spiritual, Kompetensi Sosial Dan Kompetensi Teknis Sebagai SDM Profesional
Kata kompetensi merupakan saduran dari bahasa Inggris ‘Competence’ yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut Susanto (2003) definisi tentang kompetensi yang sering dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Kompetensi merupakan karakteristik diri yang menjadi pembeda antara performance yang sangat baik dengan performance yang biasa dalam suatu pekerjaan atau organisasi. Ife (1995) menyatakan bahwa secara umum kompetensi dimaknai sama dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh seseorang (skills) untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan, Mendiknas dalam Surat Keputusan No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Sejalan dengan pernyataan Mujiman dari Badan Nasional Sertifikasi Pelatihan ( 2005) kompetensi sebenarnya adalah suatu kemampuan untuk menguasai dan menerapkan pengetahuan, keterampilan/keahlian, sikap dan mental kerja tertentu di tempat kerja, sesuai dengan prosedur dan kinerja yang dipersyaratkan.
Profesionalisme adalah Orientasi dan sikap kerja kompeten, dalam melakukan pekerjaan yang disertai dengan tanggung jawab fungsional dan moral sesuai dengan kode etik profesi. Untuk menjadi SDM yang profesional perlu kompetensi kompetensi spiritual dan kompetensi sosial serta kompetensi teknis.
1. Kompetensi spiritual
Tiga dimensi kompetensi spiritual menurut Mujiman ( APNI, 2008) :
- Bersumber dari dan terkait dengan nilai-nilai spiritual keagamaan dan kepercayaan dalam kaitannya dengan pengabdiannya kepada Tuhan YME.
- Membentuk sikap mental bahwa bekerja adalah bagian dari amal dan ibadah kepada Tuhan YME.
- Aplikasinya di pekerjaan tercermin dalam bentuk disiplin, dedikasi, integritas dan loyalitas, ethos kerja, motivasi kerja
- Harjani Hefni ( 2005) menyebutkan kompetensi spiritual sebagai kemampuan dalam membaca dan melaksanakan perintah Tuhan.
Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual Dalam Peningkatan Kinerja Pelaksanaan Tugas Jabatannya
A. Bukti Ilmiah Kecerdasan Spiritual
1. Titik Ketuhanan ( God spot )
Para peneliti mencari hubungan antara ilmu pengetahuan dengan dimensi spiritual. Dari eksperimen yang dilakukan para ahli diperoleh pada lobus frontalis (bagian otak depan ) ada titik yang menghubungkan dengan jiwa, kalbu dan kemudian dengan Tuhan. Titik ini disebut God Spot ( Ramachandran,V.1998; Marshall,I; Johar,D.2002) Bagian otak tersebut apabila diberi rangsangan dengan gelombang mikro elektronik maka yang bersangkutan akan merasakan damai, khusyu, dan rasa dekat kepada Tuhan. Pendapat para ahli tersebut sesuai dengan pandangan agama Islam yang menyatakan manusia adalah makhluk fitrah yaitu makhluk yang berke-Tuhan-an ( QS. Ar Ruum, 30 :30)
Para peneliti seperti Harrington , A. Juthani.N.V. dan Monakow, V. Goldstein dalam Dadang Hawari, 2002 hal.70 mencari hubungan antara ilmu dengan dimensi spiritual. Diyakini adanya God Spot pada susunan saraf pusat (otak). Sebagai contoh orang yang menderita kecemasan akan menjadi tenang setelah diberi obat anti cemas. Sementara itu orang yang berdoa dan berdzikir memperoleh pula ketenangan. Hal ini sebagaimana dikatakan Christy, J.H. ( dalam Dadang Hawari 2002, hal 71) prayer is medicine. Hal ini di dukung dari penelitian dari Snyderman ( dalam Dadang Hawari,2002 hal 71) terapi medis akan efektif apabila disertai doa dan dzikir.
B. Pengalaman (Success Story) Kecerdasan Spiritual Dalam Peningkatan Kinerja
1. Pemberdayaan SDM dalam organisasi
Dari hasil penelitian penulis pada salah satu unit kerja di Pusdiklat Hukum dan Ham pada tahun 2005, dengan kompetensi spiritual pimpinan unit kerja itu berhasil membangun unit kerja yang dipimpinnya menjadi suatu tim kerja yang solid. Penelitian mengamati perilaku kepala seksi yang semula kurang peduli, kurang memperhatikan atribut kerja dan jam kerja. Dengan kecerdasan spiritual ia mengajak anak buahnya untuk membangun visi bekerja dan membangun komitmen bersama. Perubahan terjadi 4 bulan setelah itu dengan peningkatan pada disiplin, tanggung jawab, motivasi dan prestasi kerja. Ia berhasil mewujudkan tim kerja yang sinergi dimana satu sama lain saling membantu bila temannya berhalangan dan baru pulang manakala semua pekerjaan sudah diselesaikan. Kecerdasan spiritual telah meningkatkan self belonging dan self responsibility pada unit kerja tersebut.
2. PT. Taspen
Kecerdasan spiritual telah membentuk karakter pelayanan prima di PT. Taspen. Subiyanto telah berhasil merubah kinerja pegawainya untuk tidak bekerja berdasarkan ego (kemauannya sendiri) namun bekerja ditujukan untuk mencari ridho Allah SWT. Karyawan tidak mau menerima hadiah, namun menyalurkan ke kotak amal yang disediakan. Seorang hakim yang mengurus Taspennya di Cabang Bogor merasa tersentuh hatinya menerima pensiun dan THT yang cukup besar dalam waktu kurang dari 1 jam. Dia sangat terkesan akan kecepatan pelayanan dan memberikan uang 1 juta kepada petugas di depan loket. Namun petugas tersebut mengatakan dia tidak diperkenankan menerima apapaun dari peserta Taspen. Sang Hakim meneteskan air mata mendengarkan ucapan petugas itu. Hal sama juga terjadi pada petugas counter di kantor Taspen yang lain, yang menolak pemberian peserta Taspen.
3. Pengaruh training emotional and spiritual quotient (esq) terhadap motif berprestasi pegawai negeri sipil (pns) pada lembaga penjaminan mutu pendidikan (lpmp) lampung.
4 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh training ESQ terhadap otif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dilaksanakan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung dengan jumlah sampel sebanyak 46 orang. Pengumpulan datanya dilakukan dengan metode kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Regresi Logistik Binari.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel Training ESQ berpengaruh positif terhadap motif berprestasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Lembaga Penajaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Lampung. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel tersebut yang bernilai positif yakni 0,290. Selain itu juga diperoleh hasil analisis besarnya koefisien diterminasi R2 = 0,2165, artinya training ESQ memiliki konstribusi 21,65 % terhadap motif berprestasi pegawai, sedangkan sisanya 78,35 % ditentukan oleh faktor lain.
Faktor kualitas sumber daya manusia sangat dominan untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan organisasi, sehingga terkait dengan penelitian tentang pengaruh training ESQ terhadap PNS di LPMP Lampung, maka disarankan agar pimpinan lembaga melakukan pembinaan terhadap para alumni training ESQ secara berkesinambungan dan memberikan kesempatan training ESQ kepada pegawai yang belum mengikuti training, kepada para pegawai alumni training ESQ hendaknya konsisten terhadap prinsip-prinsip yang telah dijabarkan selama mengikuti training, sehingga tujuh nilai dasar dalam ESQ dapat terlaksana.
4. Perusahaan kosmetik wardah dan zahra
1985 home industri, 1990 - musibah kebakaran, rumah dan aset habis terbakar.Harus membayar hutang – hutang. Semangat bangkit kembali tersentuh dengan nasib karyawan yang kehilangan pekerjaan. Tidak memiliki ilmu pemasaran. Modal silaturahmi dan keyakinan akan pertolongan Allah. Tapi ia terus kerja keras, tidak putus asa dan berdoa.
Ia mendapatkan pinjaman tempat dan pinjaman produk. Dengan modal pemasaran silaturahmi dalam 2 minggu mampu memberikan THR kepada 30 orang karyawan. Setahun kemudian berhasil membangun rumah dan pabrik. Kini nurhayati memimpin lebih dari 300 karyawan dengan omset mencapai milyaran rupiah ( sumber ’nebula’ ESQ).
C. Karakteristik Kecerdasan Spiritual Orang-Orang Sukses Dan Mulia
Peringkat karakter CEO ideal hasil penelitian dari The Leadership Challenge th. 1987, 1995 dan 2002 di 6 benua: Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Eropa dan Australia. Tujuh karakter Chief Executive Officer ( CEO) :
1. Jujur
2. Berpikiran maju ( forward looking )
3. Kompeten
4. Dapat memberikan inspirasi
5. Cerdas
6. Adil
7. Berpandangan luas ( broad minded )
Menurut hasil pertemuan top ekeskutif internasional pada tahun 2002 di Harvard Business School, ada 5 karakter powerful leader yaitu:
1. Kejujuran
2. Semangat
3. Ide atau inisiatif
4. Bijaksana
5. Keberanian mengambil keputusan
Michael E. Hart (2009 ) telah membuat peringkat terhadap 100 orang yang paling berpengaruh di dunia yang telah memberikan dampak terbesar sepanjang sejarah perjalanan dunia. Sebagai peringkat pertama ia menyebutkan Muhammad SAW. Ia memilih Muhammad SAW sebagai tokoh teratas dalam daftar orang yang paling berpengaruh di dunia karena satu -satunya orang dalam sejarah yang sangat berhasil, baik dalam keagamaan maupun sekuler. Karakter utama nabi Muhammad SAW adalah:
1. Jujur
2. Tanggung jawab
3. cerdas
4. Mampu menyampaikan dengan suara hati
MENGINTERNALISASI KECERDASAN SPIRITUAL
A. PENYADARAN DIRI
1. Mengenali konsep diri manusia
Perubahan diri manusia di mulai sejak proses kejadiannya dari Zygot yang tumbuh berkembang dalam rahim ibu hingga terlahir ke dunia. Sejak bayi di pangkuan hingga dewasa terjadi proses pembentukan nilai-nilai dalam diri manusia. Konsep diri seseorang di bangun oleh nilai-nilai yang diyakininya dan pengaruh lingkungan yang membentuknya. Untuk mengenal konsep diri, manusia perlu mengetahui siapa yang menciptakannya, dari apa ia diciptakan, untuk apa hidup dan kemana akan kembali.
Nanusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang menciptakan dan menguasai sekalian alam. Tuhan yang menghidupkan dan yang mematikan mahkluk . Tuhan yang hidup kekal ketika semua tiada. Tuhan yang menguasai dunia dani akherat. Manusia diciptakan dari tanah. Manusia selanjutnya terjadi melalui proses reproduksi yaitu bertemunya sperma dan sel telur. Sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an ”Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluq yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci-lah Allah, Pencipta yang Paling Baik ”. ( QS. 23 : 14 ). ” Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) manusia ruh (ciptaan ) Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi ) kamu sedikit sekali bersyukur ” ( QS. 32 : 9)
Manusia hidup untuk beribadah kepada Tuhan YME. Sesuai firmanNya dalam Al Qur’an : ” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” ( QS .51 :56 ).
Setelah kehidupan ini manusia akan mati sebagai ketentuan dari Sang Pencipta dan manusia kembali ke akhirat, menghadap Tuhan YME. Di Akhirat segala perbuatan manusia di dunia akan diberi ganjaran sesuai dengan amalnya. Bagi orang yang banyak beriman dan beramal soleh maka akan diberi ganjaran surga. Bagi orang yang banyak berbuat dosa diberi ganjaran neraka.
Dengan menjadari manusia sebagai hamba Tuhan, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Tuhan YME. Kita mampu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan untuk menggunakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunanNya untuk bisa memberikan manfaat sebanyak-banyak kepada orang lain an lingkungan.
Dengan menyadari konsep diri manusia akan menumbuhkan kesadaran dan semangat untuk melakukan perubahan. Brain Tracy (2007) menyatakan perubahan diri kuncinya adalah pada pikiran. Pikiran sesorang yang mengantarkannya pada kesuksesan atau kegagalan. Pikiran dipengaruhi oleh hati ( keyakinan). Ary Ginanjar Agustian ( 2003) menyatakan perlu nya Zero mind proses (ZMP) untuk membersihkan hati dari belenggu suara hati yang menutupi god spot.
2. Mengenali mental block
Pikiran adalah pekerjaan mental, dengan demikian sehat pikiran adalah sehat pula mental seseorang. Kesehatan jiwa didefinisikan oleh para psikolog sebagai kematangan emosional dan sosial. Dengan sehat jiwa akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, mampu mengemban tanggung jawab kehidupan dan dapat menghadapi semua persoalan hidup dengan realistis, kemampuan inilah yang dapat menentukan tingkat kebahagiaan dan kebermaknaan hidup ( Dr.M. Utsman Najati, 2005). Yang membuat seseorang sukar untuk berubah adalah adanya hambatan (mental block) dalam diri seseorang yang mempengaruhi pikiran seseorang. Ada 5 blok mental menurut Lembaga Training dan Consultancy dan pelatihan mindset (2007) yang menjadi hambatan mental yang berasal dari dalam diri yaitu :
– Blok persepsi
– Blok emosi
– Blok kultur / lingkungan
– Blok intelektual
– Blok ego
Sedangkan Faktor ekternal adalah :
– Lingkungan
– Teman sejawat
– Anak buah
– Iklim kerja
3. Penjernihan suara hati
Hati nurani seringkali tertutup oleh berbagai belenggu yang menyebabkan orang menjadi buta hati. Hal ini mengakibatkan seseorang tidak mampu lagi mendengar informasi-informasi maha penting yang berasal dari suara-suara hatinya sendiri, di mana hal ini akan mengakibatkan seseorang akan menjadi tidak mampu untuk membaca lingkungan di luar dirinya atau membaca dirinya sendiri. Akibatnya, ia sering sekali terperosok ke dalam berbagai kegagalan dan tidak mampuan untuk memanfaatkan potensi dirinya atau potensi lingkungannya.
Ari Ginanjar Agustian ( 2003) mengemukakan 7 belenggu yang menutupi suara hati yaitu :
• Prasangka negatif.
• Prinsip hidup
• Pengaruh kepentingan
• Pengaruh pengalaman
• Pengaruh sudut pandang
• Pengaruh pembanding
• Pengaruh literatur
Menurut Dr. Sayyid Muhammad Nuh ( 2004), ada 7 penyakit hati yang menjangkiti hati manusia yaitu :
• Membanggakan diri
• Terpedaya oleh perasaan sendiri
• sombong
• pamer ( riya ) dan ingin didengar (sum’ah)
• Buruk sangka
• Kikir
• Dendam
Poniman, dkk ( 2005) mengidentifikasikan 12 kotoran hati dalam diri seseorang, sbb : Dengki, Sombong, Angan –angan, Ingkar, Malas, Egois, Cepat puas, Putus asa, tamak, Pelit, merusak dan riya. Untuk mensucikan hati dengan 12 epos ( enersi positip ) penawarnya yaitu :
1. Dengki diganti dengan penyayang. 2. Lawan sombong dengan rendah hati, 3. Lawan angan dengan tawakal, 4. Lawaningkar dengan taat, 5. lawan malas denganrajin,6. Lawan Egois dengan bebagi, 7.Lawan cepat puas dengan cita-cita, 8. Lawan Putus asa dengan ikhtiar, 9. lawan tamak dengan sahaja, 10. Lawan pelit dengan pemurah, 11. Lawan kebiasaan merusak dengan memelihara, 12. Lawan riya dengan terbang rendah.
Penjernihan suara hati ini dilaksanakan melalui kontemplasi atau perenungan untuk mengungkap kembali hal-hal positip dan negatif dari dalam diri serta dapat mengenali kesalahan dan keburukan diri. Proses ini diiringi dengan bertobat ( tobat nasuha ) untuk membersihkan hati. Bertobat dilakukan dengan cara sbb :
Mengenali / mengidentifikasi kesalahan diri
Mohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa
Berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan / dosa
Melakukan perbaikan
Hati itu ibarat cermin, apabila seseorang berbuat dosa, maka cermin akan ternodai dengan satu tiitk hitam. makin banyak dosa, semakin banyak titik nodanya. Apabila dia bertobat, maka cemerlanglah hatinya (hadist).
5. Membangun komitmen spiritual
Komitmen diartikan sebagai perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu ( Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, 2005). Untuk melakukan perubahan dan perbaikan perlu adanya suatu komitmen pada diri sendiri. Setiap diri memiliki potensi baik. Murdoko ( 2006) pada hakekatnya manusia itu memiliki potensi baik seperti kejujuran,kesetiaan, dapat bertanggung jawab, pantang menyerah dsb. Dimensi hakekat diri merupakan kebenaran-kebenaran alamiah dan dasariah yang mutlak. Namun mengapa seseorang tidak dapat memunculkan dalam perilaku yang riil, karena ’kekayaan’ itu tidak diasah dan tidak ada nya kemauan dan upaya untuk kewujudkannya. Komitmen spiritual merupakan pernyataan kemauan atau tekad yang kuat untuk mengangkat potensi baik yang ada dalam setiap diri. Cobalah temukan potensi baik yang ada dalam diri anda. Komitmen pada potensi baik untuk maju dapat memberikan motivasi untuk bangkit mewujudkannya. Pernyataan komitmen ini di ucapkan dengan lisan, diakui oleh hati dan diikuti oleh perbuatan. Komitmen adalah suatu janji yang diucapkan dan bila disaksikan ( orang lain ) akan lebih mantap karena sekaligus sebagai alat kontrol atau cermin diri.
B. Pemahaman Konsep Nilai
1. Berbagai konsep nilai
Berbagai konsep – konsep tentang nilai dikemukakan oleh para pakar antar lain Steven Covey dengan 7 kebiasaan efektif, Ary Ginanjar Agustian dengan 7 budi utama dan kubik leadership dengan 3 kepemimpinan diri serta Harjani Hefni dengan 7 kebiasaan hidup sukses dan barokah B5KB. B5KB adalah konsep nilai yang berasal dari negeri sendiri, yang teraplikasi di masyarakat karena ia disarikan dari surah Al Fatihah.
Harjani Hefni (2008) mengemukakan 7 kebiasaan hidup Sukses dan barokah sbb :
a. Berdoa saat memulai kerja
b. Bersyukur atas segala ni’mat
c. Berfikir positif terhadap Sang Pencipta dan terhadap sesama
d. Berorientasi akhirat
e. Bekerja sebagai ibadah dan berdoa
f. Konsisten dalam komitmen
g. Bercermin
2. Elemen kompetensi spiritual PNS
Dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah secara siginifikan telah memberikan perubahan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Ciri utama dari kedua UU tersebut adalah makin luasnya otonomi daerah dan makin meningkatnya diskresi daerah dalam melaksanakan otonomi daerahnya.
Demikian halnya saat ini, dengan keluarnya PP No 41/2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Permendagri No. 57 Ttg Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, yang mengatur jumlah Dinas daerah, Lembaga Teknis daerah dan perangkat lainnya, sesuai dengan tipologi dari masing2 daerah. ditetapkanya PP No. 41/2007 yang merupakan PP pengganti dari PP 8/ 2003 adalah untuk lebih meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam hal pelayanan publik serta untuk mengurangi pro dan kontra yang selama ini disampaikan oleh provinsi dan kab/kota di Indonesia yang dalam tataran implementasi banyak yang menolak pemberlakuannya di daerah masing-masing.
Salah satu indikator baik tidakya organisasi adalah tercapainya tujuan dari organisasi sesuai dengan apa yang telah dicanangkan para pengelolanya. Proses pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Elemen kompetensi spiritual dapat dilihat dari panca prasetia KORPRI, yaitu antara lain : kejujuran, tanggung jawab, daya juang, visioner, kedisiplinan, kerjasama, keadilan, dan kepedulian
3. Syarat perubahan mindset
Empat syarat perubahan pola pikir menurut Juni Pranoto (2008) :
a. Konsep yang benar
b. Proses yang konsisten
c. Motivasi yang tinggi
d. Dilakukan secara kontinyu dan melalui pembiasaan ‘habit’
C. Pemantapan Diri
1. Penetapan tujuan ( goal setting )
Ary Ginanjar Agustian (2008) dalam pelatihan mission character building (MCB) mulai dengan penetapan visi dan misi sejak tingkat pribadi, keluarga hingga pekerjaan. Poniman,dkk ( 2005) dalam merencanakan tantangan 90 hari memulai dengan bintang terang. Menurut Poniman,dkk (2005) Bintang terang adalah suatu prestasi terbesar yang yang kita ingin capai dalam hidup ( the ultimate life achievement ). Disebut sebagai bintang karena bintang adalah sesuatu yang tinggi, bukan sesuatu yang mudah dicapai. Sedang terang artinya mimpi tentang prestasi besar itu haruslah yang menarik dan sangat berarti bagi kita. Dengan begitu bisa menjadi petunjuk arah dan memberikan penerangan kepada kita pada masa-masa sulit. Bintang terang yang terbaik adalah perwujudan dari dorongan nurani kita. Orang –orang besar dunia memiliki bintang terang. Bill Gates pendiri microsoft memimpikan adanya komputer pribadi di setiap rumah. Henry Ford pendiri Ford Motor Company memimpikan semua orang bisa memiliki mobil dsb.
Untuk mencari bintang terang anda, bayangkan sebuah prestasi besar yang diidam-idamkan dalam hidup. Jika sudah didapat, apakah prestasi tersebut sesuai dengn garis nurani ( cocok dengan akal dan kalbu 100%). Itulah bintang terang anda.
Ada 3 manfaat memiliki bintang terang, yaitu :
1. Bintang terang memberikan arah tujuan hidup (to be) dan meningkatkan valensi.
2. Bintang terang memfokuskan seluruh kemampuan kita.
3. Bintang terang memberikan motivasi untuk berjuang.
Dalam penetapan tujuan harus jelas. Untuk itu ada 5 (lima) syarat dalam penetapan tujuan ( SMART ) :
Specific ( spesifik )
Measurement ( terukur )
Achievable ( dapat dicapai )
Rational ( rasional )
Time bound ( waktu )
Langkah penetapan tujuan :
Mulai dari bintang terang. Setelah itu tetapkanlah target 6 – 12 bulan. Setelah itu rencanakan untuk : 1) meningkatkan expertis, 2) mengkapitalisasi aset dan 3) memperbanyak epos. Meningkatkan expertis dengan cara menentukan kompetensi yan perlu dikuasai untuk mencapai prestasi 90 hari. Mengkapitalisasi aset adalah mengoptimalkan setiap aset yang ada baik aset diri maupun aset lingkungan. Sedang memperbanyak epos (energi positif) dengan cara memperbanyak aktivitas yang mempunyai dampak yang besar.
2. Membuat agenda
Agenda merupakan aktualialisasi tujuan kedalam rencana harian. Merencanakan waktu setiap harinya untuk melakukan rencana rencana perbaikan sebagai bahan monitoring pengembangan diri,
Langkah-langkah menetapkan tujuan dengan mulai dari tujuan jangka panjang ( tujuan hidup ), tujuan jangka menengah ( tujuan bekerja ) dan tujuan jangka pendek ( Rencana harian ). Rencana harian dituangkan dalam agenda. Agenda ini menjadi alat yang efektif untuk monitor dan evaluasi proses perbaikan diri yang berkelanjutan.
Contoh agenda:
Persyaratan aktualisasi agenda ke dalam kebiasaan
• Rinci
• Konsisten
• Evaluasi
• Perbaikan terus menerus
Pembentukan kebiasaan
Praktek penetapan tujuan
Membuat agenda diri
Aktualisasi agenda diri ke dalam habit
Pengendalian dan perbaikan yang terus menerus
PENERAPAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM PELAKSANAAN TUGAS JABATANNYA
A. Aktualisasi Diri Ke Dalam Habit Sukses Mulia
1. Langkah-langkah membangun habit – B5KB
a. Bismillah setiap memulai pekerjaan: Trust dan Waskat
1) Menghubungkan hati dengan Sang Pencipta
2) Menyesuaikan kata dengan perbuatan
3) Menghadirkan pengawasan Allah saat bekerja
4) Bekerja dan berbuat dengan suara hati
b. Bersyukur atas setiap nikmat: Senang, bersemangat, produktif
1) Pandai membaca nikmat
2) Merasa gembira dengan nikmat yang ada
3) Menguatkan perasaan gembira dengan ungkapan
4) Memanfaatkan nikmat yang ada dengan optimal
5) Memanfaatkan nikmat sesuai dengan aturan Allah
6) Tidak sombong dan merasa besar diri dengan prestasi dan capaian
7) Tidak malas, Berusaha Mengembangkan nikmat: kalau diberikan kelebihan otak, manfaatkan secara maksimal, diberikan kecerdasan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agustian, 2001. Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual
2. Agustian, 2003. ESQ Power.
3. Azzaini,J. 2008. Menyemai impina meraih sukses mulia.
4. Emmy, S. 2005. Terjemahan : Ruang lingkup kompetensi. Pusdiklat Pegawai Depnakertrans. Jakarta.
5. Hendrick G, at all. 2002. The Corporate Mystic
6. Hawari, D. 2003. IQ, EQ, CQ & SQ. Kriteria Sumber Daya Manusia ( pemimpin) berkualitas
7. Hasil pembahasan kompetensi sosial dan spiritual. Pusdiklat pegawai Depnakertrans, 2005.
8. Harjani Hefni, 2008. The 7 Islamic Daily Habits, Percetakan IKADI, Jakarta.
9. Ilyas, M.B. 2005. Konsep CBT. Makalah presentasi pada pembinaan widyaiswara Depnakertrans 2005.
10. Ja’far F, 2007. SEI Empowerment. Road to the Great Success
11. Murdoko, W.W.H. 2006. Personal Quality management
12. Mujiman, 2008. Makalah presentasi tentang membangun SDM kompeten dan profesional. APNI,
13. Poniman, F. 2005. Kubik Leadership
14. Tobroni, 2005. The spiritual leadership. UMM Press, Malang.
15. Zohar,D. 2000. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam berpikir integralistik dan holistik untuk memaknai kehidupan.
16. Sentani, 2007. Quantum Ikhlas.