BAB I
PENDAHULUAN
Perhatian Islam terhadap Ilmu Pengetahuan sudah sama-sama kita ketahui dengan diturunkannya Al-Qur’an Surat “ Al-‘Alaq” pada permulaan nubuwwah Nabi Muhammad SAW dan ayat-ayat lain yang senada dengan Al – ‘Alaq yang tersebar di dalam Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an ( pena ) yang disebutkan dalam Al-‘Alaq tersebut maka manusia merumuskan buah fikirannya dan menyatakan pendapatnya. Dengan pena seorang Kepala Negara dapat menyatakan perang dan dapat menyatakan perdamaian. Buah pikiran yang dirumuskan dalam bentuk tulisan inilah yang terdapat di dalam buku-buku yang terdapat di dalam perpustakaan. Dikala Nabi Muhammad SAW harus memusatkan perhatiannya untuk melawan serangan-serangan Kafir Quraisy, sedetikpun beliau tidak pernah alpa terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Tawanan-tawanan perang Badar dibebaskan, apabila mereka dapat mengajarkan tulis baca bagi 10 orang anak muslim.
Sebagaimana kita ketahui maklumi bahwa Nabi kita Muhammad SAW mempunyai niat yang mulia yakni memelihara Ilmu Pengetahuan dan Kesusastraan. Sarjana-sarjana Islam mendirikan Perpustakaan Islam, Perpustakaan Masjid, Perpustakaan Madrasah, Perpustakan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Pesantren. Demikianlah sekedar suatu fragmenta dari sejarah Perpustakaan Islam di masa yang lalu. Sekarang timbul pertanyaan bagi bangsa kita Indonsia : “Apa usaha umat Islam dalam lapangan perpustakaan sesudah kita mendengar bahkan hafal wahyu Tuhan YME yang menyuruh kita membaca?”
Semua sependapat bahwa perpustakaan merupakan barometer kemajuan suatu bangsa, artinya maju dan mundurnya suatu bangsa dapat dilihat dari perpustakaannya. Untuk itu kita mencoba merintis perkembangan Perpustakaan Islam, di dalamnya Perpustakaan Pesantren. Faham atau konsep “ store house period “ yang menganggap bahwa perpustakaan sama dengan gudang buku yang tugasnya hanya untuk “mengumpulkan, merawat dan menyediakan buku “harus sudah ditinggalkan, kalau ingin mengikuti irama perkembangan ilmu pengetahuan. Langkah sejarah telah membawa perpustakaan memasuki zaman “ Educational and Research Function” dengan faham baru yang mengangkat perpustakaan pada kedudukan yang terhormat, yaitu sebagai “Pusat Kegiatan Pendidikan dan Aktifitas Ilmiah “.
Demikian pulalah seharusnya Perpustakaan Pesantren sehingga perpustakaan merupakan “ jantung “ pesantren dan dipakai untuk memiliki mutu tidaknya suatu pesantren. Dalam kedudukan sebagai pengemban martabat pesantren, perpustakaan harus menjalankan semua kegiatan yang sesuai dengan fungsi, program dan tujuan pesantren bernaung. Bimbingan dan bantuan pimpinan pesantren, kerjasama dari para pengajar dan santri merupakan syarat yang diperlukan sehingga perpustakaan dapat membina diri menjadi pusat kegiatan pendidikan dan aktifitas ilmiah.
Sistem pendidikan yang ada dalam suatu pesantren akan ikut mewarnai perpustakaannya. Koleksinya disesuaikan dengan kondisi di pesantren yang bersangkutan dan diproses dengan cara yang berlaku dengan pedoman pengolahan bahan pustaka baik yang berupa buku maupun non buku dan audio visual serta terbitan berkala. Disamping itu tenaga pengolah nya perlu dilatih/ditatar tentang pengolahan dan pelayanan serta pengadaan bahan pustakanya sehingga dapat menunjang dalam kegiatan belajar mengajar, para santri tidak pasif, melalui perpustakaan pesantren santri dapat dilatih kearah pendidikan modern. Peran perpustakaan dalam memberikan bimbingan kepada para santri untuk giat membaca juga sangat menentukan adanya minat baca. Dengan koleksi yang lengkap, Perpustakaan Pesantren akan dapat memperkaya pengetahuan para santri, menyuburkan daya kritik (critischezim) dan membantu pengembangan bakat serta kegemaran para santri. Hal ini akan sejajar dengan sistem pendidikan modern, dimana kegiatan dan kreatifitas santri lebih dipentingkan dari pada menerima secara pasif. Melalui Perpustakaan Pesantren, santri dapat dilatih kearah pendidikan modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Perpustakaan Pesantren Dalam Pendidikan
Pendidikan di dalam masyarakat yang maju atau di dalam masyarakat primitif pun mempunyai tiga aspek yang menonjol, seperti yang disebutkan pada awal pembicaraan (pada abstrak) yaitu :
- Aspek teknis : yaitu mempersiapkan setiap warga masyarakat untuk bisa mendapatkan penghidupan yang layak dan halal.
- Aspek sosial : yaitu mempersiapkan warga masyarakat untuk dapat melanjutkan kehidupan masyarakat itu.
- Aspek moral dan spiritual untuk mengembangkan akhlaqul karimah dan mencerdaskan setiap warga masyarakat.
Ketiga aspek tersebut jalin menjalin menjadi satu, sedang proses mengajar bersifat insidensil dan biasanya terbatas pada soal-soal yang dikerjakan oleh orang dewasa saja. Anak-anak menerima pengetahuan sosial, teknis dan agama dengan cara informal atau dengan jalan meniru-niru, dengan tujuan agar mereka dapat menlengkapi dirinya bagi kehidupan di kemudian hari.
Metode mengajar dan belajar pun sederhana sekali, yakni menerangkan dengan media dongeng-dongeng kepada para santri. Dan pelajaran diperteguh dengan senyum atau membentak-bentak atau memukulnya, jika anak didik membuat kesalahan atau memberi sepotong makanan sebagai hadiah bagi yang cakap. Peranan sebuah Perpustakaan Pesantren adalah bagian dari tugas pokok yang harus dijalankan itu ikut menentukan dan mempengaruhi tercapainya misi dan tujuan perpustakaan. Setiap perpustakaan yang dibangun akan mempunyai makna apabila dapat menjalankan peranannya dengan sebaik-baiknya. Peranan tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas dan fungsi perpustakaan. Peranan yang dapat dijalankan oleh perpustakaan antara lain adalah :
1. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi, pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestari khasanah budaya bangsa serta tempat rekreasi yang sehat, murah dan bermanfaat.
2. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya ( santri-santrinya )
3. Perpustakaan mempunyai peranan sebagai sarana untuk menjalin dan mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai, dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat sekitar pesantren yang dilayani.
4. Perpustakaan dapat pula berperan sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca, dan budaya baca, melalui penyediaan berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para santri. Oleh karena itu apabila tidak ada perpustakaan, atau perpustakaan yang ada kurang berperan dengan baik, mungkin anggota masyarakat/santri yang baru belajar membaca, atau sedang membiasakan diri membaca, dan yang membutuhkan sumber bacaan, dapat berkurang secara perlahan-lahan dan hilang semangatnya.
5. Perpustakaan dapat berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.
6. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan, dan agen kebudayaan umat manusia. Sebab berbagai penemuan, sejarah, pemikiran, dan ilmu pengetahuan yang telah ditemukan pada masa yang lalu, yang direkam dalam bentuk tulisan atau bentuk tertentu yang disimpan di perpustakaan. Koleksi tersebut dapat dipelajari, diteliti, dikaji, dan dikembangkan oleh generasi sekarang, dan kemudian dipergunakan sebagai landasan penuntun untuk merencanakan masa depan yang lebih baik.
7. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi anggota masyarakat/santri dan pengunjung perpustakaan. Mereka dapat belajar secara mandiri (otodidak), melakukan penelitian, menggali, memanfaatkan dan mengembangkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan.
8. Petugas perpustakaan dapat berperan sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemakai atau melakukan pendidikan pemakai ( users education ), dan pembinaan serta menanamkan pemahaman tentang pentingnya perpustakaan bagi orang banyak (para santri).
9. perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya umat manusia yang tak ternilai harganya.
10. Perpustakaan dapat berperan sebagai ukuran (barometer) atas kemajuan masyarakat dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan. Sebab masyarakat yang sudah maju dapat ditandai dengan adanya perpustakaan yang sudah maju pula, sebaliknya masyarakat yang sedang berkembang biasanya belum memiliki perpustakaan yang memadai dan representative.
11. Secara tidak langsung, perpustakaan yang berfungsi dan telah dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dapat ikut berperan dalam mengurangi dan mencegah kenakalan remaja seperti tawuran, penyalah gunaan obat-obat terlarang, dan tindak indisipliner.
Perpustakaan dengan bahan bacaan yang berisi pendidikan, informasi, dan rekreasi yang sehat dan positif, serta dipahami dan dijiwai oleh pembacanya (para remaja/santri). Selanjutnya materi bacaan tersebut masih mampu menggugah aspirasi, inspirasi, ide-ide dan gagasan dalam mengembangkan minat dan bakat. Mereka kemudian di arahkan untuk melakukan hal-hal yang positif dan produktif, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Di samping itu bahan-bahan bacaan tersebut berisi hal-hal tentang sebab dan akibat dari perbuatan yang negative, sehingga tidak perlu dilakukan karena akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Jika sebagian waktu dan kesempatan di isi dengan kegiatan belajar, membaca, dan melakukan hal-hal yang positif dan produktif, maka tidak ada atau kecil kemungkinan untuk melakukan hal-hal yang negative, di sana perpustakaan dapat ikut berperan serta.
Perpustakaan dapat berperan aktif dalam mencari / menelusur, membina dan mengembangkan serta menyalurkan hobi / kegemaran, minat, dan bakat yang dimiliki oleh masyarakat melalui berbagai kegiatan yang dapat diselenggarakan oleh perpustakaan. Kegiatan-kegiatan dimaksud antara lain melalui penelusuran bakat, minat, dan kemampuan yang dilakukan dengan mengadakan berbagai lomba, seperti melukis, baca puisi, mengarang, kuis dan lain-lain sehingga para peserta dapat menyalurkan, mengimplementasikan dan mengembangkan bakat dan kreatifitasnya dengan baik yang kelak dapat dijadikan salah satu pegangan dalam kehidupannya.
B. Tugas pokok dan fungsi sebuah perpustakaan
Tugas pokok dan fungsi sebuah perpustakaan adalah untuk menjabarkan peran sebagaimana diuraikan diatas. Tugas adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan atau sesuatu yang ditentukan untuk dikerjakan. Tugas perpustakaan artinya suatu kewajiban yang telah ditetapkan untuk dilakukan di dalam perpustakaan. Setiap perpustakaan mempunyai tugas-tugas sebagaimana yang telah diberikan oleh lembaga induk yang menaunginya. Pada dasarnya sebuah perpustakaan tidak beridiri sendiri, melainkan berada di dalam suatu ruang lingkup atau di bawah koordinasi suatu organisasi. Perpustakaan Nasional RI, misalnya, merupakan salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Perpustakaan umum merupakan salah satu perangkat pemerintah daerah berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah ( bupati / walikotamadya ). Perpustakaan Khusus / kedinasan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala unit kerja / instansi yang bersangkutan. Perpustakaan perguruan tinggi berada di dalam suatu lembaga pendidikan tinggi, demikian juga perpustakaan pesantren berada di lembaga pesantren yang bersangkutan ( perpustakaan modern maupun tradisional) Oleh karena itu kedudukan sebuah perpustakaan merupakan unsur penunjang dan tugasnya menjalankan sebagian dari tugas pokok organisasi.
Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 103 tahun 2001, Perpustakaan Nasional ( Perpusnas) RI bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan Perpustakaan Daerah atau lembaga yang sejenis di tingkat provinsi merupakan unsur penunjang pemerintah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Kepala Daerah sedangkan tugasnya menyelenggarakan kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi lainnya, terutama bagi masyarakat di wilayah yang bersangkutan. Perpustakaan perguruan tinggi, yang merupakan bagian dari lembaga pendidikan tinggi tersebut dan bertugas memfasilitasi program pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat atau Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perpustakaan umum yang berada pada tingkat kabupaten / kota mempunyai tugas di bidang layanan informasi, pendidikan, rekreasi, preservasi dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan masyarakat secara luas. Sementara itu perpustakaan sekolah tugasnya adalah menunjang terselenggaranya proses belajar di sekolah yang bersangkutan. Sementara itu perpustakaan yang lain, pada prinsipnya mempunyai tugas menunjang kegiatan organisasi, karena keberadaan perpustakaan merupakan kebutuhan yang tidak kalah pentingnya seperti halnya bagian/perangkat yang lain.
Selajutnya tugas-tugas sebuah perpustakaan dapat dijabarkan ke dalam fungsi-fungsi sesuai dengan ruang lingkup kegiatan organisasi yang bersangkutan. Satu hal yang paling substansial adalah dalam rangka melayani dan memenuhi kebutuhan informasi pemakai perpustakaan. Adapun volume, bobot, variasi, dan intensitas kegiatan perpustakaan tergantung kepada besar-kecilnya struktur organisasi, jumlah koleksi, karyawan, dan masyarakat yang dilayani. Namun yang tidak kalah penting adalah penerapan prinsip efisiensi yang didasarkan kepada konsep ramping struktur dan kaya fungsi. Maksudnya adalah untuk menghindarkan pemborosan, baik waktu, tenaga, barang, uang dan sebagainya yang juga disebut sumber daya perpustakaan.
Fungsi atau fungsi-fungsi perpustakaan adalah suatu tugas atau jabatan yang harus dilakukan di dalam perpustakaan tersebut. Pada prinsipnya sebuah perpustakaan mempunyai tiga kegiatan utama yaitu : (1) menghimpun, (2) memelihara, (3) memberdayakan semua koleksi bahan pustaka. Selanjutnya fungsi-fungsi perpustakaan dapat dirinci sebagai berikut :
- Pengadaan bahan pustaka, meliputi kegiatan : (a) menghimpun / mengumpulkan, (b) membeli, (c) menerima sumbangan / bantuan, (d) tukar –menukar, (e) menggandakan, (f) menerbitkan, (g) kerja sama koleksi.
- Pengolahan mencakup : (a) registrasi, (b) pengecapan, (c) katalogisasi, (d) klasifikasi, (e) pengetikan kartu buku, (f) pengetikan kartu catalog, (g) pembuatan nomor barcode (sistem computer), (h) pembuatan perlengkapan buku ( label, slip buku, slip tanggal, sampul, dll ), (i) pembuatan lembar kerja, (j) penjajaran kartu (file), (k) penyusunan koleksi pada tempat tertentu (rak buku, majalah, Koran, lemari / laci dll ), (l) pemasukan data (data entry)
- Layanan, meliputi kegiatan : (a) sirkulasi (peminjaman / pengembalian), (b) keanggotaan, (c) referensi, (d) bimbingan dan penyuluhan kepada pemakai, (e) layanan pembaca, (f) layanan unit perpustakaan keliling (perpustakaan umum) / layanan eksistensi, (g) penelitian, (h) layanan lain yang mungkin dilakukan, (i) pendidikan pemakai.
- Pemasyarakatan / sosialisasi meliputi : (a) publikasi, (b) promosi, (c) mengundang tokoh, pakar, figure publik, (d) dan lain-lain.
- Kerjasama layanan antar perpustakaan mencakup kegiatan ; (a) pengolahan, (b) katalog induk, (c) pembinaan dan pengembangan profesi, (d) system jejaring / jaringan
- Untuk perpustakaan tertentu, dikembangkan fungsi: (a) penyusunan dan penerbitan bibliografi (b) abstrak, (c) indeks, (d) kumpulan karangan ilmiah ( makalah, skripsi, tesis, disertasi dll), (e) artikel, kliping, (f) dan lain-lain.
- Pengembangan Sumber Daya Manusia, mencakup: (a) seminar, loka karya, pendidikan dan pelatihan, (b) program pendidikan formal, (c) keanggotaan organisasi profesi, (d) dan lain-lain.
- Pembinaan dan Pengembangan Organisasi : (a) penelitian dan pengembangan, (b)pengelolaan/ manajemen perpustakaan, (c) studi banding, (d) menjalin mitra kerja, (e) dan lain-lain.
- Melakukan upaya preservasi koleksi antara lain: (a) memelihara bahan pustaka, (b) merawat bahan pustaka, (c) melakukan penyiangan,(d) melakukan fumigasi, (e) menjaga temperature / suhu agar stabil, (f) mengatur ventilasi udara, (g) menjaga koleksi supaya tetap baik, (h) menjaga kebersihan perpustakaan, (i) dan lain-lain.
- Membuat peraturan / tata tertib meliputi: (a) jadwal layanan, (b) persyaratan anggota, (c) peminjaman / pengembalian, (d) penghargaan dan sanksi, (e) apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pengunjung dalam perpustakaan,(f) suasana tertib di perpustakaan.
- Penerapan dan pemanfaatan teknologi informasi untuk: (a) seleksi dan pengolahan koleksi, (b) pengolahan, (c) layanan, (d) penelusuran, (e) akses informasi, (f) jaringan, (g) komunikasi dan kerja sama, (h) promosi dan publikasi, (i) sosialisasi, promosi, dan publikasi.
- Menciptakan dan mengembangkan iklim di perpustakaan agar: (a) masyarakat tahu tentang arti, kegunaan, kegiatan perpustakaan, (b) masyarakat tertarik, berminat, tergugah untuk ke perpustakaan, (d) pengunjung merasakan dilayani dengan baik dan memuaskan, (e) merasa nyaman (betah / tahan) di perpustakaan, (f) ingin sering kembali ke perpustakaan, (g) merasa mendapatkan perhatian, bimbingan atau bantuan oleh petugas perpustakaan, (h) merasa mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, (i) memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya.[1]
Keberadaan, peran, tugas dan fungsi perpustakaan yang telah dilaksanakan tersebut dimaksudkan dan diarahkan untuk melayani masyarakat pemakai. Pada umumnya layanan perpustakaan bersifat sosial dan nirlaba. Perpustakaan didirikan tidak untuk mencari keutungan materi atau bersifat komersial, meskipun di dalamnya tidak menutup kemungkinan memerlukan biaya. Besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun dan menyelenggarakan perpustakaan seperti untuk pengadaan koleksi, tenaga pengelola dan biaya operasional tidak mungkin ditutup dengan “pendapatan” perpustakaan. Biaya yang mungkin diperlukan biasanya dapat terjangkau oleh pemakai perpustakaan.
C. Layanan perpustakaan
Kegiatan layanan perpustakaan umumnya berbentuk jasa dan bukan barang. Perpustakaan perlu memperhatikan sejumlah factor agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik. Faktor – factor itu antara lain adalah: (1) layanan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, (2) diusahakan agar pelanggan merasa senang dan puas, (3) prosesnya mudah, sederhana, dan efisien, (4) caranya cepat dan tepat waktu dan tepat sasaran, (5) diciptakan suasana ramah, supel, dan menarik, (6) bersifat membimbing, namun tidak terkesan menggurui, (7) dapat menimbulkan perasaan ingin tahu lebih jauh buat pelanggan, (8) menimbulkan kesan baik, sehingga terdorong ingin sering ke perpustakaan.
Untuk dapat menciptakan suatu system layanan perpustakaan seperti yang diinginkan, perlu diperhatikan beberapa hal yang ikut mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perpustakaan, sifatnya manusiawi, administrative, teknis, dan non teknis. Hal-hal tersebut antara lain: suasana kerja yang kondusif, (2) tim kerja yang solid dan kompak, (3) komunikasi yang harmonis antara pimpinan dan bawahan, antara bawahan dan bawahan, antara sesama atasan, ke dalam dan ke luar organisasi, (4) ketenangan dan kesenangan bekerja pegawai, (5) kesejahteraan pegawai, (6) perhatian dan perlindungan pimpinan terhadap bawahan, (7) kebersamaan dan perasaan senasib seperjuangan, (8) faktor kemungkinan pengembangan karier dan promosi, (9) keteladanan pemimpin, (10) kelengkapan sarana dan prasarana, (11) keamanan dan keselamatan kerja.
D. Perpustakaan yang sehat
Sebuah perpustakaan yang sehat antara lain dapat diamati dari sudut kinerja yang mekanistis, proporsedural, dalam suasana yang harmonis. Pada gilirannya akan menunjukkan citra yang baik dari pandangan masyarakat. Semua itu memerlukan proses, kerja keras, yang berlangsung berkelanjutan. Melihat hal-hal tersebut diatas maka tujuan pendidikan hanya untuk memelihara tradisi yang ada di dalam masyarakat atau dengan lain perkataan agar “ the way of life “ masyarakat tetap intact dan sebagai akibat masyarakat semacam ini tetap statis. Didalam masyarakat yang sudah maju, ketiga aspek pendidikan tersebut ada dan pendidikan dipandang sebagai hal yang ampuh yang akan mengantar masyarakat kearah perubahan dan pertumbuhan yang konstruktif dan alat mekanisme yang memungkinkan kelompok manusia selalu memperbaharui dirinya.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perubahan seseorang maupun kebudayaan sesuatu masyarakat, seperti urbanisasi, kemajuan tehnik mass communication dan lain-lain. Karena pendidikan dan anak didik selalu “involve” didalamnya, yaitu perubahan-perubahan yang ada di luar dinding sekolah maka pendidikan baru akan berhasil apabila pendidik sanggup menempatkan diri digaris depan dari perubahan-perubahan ini. Inilah fungsi utama dari pendidikan yang hanya mungkin untuk menanggapi perubahan-perubahan ini dimiliki pengetahuan yang luas tentang manusia dan dunianya.
Berhubung dengan hal-hal tersebut, maka lembaga-lembaga pendidikan harus dilengkapi dengan perpustakaan yang up to date dengan laboratorium, studio dan lain-lain fasilitas. Untuk mendapatkan anak didik yang skilled dan wel adjusted, maka didalam profesi guru pun terjadi banyak perubahan dan spesialisasi. Dalam hal yang demikian ahli perpustakaan ikut pula berkepentingan, seperti dalam perencanaan dan pembinaan sistem pendidikan, penyuluhan dan bimbingan bagi anak didik di dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
- CHENEY, FRANCES NEEL, Fundamental reference sources. Chicago, ALA, 1971
- GAZALBA, SIDI, Pengantar kebudajaan sebagai ilmu. Djakarta, Pustaka Antara, 1963
- INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JAKARTA. Bahan-bahan penataran tenaga perpustakaan IAIN angkatan ke – II . Jakarta, 1974.
- NEEDHAM, C.D. Organizing knowledge in libraries. London, Andre Deutch, 1964
- PERPUSTAKAAN NASIONAL RI, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus, Jakarta, 2006
- SUTARNO, NS. Perpustakaan dan Masyarakat, Jakarta, 2006
- SJAHRIAL PAMUNTJAK, RUSINA. Pedoman penjelenggaraan perpustakaan. Djakarta, Djambatan, 1972
- SOMADIKARTA, LILY K. Prinsip-prinsip katalogisasi bahan pustaka dalam The Anglo American Cataloging Rules. Jakarta, Jurusan Ilmu Perpustakaan FSUI, 1973
- SUTONO, URIP. Pengantar ke organisasi dan administrasi perpustakaan universitas di Indonesia. Jakarta, Jurusan Ilmu Perpustakaan FSUI, 1973.
____________________
[1] Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (Jakarta: Peprusnas RI, 2001)