Makalah Pendidikan dan Pelatihan Seni Baca Al-quran
Oleh: Ardiansyah, M.Pd.I
Editor: Ibrahim Lubis, M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar membaca Al-quran bisa kita dapatkan tidak hanya di lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa di dapatkan di lembaga pendidikan non formal atau pendidilan luar sekolah, baik yang bersifat kelembagaan atau pun secara perorangan. Agar dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, tidak bisa hanya bergantung dari pendidikan formal saja, tetapi harus ditambah dengan pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah.
Apalagi bagi yang menimba Ilmu di sekolah umum, yang jam pelajaran pendidikan agamanya sedikit, sementara materi yang diajarkan juga sangat banyak. Oleh karena itu perlulah ditambahkan lagi dengan pendidikan di luar sekolah untuk membantu menutupi kekurangan yang terjadi pada saat belajar disekolah. Berikut Penjelasan tentang Makalah Pendidikan dan Pelatihan Seni Baca Al-quran.
BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Pendidikan dan Pelatihan Seni Baca Al-quran
1. Pengertian Qari-Qari’ah
Qari dalam kamus bahasa Indonesia adalah pembaca Al-quran laki-laki sedangkan qari’ah adalah pembaca Al-quran perempuan.[1] Menurut bahasa qari dan qari’ah adalah pembaca, dan yang dimaksud adalah pembaca Al-quran di depan publik dengan pertimbangan kecakapannya di bidang tajwid. Dari ini mengandung pengertian sejumlah otoritas yang pertama kali merumuskan bacaan Al-quran meliputi vokalisasi, puktuasi dan sebagainya.[2]
2. Dasar Seni Baca Al-Quran
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Qs. Al-Muzammil 4: Artinya: Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al-quran itu dengan perlahan-lahan.
Tartil Al-quran adalah membacanya dengan perlahan-lahan sambil memperjelas huruf-huruf berhenti dan memulai (Ibtida’) sehingga pembacan dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya.[3] Membaca Al-quran secara tartil mengandung hikmah, yaitu terbukanya kesempatan untuk memperhatikan isi ayat-ayat yang dibaca dan di waktu menyebut nama Allah, si pembaca akan meresakan keagungannya. Ketika tiba pada ayat yang mengandung janji, pembaca akan timbul harapan-harapan, demikian juga ketika membaca ayat ancaman, pembaca akan merasa cemas.
Sebaliknya membaca Al-quran secara tergesa-gesa atau dengan lagu yang baik, tetapi tidak memahami artinya adalah suatu indikasi bahwa pembaca tidak memperhatikan isi kandungan ayat yang dibacanya.[4] Beberapa aspek pokok seni baca Al-quran yaitu:
a. Adab
b. Fashohah
c. Suara
d. Lagu
e. Bernafas[5]
f. Tajwid.
3. Jenis-Jenis Lagu Dalam Seni Baca Al-Quran
Adapun jenis macam lagu yang berkembang dewasa ini antara lain:
- Lagu bayati/husaini terbagi menjadi lima yaitu qoror, nawa, syuri, tawab, jawabul jawab.
- Lagu shoba terbagi dua yaitu maal ‘ajam (ajami asyiroh) dan quflah bastanjar.
- Lagu hijaz terbagi tiga yaitu kard, kard kurd, kurd
- Lagu nahawan terbagi tiga yaitu nakris, ‘usyaq, jawab (quflah mahur).
- Lagu Rast terbagi empat yaitu, rast ala nahwa, rast syabir (quflah mahur), zanjirin, salalim (suud dan nuzul)
- Lagu jiharka terbagi dua yaitu nawa (nada awal jiharka), Jawab (nada tinggi jiharka).
- Lagu shika terbagi empat yaitu Iraq (fariasi), turki (nada tinggi shika), raml (nada minor), huzami (quflah)an [6]
4. Metode pengajaran Seni baca Al-Qur’an
Metode dapat diartikan sebagai cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran, atau wawasan yang disusun secar sistematik dan terencana serta di dasarkan pada teori, konsep dan prinsip-prinsip tertentu yang terdapat di dalam berbagi disilpin ilmu terkait.[7] Dilihat dari segi langkah-langkah dan tujuan kompetensi yang ingin dicapai, terdapat sejumlah metode pengajaran yang dapat digunakan yaitu:
a. Metode Demostrasi
Metode domonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada peserta didik tentang suatu proses.[8] Bisa melalui dengan menggunakan peralatan atau dengan benda.
b. Metode Latihan/Drill
Metode latihan/drill adalah metode yang digunakan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap siagakan.[9]
c. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara pengajaran dimana seorang pendidik memberikan tugas-tugas tertentu kepada peserta didik.[10]
d. Metode Muthala’an atau Qiraat
Metode muthala’an atau qiraat adalah metode membaca pada peserta didiknya, dan peserta didik menyimak dan memperhatikan bacaan dan sekali-sekali peserta didik menirukan bacaan pendidik tersebut. Teknik ini dapat dilakukan oleh peserta didik yang sudah pandai membaca dan peserta didik lainnya tinggal menyimak, fungsi pendidik di sini adalah memperhatikan dan menegur bila terjadi kesalahan dalam membaca.[11]
e. Melalui Tape Recorder
Alat ini banyak sekali manfaatnya dalam kaitannya mempercepat mengusai lagu-lagu tilawatil quran, karena dengan sering mendengarkan, mempelajari serta mempraktekan, maka lama kelamaan akan melekatlah lagu-lagu tersebut dalam ingatan kita.[12]
BAB III
PENUTUP dan KESIMPULAN
Makalah Pendidikan dan Pelatihan Seni Baca Al-quran
Selain kewajiban seorang muslim itu mampu membaca Al-quran dengan baik dan benar, kita juga dianjurkan untuk membaca Al-quran dengan suara merdu supaya lebih indah didengar dan dapat menarik minat seseorang untuk mempelajarinya, disamping itu kita juga disunnahkan untuk menghafalnya, ini disebabkan karena akan begitu banyak hikmah yang akan diperoleh oleh orang yang menghafalnya diantaranya akan mendapatkana syafaat Rasulullah saw, akan dimuliakan oleh allah swt. Kemudian kita juga dianjurkan untuk dapat menulisnya dengan seni yang indah.
DAFTAR PUSTAKA
- Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 4 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
- Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-quran, Cet. 3 (Jakarta: Amzah, 2003)
- M. Qurais h Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 14 (Jakarta: Lentera Hati, 2009)
- Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Tafsirnya, jilid 10 (Jakarta: Lentera Abadi, 2010)
- Ahmad Munir, Sudarsono, Ilmu Tajwid Dan Seni Baca Al-Quran, Cet. 1 ( Jakarta: Rineka Cipta, 1994)
- M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Quran Dilengkapi Dengan Tajwid Dan Qasidah, Cet. 1 (Surabaya: Apollo, 1995)
- Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Cet. 2 (Jakarta; Prenada Media Group, 2011)
- Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet. 6 ( Jakarta: Kalam Mulia, 2010)
__________________________________
[1] Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 4 (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 916
[2] Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-quran, Cet. 3 (Jakarta: Amzah, 2003), h. 234
[3] M. Qurais h Shihab, Tafsir Al-Misbah, Vol. 14 (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 405
[4] Kementerian Agama RI, Al-Quran Dan Tafsirnya, jilid 10 (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), h. 400
[5] Ahmad Munir, Sudarsono, Ilmu Tajwid Dan Seni Baca Al-Quran, Cet. 1 ( Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 81-84
[6] M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Quran Dilengkapi Dengan Tajwid Dan Qasidah, Cet. 1 (Surabaya: Apollo, 1995), h. 95-96
[7] Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Cet. 2 (Jakarta; Prenada Media Group, 2011), h. 176
[8] Ibid, h. 183
[9] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet. 6 ( Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 349
[10] Ibid, h. 361
[11] Abdul Majid, Ilmu Pendidikan Islam, h. 208
[12]M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Quran Dilengkapi Dengan Tajwid Dan Qasidah, h. 22