BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan kecemasan atau ansietas merupakan keadaan psikiatri yang paling sering ditemukan di Amerika serikat dan di seluruh dunia . Depression Association of The Anxiety and Amerika. (kaplan & sadock, 2012). Menuliskan bahwa gangguan kecemasan dan depresi di derita oleh 40 juta populasi orang dewas di amerika pada usia 18 tahun atau lebih (18% dari populasi). Di prkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan (Gail et all,2002).Dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Hariyadi, 2007).
Prevalensi gangguan kecemasan menurut Control and center for Disease prevantion pada tahun 2011 sebesar lebih dari 15%. National Comorbidity study melaporkan bahwa satu dari empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan kecemasan dan terdapat anka prevalensi 12 bulan per 17,7% (kaplan & Sadock, 2012).
Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan menggangu ketentraman individu . kecemasan sangat menggangu .
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, Azrul Azwar, mengatakan bahwa satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa seperti cemas, depresi, stres sampai skizofrenia (Yosep, 2009). Suatu studi yang dilakukan di RSJ Daerah Propinsi Sumatra Selatan mengemukakan bahwa terjadi peningkatan 10-15% kasus gangguan jiwa yang dirawat dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2003 sebanyak 4.101 kasus dan pada tahun.
Kecemasan adalah kondisi membingungkan yang muncul tanpa alasan dari kejadian yang akan datang. Kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya sedang sakit. Bila salah satu anggota keluarga sakit maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya krisis keluarga. Kecemasan merupakan respon yang tepat terhadap suatu ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et al 2005)
2.1. Defenisi
Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik dialami, di komunikasi secara interpersonal. Kecemasan adlah kebingungan, kekhawatiran yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (kaplan & sadock,1997).
Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenagkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang ekternal (Fracchione,2004).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karateristik rasa takut yaitu adanya obyek dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu.
Cemas (Ansietas ) adalah Perasaan takut yang tidak jelas dan didukung oleh situasi. KetikaMerasa cemas individu merasa tidak nyaman taku dan memiliki firasat akan di timpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.(videbeck, 2008,hal.307)
Ancietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan , atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. (J.J Groen).
Ansietas menurut Kaplan (2005), adalah sebagai “kesulitan” atau “kesusahan” dan merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup
Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antar lain(stuart dan sundeen,1998 :177)
1. Teori psikoanalitik
Menurut pandangan psikoanalitik kecemasan terjadi karena adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen keperibadian, yaitu id dan super ego. Id mewakili insting , super ego mewakili hati nurani, sedangkan super ego berperan menegahi konflik yang terjadi antara dua elemen yang bertentangan. Timbulnya kecemasan merupakan upaya meningkatkan ego ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap adanya penolakan dan tidak adanya penerimaan interpersonal. Ansietas njuga berhubungan dengan perkembangan traum, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik.
3. Teori prilaku (Behavior)
Menurut pandangan prilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan.
4. Teori prespektif keluarga
Kajian keluarga menunjukan pola intraksi yang terjadi dalam keluarga. Kecemasan menunjukan adanya pola interaksi yang mal adaptif dan system keluarga.
5. Teori perspektif biologis
Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khususnya yang mengatur ansietas, antara lain : benzodiazepines, penghambat asam amino buturik-gamma neroregulator serta endofirin. Kesehatan umum seseorang sebagai predisposisi terhadap ansitas
2.3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasai, tergantung dari berat atau tingkatnya atau tingkata yang dirasakan oleh individu tersebut (Hawari,2004). Keluhan yang sering di kemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum menurut hawari (2004), adalah sebagai berikut :
· Gejala psikologis : pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
· Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
· Gangguan konsentrasi daya ingat.
· Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.
2.5. Jenis-jenis
Menurut Stuart (2006), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu masih waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan.
Contohnya : Seseorang yang menghadapi ujian Akhir,pasangan dewasa yang yang mau menikah,individu yang mau melanjutkan kuliah.
2. Kecemasan Sedang
Mulai berkeringat, sering mondar-mandir, cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting atau bukan menjadi prioritas yang ditandai dengan perhatian menurun penyelesaian masalah menurun, tidak sabar, mudah tersinggung, ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkatsering berkemih dan sakit kepala.
3. Kecemasan Berat
Laprinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua angan presepsi individu sangat sempit. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panic mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.
Pengukuran kecemasan
Mengetahui derajat kecemasan ringan, sedang, berat, dan panik dikenal dengan hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA). Terdiri dari 10 kelompok gejala yang masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka, yaitu :
- Nilai 0 ( tidak ada gejala yang muncul = tdak ada gejala)
- Nilai 1 (hanya 1 gejala yang muncul= gejala ringan)
- Nilai 2 (sebagian gejala yang muncul =gejala sedang)
- Niali 3 (lebih dari sebagian gejala muncul =gejala berat)
- Nilai 4 (seluruh gejala yang muncul=gejala berat sekali atau panik)
10 komponen kecemasan yaitu :
a. Perasaan cemas
b. Ketegangan
c. Ketakutan
d. Gangguan tidur
e. Gangguan kecerdasan
f. Perasaan depresi
g. Gejala somatik
h. Gejala sensorik
i. Gejala kardiovaskuler
j. Gejala pernafasan
Rentang Respon kecemasan
Menurut Stuart (2001), rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptive adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif.
Prevalensi gangguan kecemasan menurut Control and center for Disease prevantion pada tahun 2011 sebesar lebih dari 15%. National Comorbidity study melaporkan bahwa satu dari empat orang memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan kecemasan dan terdapat anka prevalensi 12 bulan per 17,7% (kaplan & Sadock, 2012).
Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan menggangu ketentraman individu . kecemasan sangat menggangu .
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, Azrul Azwar, mengatakan bahwa satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa seperti cemas, depresi, stres sampai skizofrenia (Yosep, 2009). Suatu studi yang dilakukan di RSJ Daerah Propinsi Sumatra Selatan mengemukakan bahwa terjadi peningkatan 10-15% kasus gangguan jiwa yang dirawat dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2003 sebanyak 4.101 kasus dan pada tahun.
Kecemasan adalah kondisi membingungkan yang muncul tanpa alasan dari kejadian yang akan datang. Kecemasan akan muncul pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya sedang sakit. Bila salah satu anggota keluarga sakit maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya krisis keluarga. Kecemasan merupakan respon yang tepat terhadap suatu ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et al 2005)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik dialami, di komunikasi secara interpersonal. Kecemasan adlah kebingungan, kekhawatiran yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (kaplan & sadock,1997).
Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenagkan, sensasi cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang ekternal (Fracchione,2004).
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karateristik rasa takut yaitu adanya obyek dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu.
Cemas (Ansietas ) adalah Perasaan takut yang tidak jelas dan didukung oleh situasi. KetikaMerasa cemas individu merasa tidak nyaman taku dan memiliki firasat akan di timpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.(videbeck, 2008,hal.307)
Ancietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan , atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. (J.J Groen).
Ansietas menurut Kaplan (2005), adalah sebagai “kesulitan” atau “kesusahan” dan merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup
Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antar lain(stuart dan sundeen,1998 :177)
1. Teori psikoanalitik
Menurut pandangan psikoanalitik kecemasan terjadi karena adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen keperibadian, yaitu id dan super ego. Id mewakili insting , super ego mewakili hati nurani, sedangkan super ego berperan menegahi konflik yang terjadi antara dua elemen yang bertentangan. Timbulnya kecemasan merupakan upaya meningkatkan ego ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap adanya penolakan dan tidak adanya penerimaan interpersonal. Ansietas njuga berhubungan dengan perkembangan traum, seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan fisik.
3. Teori prilaku (Behavior)
Menurut pandangan prilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan.
4. Teori prespektif keluarga
Kajian keluarga menunjukan pola intraksi yang terjadi dalam keluarga. Kecemasan menunjukan adanya pola interaksi yang mal adaptif dan system keluarga.
5. Teori perspektif biologis
Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khususnya yang mengatur ansietas, antara lain : benzodiazepines, penghambat asam amino buturik-gamma neroregulator serta endofirin. Kesehatan umum seseorang sebagai predisposisi terhadap ansitas
2.3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasai, tergantung dari berat atau tingkatnya atau tingkata yang dirasakan oleh individu tersebut (Hawari,2004). Keluhan yang sering di kemukakan oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum menurut hawari (2004), adalah sebagai berikut :
· Gejala psikologis : pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
· Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
· Gangguan konsentrasi daya ingat.
· Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan lembab, dan lain sebagainya.
2.5. Jenis-jenis
Menurut Stuart (2006), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
1. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu masih waspada serta lapang presepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan.
Contohnya : Seseorang yang menghadapi ujian Akhir,pasangan dewasa yang yang mau menikah,individu yang mau melanjutkan kuliah.
2. Kecemasan Sedang
Mulai berkeringat, sering mondar-mandir, cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal-hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting atau bukan menjadi prioritas yang ditandai dengan perhatian menurun penyelesaian masalah menurun, tidak sabar, mudah tersinggung, ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkatsering berkemih dan sakit kepala.
3. Kecemasan Berat
Laprinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua angan presepsi individu sangat sempit. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Panik
Berhubungan dengan ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panic mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.
Pengukuran kecemasan
Mengetahui derajat kecemasan ringan, sedang, berat, dan panik dikenal dengan hamilton Rating Scale For Anxiety (HRSA). Terdiri dari 10 kelompok gejala yang masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka, yaitu :
- Nilai 0 ( tidak ada gejala yang muncul = tdak ada gejala)
- Nilai 1 (hanya 1 gejala yang muncul= gejala ringan)
- Nilai 2 (sebagian gejala yang muncul =gejala sedang)
- Niali 3 (lebih dari sebagian gejala muncul =gejala berat)
- Nilai 4 (seluruh gejala yang muncul=gejala berat sekali atau panik)
10 komponen kecemasan yaitu :
a. Perasaan cemas
b. Ketegangan
c. Ketakutan
d. Gangguan tidur
e. Gangguan kecerdasan
f. Perasaan depresi
g. Gejala somatik
h. Gejala sensorik
i. Gejala kardiovaskuler
j. Gejala pernafasan
Rentang Respon kecemasan
Menurut Stuart (2001), rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptive adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif.