Makalah Permainan Untuk Anak
Sebagai Peningkatan Kebugaran Jasmani Pada Sekolah Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan salah satu upaya manusia untuk meningkatkan derajat kehidupan. Melalui pendidikan manusia mampu berkreasi dan mengeksplorasi pemikiran untuk menuju kualitas hidup menjadi lebih baik.. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa (Soenarjo, 2002: 1).
Gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan dalam berpikir. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistimatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 5).
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) berperan sangat penting bagi peserta didik. Hal tersebut merupakan suatu proses pembentukan jasmani yang sangat diperlukan siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi masa depan anak. Pada proses belajar mengajar Penjasorkes, peserta didik diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegitan. Hal ini akan menjadi pengalaman belajar yang tak terlupakan. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hidup.
Pendidikan jasmani yang dilakukan di Sekolah Dasar merupakan tahapan pembinaan kebugaran jasmani bagi manusia. Pembinaan dan pengembangan kebugaran jasmani adalah suatu proses pendidikan dan pembudayaan untuk memelihara kebugaran jasmani yang dilaksanakan melalui jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah. Tujuan yang terkandung dalam pembinaan dan pengembangan kebugaran jasmani antara lain peningkatan kemampuan untuk mendukung peningkatan produktivitas kerja, dan prestasi belajar. Apabila pembinaan dilaksanakan dan didukung oleh pemenuhan gizi yang baik niscaya hasil pembinaan akan dapat tercapai. Berhasilnya pembinaan kebugaran jasmani di Sekolah Dasar akan membawa dampak yang baik bagi kebugaran jasmani masyarakat, misalnya peningkatan prestasi belajar. Melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar aktivitas jasmani anak akan tersalurkan. Sebut saja pendidikan jasmani adalah sebagai wadah anak beraktivitas jasmani di lingkungan sekolah. Melalui aktivitas jasmani yang baik kebugaran jasmani anak akan berkembang. Melihat dalam aktivitas jasmani anak di sekolah terbatas, hanya pada saat istirahat dan pada jam pelajaran olahraga. Pendidikan jasmani mengambil peran untuk memberikan atau menyalurkan aktivitas jasmani anak di Sekolah Dasar.
Pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar memiliki tujuan untuk mengembangkan keterampilan gerak anak dan kebugaran jasmani anak. Kebugaran jasmani anak merupakan salah satu indikator guru untuk penilaian peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga kebugaran jasmani peserta didik merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar dan didukung oleh aspek-aspek yang lain. Mengingat karakteristik penjasorkes merupakan pembelajaran fisik, maka kebugaran jasmani peserta didik menjadi tolak ukur dalam menentukan keberhasilan hasil pembelajaran.
Kebugaran jasmani yang baik merupakan modal dasar utama bagi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik maka diharapkan seseorang akan mampu bekerja dengan produktif dan efisien, tidak terserang penyakit, belajar lebih semangat serta dapat berprestasi secara optimal, dan tangguh dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan, baik sebagai pelajar, mahasiswa, karyawan, ataupun olahragawan. Dengan kebugaran jasmani yang baik maka tubuh juga akan sehat. Tidak boleh dihilangkan semboyan “didalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat”, dapat diasumsikan jika tubuh merasakan sehat dan bugar maka anak relatif berpikir positif dalam memecahkan masalah. Jadi secara tidak langsung akan mendukung dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.
Pengembangan kebugaran jasmani di Sekolah Dasar dilaksanakan dalam berbagai macam aktivitas jasmani. Salah satu dari usaha tersebut adalah melalui aktivitas permainan. Aktivitas permainan merupakan salah satu bentuk aktivitas jasmani untuk pembentukan kebugaran jasmani di Sekolah Dasar pada khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Permainan pada dasarnya merupakan unsur yang melekat erat pada kehidupan anak-anak. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengembangkan diri berdasarkan keterlibatan mereka dalam permainan dan aktivitas ritmik, baik secara disadari ataupun tidak disadari. Pada masa anak-anak, bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan cenderung merupakan kebutuhan dasar yang hakiki. Bahkan para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak-anak identik dengan bermain, karena hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain. Bermain dapat menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi dan harmonisasi, sehingga seseorang cenderung bergairah. Kegairahan dapat memudahkan timbulnya inspirasi, sehingga anak-anak dapat dengan mudah melakukannya, tanpa harus ada paksaan dan hambatan (Syamsir, 2001: 24).
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebugaran jasmani?
2. Apa yang dimaksud dengan permainan?
3. Apa hubungannya permainan dengan kebugaran jasmani?
a. Hakikat Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani merupakan modal utama bagi semua kehidupan manusia. Olahragawan membutuhkan tingkat Kebugaran jasmani yang baik untuk dapat membantu tercapainya prestasi olahraga yang tinggi, para pekerja, karyawan membutuhkan kebugaran jasmani yang cukup untuk bekerja dengan baik, sehingga dapat meningkatkan daya kerja dan produktifitas yang tinggi tak terkecuali para manusia lanjut usia juga membutuhkan Kebugaran jasmani untuk kesehatannya. Demikian juga para anak balita maupun anak-anak sekolah membutuhkan tingkat Kebugaran jasmani yang lebih baik untuk perkembangannya dan untuk dapat belajar dengan baik. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik diharapkan mampu untuk berfungsinya tubuh secara efektif dan efisien untuk tahan terhadap penyakit kurang gerak (hipokinesis).
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 10) bahwa, “kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga dapat menikmati waktu luangnya”. Sedangkan Sadoso Sumosardjuno (1989: 42) menyatakan bahwa, “kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan mendadak”. Dari sumber lain Rusli Lutan (2002: 7) mengemukakan bahwa, “makna kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.” Kebugaran itu dicapai melalui sebuah kombinasi dari latihan teratur dan kemampuan yang melekat pada seseorang. Menurut Sharkey (2003: 3) bahwa, “kebugaran jasmani merupakan bagian dalam pemeliharaan kesehatan, semakin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang, maka akan semakin baik tingkat kesehatan seseorang”.
Kebugaran jasmani (physical fitness) adalah satu aspek dari kebugaran menyeluruh (total fitness). Kebugaran jasmani penting bagi semua orang untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik orang akan mampu melaksanakan aktivitas kesehariannya dengan waktu yang lebih lama dibanding dengan orang yang memiliki kebugaran jasmani yang rendah (Suharjana, 2004: 3) Pada dasarnya kebugaran jasmani menyangkut kemampuan penyesuaian tubuh seseorang terhadap perubahan faal tubuh yang disebabkan oleh kerja tertentu dan menggambarkan derajat sehat seseorang untuk berbagai tingkat kesehatan fisik. Sedangkan Mikdar (2006: 45) berpendapat bahwa, “kebugaran jasmani menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengerjakan tugas secara fisik pada tingkat moderat tanpa lelah yang berlebihan”.
Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa setiap aktivitas fisik (fisik mendapat pembebanan) dibutuhkan suatu tingkat kebugaran jasmani yang didukung oleh faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan kehidupan yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap-tiap aktivitas fisik. Dapat diketahui bahwa untuk dapat melakukan suatu kerja diperlukan kondisi jiwa raga yang sesuai dengan tingkat kerja tersebut. Merujuk pada pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati waktu luangnya serta dalam keadaan darurat masih mampu melakukan pekerjaan yang tidak terduga. Kebugaran jasmani (physical fitness) merupakan satu aspek dari Kebugaran jasmani menyeluruh (total fitness). Kebugaran jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk melakukan pekerjaan produktif sehari-hari tanpa adanya kelelahan berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang mendadak.
b. Komponen Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani terdiri atas beberapa komponen. Mengetahui dan memahami komponen kebugaran jasmani sangatlah penting, karena komponen tersebut penentu baik buruknya kondisi fisik atau tingkat kebugaran jasmani seseorang. Menurut Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Tahun 2003, menjelaskan unsur-unsur kebugaran jasmani atau kondisi fisik ada sepuluh komponen, yaitu: (1) daya tahan, (2) kekuatan otot, (3) tenaga ledak otot, (4) kecepatan, (5) daya lentur, (6) ketangkasan, (7) koordinasi, (8) keseimbangan, (9) ketepatan, (10) kecepatan reaksi.
a. Daya tahan
Daya tahan adalah komponen kubugaran jasmani yang sangat penting. Daya tahan sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Daya Tahan Umum (General endurance), adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan sistem peredaran darahnya secara efektif dan efisiensi untuk menjalankan kerja otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
2) Daya Tahan Otot (Local Endurance), adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu relatif lama serta dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1988 : 16). Sedangkan Djoko Pekik Irianto (2004: 35) mengartikan bahwa, “daya tahan otot adalah kemampuan sekelompok otot melakukan serangkaian kerja dalam waktu lama”.
Jadi dapat ditarik kesimpulan dari keduanya yaitu daya tahan adalah kualitas komponen jantung dan otot untuk melaksanakan kerja dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran di sekolah. Contohnya dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam satu hari peserta didik tidak mengalami kelelahan yang berarti dan tetap bersemangat dalam menyelesaikan proses pembelajaran.
b. Kekuatan otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja dengan dengan menahan beban yang diangkatnya (Mochamad Sajoto, 1988: 45). Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 35) bahwa, “kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot melawan beban dalam satu usaha”. Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal untuk mengangkat beban (Kravitz, 2001: 6).
Dari beberapa pendapat ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot dalam melakukan kerja atau melawan beban untuk menggunakan tenaga maksimal dalam satu usaha. Dapat dicontohkan dalam melakukan suatu pekerjaan mengangkat beban.
c. Tenaga ledak otot
Tenaga ledak otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif (Dangsina Moeloek, 1984: 7). Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) = kekuatan (force) x kecepatan (velocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang bersifat explosive (M. Sajoto, 1988 : 17). Aplikasi di lapangan adalah pada saat peserta didik melaksanakan kegiatan bermain dan berlari.
d. Kecepatan
Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58) bahwa, “kecepatan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya”. Kecepatan berguna untuk peserta didik untuk berpindah tempat dengan waktu yang cepat. Contohnya pada saat melaksanakan lari cepat atau sprint.
e. Daya lentur (Kelentukan)
Kelentukan adalah kemampuan persendian, ligamen, dan tendo di sekitar persendian, karena apabila seseorang mengalami kurang gerak dalam persendiannya dapat menimbulkan gangguan gerak dan mudah menimbulkan cedera (Mochamad Sajoto, 1988: 51). Sedangkan Dangsina Moeloek (1984: 9) berpendapat bahwa, “Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian jadi meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang berbentuk sendi), otot, tendo, ligamen, dan sekeliling persendian.”
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan daya lentur atau kelentukan adalah kinerja otot atau persendian untuk memaksimalkan kerja agar dapat menjadikan pekerjaan lebih efektif. Contohnya anak akan merasa nyaman dalam melakukan gerakan berjalan, berlari, melompat, dan meloncat.
f. Ketangkasan atau kelincahan
Ketangkasan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. (Dansigna Moeloek, 1984: 8). Seseorang akan mampu merubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahan baik. Menurut Mochamad Sajoto (1988: 59) kelincahan merupakan kemampuan seseorang dalam merubah arah dari posisi satu ke suatu posisi yang berbeda dengan kecepatan tinggi dan koordinasi yang baik.
g. Koordinasi
Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Misalnya dalam olahraga tenis, seseorang pemain akan kelihatan mempunyai kordinasi yang baik, bila dapat bergerak kearah bola sambil mengayunkan raket, kemudian memukul dengan teknik yang benar (Dangsina Moeloek, 1984: 11). Sedangkan Mochamad Sajoto (1988, 54) mengartikan bahwa, “koordinasi dengan kemampuan untuk menyatukan berbagai sistem saraf gerak yang terpisah ke dalam satu pola gerak yang efisien”.
Dari pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk menyatukan sistem saraf gerak dan mengharmoniskan dari beberapa gerakan untuk melaksanakan gerakan. Contohnya anak dapat melakukan dua atau lebih gerakan yang berbeda dalam waktu tertentu.
h. Keseimbangan
Mochamad Sajoto (1988: 58) berpendapat bahwa, “keseimbangan sebagai kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ saraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat, dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis”. Sedangkan Dangsina Moeloek (1984: 11) berpendapat bahwa
“Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan. Bergantung pada kemampuan intregasi antara kerja indera penglihatan (kanalis semisirkularis) pada telinga dan reseptor pada otot.yang diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keseimbangan adalah kemampuan manusia dalam mempertahankan sikap tubuh dalam bergerak cepat dengan perubahan titik-titik badan yang berubah dalam keadaan yang statis maupun dinamis. Contohnya dalam berlari dan berjalan anak tidak akan mengalami kesulitan dalam merubah arah.
i. Ketepatan
Menurut Mochamad Sajoto (1988: 59) bahwa, “ketepatan sebagai kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran”. Ketepatan berguna untuk anak dalam melaksanakan kegiatan yag berhubunga dengan sasaran. Contohnya dalam melempar bola ke sasaran.
j. Kecepatan reaksi
Kecepatan Reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi jawaban kinetis setelah menerima suatu rancangan. Hal ini berhubungan serta dengan waktu refleks, waktu gerakan, dan waktu respon (Dangsina Moeloek, 1984: 10).
Dari kesepuluh komponen kebugaran jasmani diatas, tidaklah berarti seseorang harus dapat mengembangkan secara keseluruhan. Tiap-tiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena kemampuan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti keturunan, jenis kelamin, lingkungan, aktivitas latihan, struktur anatomi dan lain-lain, dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa komponen tersebut sangat berbeda perkembangannya antara individu yang satu dengan yang lain.
c. Faktor-faktor Kebugaran Jasmani
Menurut Suharjana (2008: 14) bahwa, “ faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebgaran jasmani seseorang adalah sebagai berikut: (1) umur, (2) jenis kelamin, (3) makanan, (4) tidur dan istirahat, (5) kegiatan jasmani dan olahraga.” Sedangkan menurut Engkos Kosasih (1983: 141) berpendapat bahwa, “Faktor kebugarab jasmani yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, yaitu: (1) makanan, (2) olahraga, (3) usia, (4) kebiasaan hidup, (5) faktor lingkungan.
d. Macam-macam Tes Kebugaran Jasmani
Dalam mengukur tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tes kesegaran jasmani antara lain:
1) Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).
Kegunaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) ini adalah untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ini merupakan tes tergolong yaitu TKJI untuk anak umur 6-9 tahun, TKJI untuk anak umur 10-12 tahun, TKJI untuk anak umur 13-15 tahun, dan TKJI untuk anak umur 16-19 tahun. Kegunaan dari Tes kesegaran Jasmani Indonesia ini adalah untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani anak. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk anak laki-laki dan perempuan berupa serangkaian tes yang terdiri dari Lari 30/40/50, Gantung siku tekuk, Baring duduk 30/60, dan Lari 600/1000. - Selain itu ada TKJI untuk murid taman kanak-kanak laki-laki dan perempuan yang terdiri dari 6 item yaitu: (1) memindahkan beban 2 x 10 Kg, (2) lompat kangguru 2 x 10 meter, (3) lari bolak-balik, (4) lompat terobos 2 x 10 meter, (5) lari zig-zag 2 x 10 meter, (6) meniti balok titian. TKJI untuk umur 6-9 tahun yang terdiri dari lari 30 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter. TKJI untuk 10-12 tahun adalah lari 40 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegakdan lari 600 meter. TKJI untuk remaja umur 13-15 tahun terdiri dari lari 50 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 60 detik, loncat tegak dan lari 800 meter. TKJI untuk remaja usia 16-19 tahun terdiri dari test kekuatan otot, test anaerobic power, tes daya tahan kardiovaskuler.
2) Harvard Step Test
Tes ini bertujuan untuk megukur fungsi kardiovaskuler dengan naik bangku Harvard. Hampir sama dengan Step Test dan Kasch Pulse Recovery Test. Tetapi Harvard Step Test lebih berat karena itu peserta tes harus betul-betul dalam keadaan sehat yang dinyatakan oleh dokter.
3) Multi Stage Fitness Test/Bleep Test
Cara yang tepat untuk mengetahui komponen daya tahan dengan melalui tes. Salah satubentuk tes lapangan yang digunakan untuk mengetahui VO2max adalah Multi Stage Fitness Test. Dibanding dengan tes Cooper dan Blake, pelaksanaan tes ini relatif lebih mudah dan menggunakan areal yang tidak terlalu luas. Tes ini dapat diakukan secara massal.
4) Lari 12 menit
Melakukan lari 12 menit tidak boleh berhenti, akan tetapi jika lelah boleh diselingi dengan jalan. Jarak yang ditempuh selama 12 menit tadi diukur berapa kilometer yang ditempuh. Untuk mengetahui seseorang dalam kategori baik atau sedang dapat dilihat dalam daftar/tabel. Tabel tersebut dibagi menjadi kelompok umur, wanita atau pria dan kategori kesegaran jasmaninya dikategorikan menjadi lima kategori yaitu: sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali. (Mulyana, 2011:30)
5) Tes A.C.S.P.F.T
Tes ini diperuntukkan bagi putera dan puteri yang berumur 6-32 tahun. Adapun rangkaian tes tersebut adalah:
a) Lari cepat 50 meter (dash sprint)
b) Lompat jauh tanpa awalan (standing brost jump)
c) Lari jauh (distance run). Jaraknya adalah: 600 m (untuk putra dan putri yang berumur kurang dari 12 tahun), 800 m (untuk putri yang berumur dari 12 tahun ke atas), 1000 m (untuk putra yang berumur 12 tahun ke atas)
d) Bergantung angkat badan (pull-up untuk putra berumur 12 tahun ke atas). Bergantung siku tekuk (flexed arm hang, untuk putri dan untuk putra yang berumur kurang dari 12 tahun.
e) Kekuatan peras (grip strength)
f) Lari hilir-mudik (shuttle run) 4 X 10 meter.
g) Baring duduk (sit-up) selama 30 detik.
h) Lantuk togok ke muka (Forward flexion of trunk) (Aip Sarifudin dan J. Matakupan, 1979: 34)
B. Definisi Permainan
1. Hakikat Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Bermain merupakan hal yang penting bagi anak-anak sebagai media belajar. Tadkiroatun Musfiroh (2008: 1) menyatakan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan dan tanpa mempertimbagkan hasil akhir. Bermain sangat penting buat peserta didik dimana usia sekolah dasar masih masuk kategori usia anak-anak. Para ahli sependapat peserta didik harus bermain agar dapat berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan yang didapatkan dilingkungan sekolah.
Berdasarkan pendapat diatas maka disimpulkan bahwa bermain adalah suatu aktivitas jasmani yang dilakukan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan sukarela untuk mendapatkan rasa senang sebagai akibat dari aktivitas tersebut.
2. Teori Bermain
Teori bermain pada umumnya dibeadakan menjadi dua, yaitu teori klasik dan teori modern. Terdapat perbedaan yang mendasara pada kedua teori tersebut. Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjelaskan bermain dan penyebabnya. Johnson (Tedjasaputra, 2005: 6) membuat dua perbandingan tentang teori bermain yaitu teori bermain klasik dan teori bermain modern.
3. Jenis-jenis Permainan
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang dilaksanakan di sekolah, khususnya sekolah dasar, terdiri dari beberapa macam aktivitas. Salah satu di antaranya adalah permainan. Terdapat jenis-jenis permainan anak yang dikelompokkan menjadi beberapa kategori terkait dengan cara melakukannya dan bahan/peralatan yang digunakan untuk bermain. Jenis-jenis permainan tersebut yaitu quiet play, creative play, active play, cooperative play, dramatic play, dan manipulative play (http://www.nncc.org/Curriculum/better.play.html).
a. Quiet play
Quiet play adalah aktivitas permainan yang tidak membutuhkan banyak energi atau ruang. Anak biasanya menikmati jenis permainan ini ketika lelah. Contohnya yaitu membaca buku, mendengarkan musik yang menenangkan, bermain puzzle, bermain boneka, dan mewarnai. Permainan ini membantu meningkatkan keterampilan kognitif anak dengan menawarkan kesempatan, ruang dan waktu untuk belajar mengenai dunia dan mencerminkan pada penemuannya.
b. Creative play
Creative play adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas seperti akting, menggambar, melukis, mengecat, dan memahat. Kadang permainan ini adalah permainan imajiner, seperti ketika anak bermain dengan teman imajiner, yang berarti bahwa keterampilan kognitifnya meningkat saat anak menciptakan dunia untuk dirinya sendiri.
c. Active play
Active play mencakup aktivitas yang membutuhkan gerak fisik dan membuat anak membakar energinya. Permainan ini akan meningkatkan perkembangan fisik anak karena anak mendapat kesempatan untuk menggunakan otot serta mengembangkan keterampilan motorik kasar, keterampilan motorik halus, koordinasi umum, dan keseimbangan. Permainan ini juga mengembangkan keterampilan sosial anak, misalnya bermain suatu permainan olahraga atau bermain dengan tim yang juga membantu meningkatkan keterampilan sosial dan emosionalnya.
d. Cooperative play
Cooperative play selalu melibatkan lebih dari satu orang, sehingga anak harus menggunakan keterampilan sosial ketika bermain dengan bekerja sama. Jenis permainan ini juga membantu anak meningkatkan keterampilan kognitif dan sosialnya. Dalam mempelajari peraturan baru, anak harus berpikir mengenai harapan masyarakat umum dan menyesuaikannya dengan pandangannya. Anak juga harus belajar untuk menjaga perasaan atas kekalahan dan gembira atas kemenangan dalam tingkat yang layak, sehingga meningkatkan pengembangan keterampilan emosionalnya.
e. Dramatic play
Dramatic play adalah jenis permainan di mana anak menggunakan imajinasinya untuk menjadi karakter yang berbeda atau tinggal dalam dunia yang dibuatnya. Dramatic play adalah bentuk canggih permainan yang melibatkan keterampilan kognitif, sosial dan emosional yang mensyaratkan anak untuk bermain denggan orang lain, termasuk teman imajiner, dan bentuk-bentuk benda lain seperti boneka dan mainan. Permainan ini mungkin melibatkan orang lain atau dilakukan sendiri oleh anak.
f. Manipulative play
Manipulative play adalah permainan yang melibatkan penggunaan tangan, otot, dan mata. Jenis permainan ini membantu mengembangkan koordinasi dan berbagai macam keterampilan. Misalnya bermain dengan puzzle, mengecat, menggunting, bermain boneka, dan membangun balok.
Selanjutnya Belka (2000: 22-30) menjelaskan bahwa bentuk/jenis permainan dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenis permainan yaitu: (1) permainan sentuh (tag games), (2) permainan target (target games), (3) permainan net dan dinding (net and wall games), (4) permainan serangan (invasion games), dan (5) permainan lapangan (Fileding Games).
a. Permainan Sentuh (Tag Games)
Permainan sentuh merupakan sebuah bentuk permainan strategis yang sederhana namun sangat berguna untuk mengembangkan dasar-dasar strategi. Tujuan permainan ini adalah untuk bergerak, mengubah arah, dan mengecoh, yang bertujuan agar dapat: (a) menyentuh lawan atau dapat menyebabkan lawan kehilangan kendali terhadap objeknya, (b) menghindari sentuhan lawan atau menghindari gangguan lawan terhadap objek yang sedang dikendalikannya. Beberapa contoh bentuk permainan sentuh adalah kucing-kucingan, hijau-hitam, katak-bangau, ular-ularan dan sebagainya.
b. Permainan Target (Target Games)
Permainan target merupakan sebuah bentuk permainan akurasi penyampaian objek pada sasaran atau target. Tujuan permainan ini adalah akurasi penyampaian objek pada sasaran. Skill yang dilibatkan dalam permainan ini pada umumnya dilakukan secara pasif atau cenderung bersifat close skill. Contoh dari bentuk permainan target ini adalah bowling, golf, panahan, memukul, menendang, dan melempar bola pada target.
c. Permainan Net dan Dinding (Net and Wall Games)
Permainan net dan dinding merupakan sebuah permainan yang melibatkan kemampuan gerak dan mengendalikan objek agar susah dimiliki lawan atau susah dikembalikan lawan ke dinding. Pemain pada permainan ini harus mampu mengendalikan daerahnya. Bergerak di dalam daerahnya untuk menempatkan dirinya pada posisi yang strategis yang dapat menghalau kembali pukulan atau lemparan lawan. Contoh bentuk permainan ini adalah tenis, squash, badminton, bola volli dan tenis meja.
d. Permainan Serangan (Invasion Games)
Permainan ini lebih memfokuskan perhatiannya pada pengendalian objek pada daerah tertentu. Permainan ini meliputi permainan yang sederhana seperti permainan merebut bola. Bentuk permainan ini bisa dianggap lebih komplek. Pada permainan lebih komplek ini, satu tim berusaha mengendalikan bola bergerak menuju sasaran (misalnya membuat gol), menyerang atau melewati lawan. Contoh bentuk permainan serangan ini adalah sepak bola, rugby, American Football dan sebagainya.
e. Permainan Lapangan (Fileding Games)
Permainan ini biasanya sebuah objek dikirimkan pada sebuah tempat atau daerah tertentu dan pengirim berusaha lari ke tempat tertentu dan bahkan mungkin terus lari sampai kembali lagi ke tempat semula sebelum pemain penangkap bola dapat menangkap bola dan mengirimkannya lagi ke tempat semula. Beberapa contoh permainan lapangan adalah soft ball, base ball, kasti, ronders, dan bola bakar.
Selain dari pengertian di atas sering dikenal juga permainan tradisional, permainan modern. Permainan tradisional adalah perbuatan untuk menghibur hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional adalah segala sesuatu yang dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang tua atau nenek moyang. Jadi permainan tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan alat atau tidak, yang diwariska secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati (Atik Soepandi, dkk, 1986: 24). Contoh permainan tradisional adalah engklek, bakiak, bentengan, bekelan, gatheng, egrang, petak umpet, benthik, jamuran. Sedangkan permainan modern adalah kebalikan dari permainan tradisional, yaitu permainan menggunakan peralatan yang diciptakan secara canggih. Contoh permainan modern adalah game online, playstation, otopet, mobile remote kontrol.
4. Fungsi Permainan
Tadkiroatun Musfirah (2008: 6-14), menjelaskan bahwa bermain dapat mengembangkanaspek perkembangan peserta didik, diantaranya adalah:
1) Bermain untuk pekembangan kognitif peserta didik, meliputi (a) bermain membantu peserta didik membangun konsep dan pengetahuan, (b) bermain membantu peserta didik mengembagkan kemampuan berpikir abstrak, dan (c) bermain mendorong peserta didik untuk berpikir untuk berpikir kreatif.
2) Bermain untuk pengembangan kesadaran diri, meliputi (a) bermain mengembangkan kemampuan bantu-diri (self-help), (b) bermain memungkinkan peserta didik bereksperimen dengan aturan nonstereotif, (c) bermain memberikan pelajaran tentang keselamatan dan kesehatan diri, dan (d) bermain mengembangkan kemampuan peserta didik membuat keputusan mandiri.
3) Bermain untuk mengembangkan sosio-emosional, meliputi (a) bermain membantu peserta didik mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan masalah, (b) bermain meningkatkan kompetensi peserta didik, (c) bermain membantu peserta didik mengekspresikan diri dan mengurangi rasa takut, (d) bermain membantu peserta didik menguasai konflik dan trauma sosial, dan (e) bermain membantu peserta didik mengenali diri mereka.
4) Bermain untuk perkembangan motorik, meliputi (a) bermain membantu peserta didik mengontrol keterampilan motorik kasar peserta didik, dan (b) bermain membantu peserta didik menguasai keterampilan motorik halus.
5) Bermain untuk pengembangan bahasa/komunikasi, meliputi (a) bermain membantu peserta didik meningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan (b) bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi peserta didik belajar bahasa kedua.
Permainan yang melibatkan aktivitas fisik akan bermanfaat bagi terbentuknya kebugaran jasmani anak. Regular physical activity is associated with immediate and long-term health benefits such as easier weght control, lower blood pressure, improved cardiorespiratory function and enhanced psychological well-being. Active children are morew likely to become active adults (Heli Roy, 2010: 3). Aktivitas fisik yang teratur dikaitkan dengan manfaat kesehatan jangka pendek dan jangka panjang seperti kontrol berat badan lebih mudah, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kardio-pernapasan fungsi dan ditingkatkan kesejahteraan psikologis. Anak aktif lebih cenderung menjadi orang dewasa yang aktif.
Semua permainan yang ada tidak semua mempunyai nilai yang mendukung proses tumbuh kembang anak, untuk itu guru penjas harus selektif untuk bisa melihat permainan seperti apa yang bermanfaat bagi anak. Djoko Pekik Irianto (Hamid Anwar, 2005: 48) menjelaskan bahwa ciri-ciri permainan yang bermanfaat bagi perkembangan anak anrara lain: (1) move, artinya dalam permainan harus ada gerakan yang dilakukan secara kontinyu dan ritmis, seperti gerak berjalan, berlari, merangkak dan sebagainya. Gerak tersebut akan meningkatkan daya tahan jantung paru dan memperbaiki komposisi tubuh; (2) lift, artinya dalam permainan tersebut harus ada unsur gerak melawan beban. Gerakan tersebut akan melatih kekuatan dan daya tahan otot; dan (3) stretch, artinya dalam permainan tersebut harus mengandung unsur gerak merengang persendian termasuk mengulur otot. Gerak tersebut akan melatih fleksibilitas persendian dan otot. Selain karakteristik tersebut di atas, perlu juga mempertimbangkan bahwa permainan tersebut haruslah mendatangkan kesenangan (vareatif), membangkitkan semangat bertanding (kompetitif), meningkatkan kemampuan kognisi (taktik/strategi), serta bermakna sosial (berkelompok) dan aman bagi anak.
C. Hubungan Permainan dengan Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah kemampuan manusia untuk melaksanakan suatu kerja dengan efisien tanpa timbul kelelahan yang berarti. Seperti dari pendapat para ahli sebelumnya tentang kebugaran jasmani sangat diperlukan dlam kehidupan sehari-hari. Kebugugaran jasmani sendiri tidaklah semata-mata tercipta dlam tubuh manusa. Melainkan kebugaran jasmani dibentuk dari diri manusia. Dalam konsep ini adalah latihan yang berperan dalam pembentuka kebugaran jasmani. Latihan kebugaran jasmani adalah jenis latihan fisik (jasmani) melalui gerakan-gerakan anggota tubuh atau gerakan tubuh secara keseluruhan, dengan maksud untuk meingkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani yang di dalamny mencakupi unsur-unsur kekuatan, daya ledak otot, kelentukan, kelincahan, dan daya tahan jantung. (www.penjasmabali.wordpress.com/materi/latihan.com).
Bermain adalah suatu aktivitas jasmani yang dilakukan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan sukarela untuk mendapatkan rasa senang sebagai akibat dari aktivitas tersebut. Sedangkan permainan meruakan kegiatan yang terkandung dalam makna bermain. Melihat dari pengertian bermain yaitu aktivitas yang dilakukan tanpa paksaan dan mendapatkan rasa senang, maka untuk peningkatan kebugaran jasmani anak sekolah dasar sangat tepat melaui permainan. Media bermain digunakan untuk mengkatkan kebugaran jasmani anak menjadi salah satu alternatif pembelajaran anak agar anak tidak memiliki tanggapan negatif tentang kebugaran jasmani. Disamping itu bermain adalah karakteristik anak sekolah dasar. Dimana anak seusia sekolah dasar menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Jadi melalui permainan anak secara langsung meningkatkan kebugaran jasmaninya.
Hasil penelitian Yatino 2015 yang meneliti tentang permainan net terhadap kebugaran jasmani anak sekolah dasar menunjukan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap kebugaran jasmani. Hal ini menunjukan bahwa permainan dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak sekolah dasar tanpa harus memaksa anak untuk melakukan latihan yang berat agar kebugaran jasmaninya meningkat.
Kebugaran jasmani merupakan komponen penting manusia untuk melakukan aktivitas jasmaninya. Untuk anak kebugaran jasmani memberikan pengaruh dalam aktivitas kesehariannya termasuk di sekolah. Kebugaran jasmani anak akan memberikan keberhasilan dalam proses belajar anak di sekolah. Melalui bermain kebugaran anak akan secara tidak langsung akan meningkat. Karena bermain adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan energi dan komponen-komponen tubuh dalam beraktivtas. Sehingga permainan akan meningkatkan kebugaran jasmani anak.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan, Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djoko Pekik Irianto (2002). Panduan Latihan Kebugaran Jasmani yang Efektif dan Efisien. Yogyakarta: Lukman Offset.
------------------------- (2004). Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Rusli Lutan. (2002). Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Depdiknas.
Sadoso Sumosardjuno (1989). Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta : Pustaka Karya Grafita Utama.
Sharkey, B.J (2003). Fitness And Health. Alih bahasa Kebugaran dan Kesehatan oleh: Eri Desmarini Nasution. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Suharjana (2008). Pendidikan Kebugaran Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta. FIK UNY.
Mikdar, U Z. (2006). Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.
M. Sajoto (1988). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Kota Semarang : Dahara Prize.
Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (Ed) (1984). Kesehatan Olahraga. Jakarta : FK UI Jakarta
Engkos Kosasih. (1983). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademi Persindo.
Kementerian Pendidikan Nasional (2010). Tes Kesegaran Jasmani Untuk Anak Umur 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun, 16-19 tahun. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta.
Pendidikan merupakan salah satu upaya manusia untuk meningkatkan derajat kehidupan. Melalui pendidikan manusia mampu berkreasi dan mengeksplorasi pemikiran untuk menuju kualitas hidup menjadi lebih baik.. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kepada masyarakat dan bangsa (Soenarjo, 2002: 1).
Gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan dalam berpikir. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di sekolah merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistimatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 5).
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) berperan sangat penting bagi peserta didik. Hal tersebut merupakan suatu proses pembentukan jasmani yang sangat diperlukan siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi masa depan anak. Pada proses belajar mengajar Penjasorkes, peserta didik diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegitan. Hal ini akan menjadi pengalaman belajar yang tak terlupakan. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hidup.
Pendidikan jasmani yang dilakukan di Sekolah Dasar merupakan tahapan pembinaan kebugaran jasmani bagi manusia. Pembinaan dan pengembangan kebugaran jasmani adalah suatu proses pendidikan dan pembudayaan untuk memelihara kebugaran jasmani yang dilaksanakan melalui jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah. Tujuan yang terkandung dalam pembinaan dan pengembangan kebugaran jasmani antara lain peningkatan kemampuan untuk mendukung peningkatan produktivitas kerja, dan prestasi belajar. Apabila pembinaan dilaksanakan dan didukung oleh pemenuhan gizi yang baik niscaya hasil pembinaan akan dapat tercapai. Berhasilnya pembinaan kebugaran jasmani di Sekolah Dasar akan membawa dampak yang baik bagi kebugaran jasmani masyarakat, misalnya peningkatan prestasi belajar. Melalui pendidikan jasmani di Sekolah Dasar aktivitas jasmani anak akan tersalurkan. Sebut saja pendidikan jasmani adalah sebagai wadah anak beraktivitas jasmani di lingkungan sekolah. Melalui aktivitas jasmani yang baik kebugaran jasmani anak akan berkembang. Melihat dalam aktivitas jasmani anak di sekolah terbatas, hanya pada saat istirahat dan pada jam pelajaran olahraga. Pendidikan jasmani mengambil peran untuk memberikan atau menyalurkan aktivitas jasmani anak di Sekolah Dasar.
Pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar memiliki tujuan untuk mengembangkan keterampilan gerak anak dan kebugaran jasmani anak. Kebugaran jasmani anak merupakan salah satu indikator guru untuk penilaian peserta didik dalam pembelajaran. Sehingga kebugaran jasmani peserta didik merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan pembelajaran penjasorkes di sekolah dasar dan didukung oleh aspek-aspek yang lain. Mengingat karakteristik penjasorkes merupakan pembelajaran fisik, maka kebugaran jasmani peserta didik menjadi tolak ukur dalam menentukan keberhasilan hasil pembelajaran.
Kebugaran jasmani yang baik merupakan modal dasar utama bagi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik maka diharapkan seseorang akan mampu bekerja dengan produktif dan efisien, tidak terserang penyakit, belajar lebih semangat serta dapat berprestasi secara optimal, dan tangguh dalam menghadapi kehidupan yang penuh tantangan, baik sebagai pelajar, mahasiswa, karyawan, ataupun olahragawan. Dengan kebugaran jasmani yang baik maka tubuh juga akan sehat. Tidak boleh dihilangkan semboyan “didalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat”, dapat diasumsikan jika tubuh merasakan sehat dan bugar maka anak relatif berpikir positif dalam memecahkan masalah. Jadi secara tidak langsung akan mendukung dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.
Pengembangan kebugaran jasmani di Sekolah Dasar dilaksanakan dalam berbagai macam aktivitas jasmani. Salah satu dari usaha tersebut adalah melalui aktivitas permainan. Aktivitas permainan merupakan salah satu bentuk aktivitas jasmani untuk pembentukan kebugaran jasmani di Sekolah Dasar pada khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Permainan pada dasarnya merupakan unsur yang melekat erat pada kehidupan anak-anak. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka mengembangkan diri berdasarkan keterlibatan mereka dalam permainan dan aktivitas ritmik, baik secara disadari ataupun tidak disadari. Pada masa anak-anak, bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan cenderung merupakan kebutuhan dasar yang hakiki. Bahkan para ahli pendidikan mengatakan bahwa anak-anak identik dengan bermain, karena hampir semua hidupnya tidak lepas dari bermain. Bermain dapat menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi dan harmonisasi, sehingga seseorang cenderung bergairah. Kegairahan dapat memudahkan timbulnya inspirasi, sehingga anak-anak dapat dengan mudah melakukannya, tanpa harus ada paksaan dan hambatan (Syamsir, 2001: 24).
B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebugaran jasmani?
2. Apa yang dimaksud dengan permainan?
3. Apa hubungannya permainan dengan kebugaran jasmani?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kebugaran Jasmania. Hakikat Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani merupakan modal utama bagi semua kehidupan manusia. Olahragawan membutuhkan tingkat Kebugaran jasmani yang baik untuk dapat membantu tercapainya prestasi olahraga yang tinggi, para pekerja, karyawan membutuhkan kebugaran jasmani yang cukup untuk bekerja dengan baik, sehingga dapat meningkatkan daya kerja dan produktifitas yang tinggi tak terkecuali para manusia lanjut usia juga membutuhkan Kebugaran jasmani untuk kesehatannya. Demikian juga para anak balita maupun anak-anak sekolah membutuhkan tingkat Kebugaran jasmani yang lebih baik untuk perkembangannya dan untuk dapat belajar dengan baik. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik diharapkan mampu untuk berfungsinya tubuh secara efektif dan efisien untuk tahan terhadap penyakit kurang gerak (hipokinesis).
Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 10) bahwa, “kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga dapat menikmati waktu luangnya”. Sedangkan Sadoso Sumosardjuno (1989: 42) menyatakan bahwa, “kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan mendadak”. Dari sumber lain Rusli Lutan (2002: 7) mengemukakan bahwa, “makna kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas.” Kebugaran itu dicapai melalui sebuah kombinasi dari latihan teratur dan kemampuan yang melekat pada seseorang. Menurut Sharkey (2003: 3) bahwa, “kebugaran jasmani merupakan bagian dalam pemeliharaan kesehatan, semakin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang, maka akan semakin baik tingkat kesehatan seseorang”.
Kebugaran jasmani (physical fitness) adalah satu aspek dari kebugaran menyeluruh (total fitness). Kebugaran jasmani penting bagi semua orang untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan dimilikinya kebugaran jasmani yang baik orang akan mampu melaksanakan aktivitas kesehariannya dengan waktu yang lebih lama dibanding dengan orang yang memiliki kebugaran jasmani yang rendah (Suharjana, 2004: 3) Pada dasarnya kebugaran jasmani menyangkut kemampuan penyesuaian tubuh seseorang terhadap perubahan faal tubuh yang disebabkan oleh kerja tertentu dan menggambarkan derajat sehat seseorang untuk berbagai tingkat kesehatan fisik. Sedangkan Mikdar (2006: 45) berpendapat bahwa, “kebugaran jasmani menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengerjakan tugas secara fisik pada tingkat moderat tanpa lelah yang berlebihan”.
Berdasarkan pendapat diatas, jelaslah bahwa setiap aktivitas fisik (fisik mendapat pembebanan) dibutuhkan suatu tingkat kebugaran jasmani yang didukung oleh faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan kehidupan yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap-tiap aktivitas fisik. Dapat diketahui bahwa untuk dapat melakukan suatu kerja diperlukan kondisi jiwa raga yang sesuai dengan tingkat kerja tersebut. Merujuk pada pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari dengan mudah, tanpa kelelahan yang berarti dan masih dapat menikmati waktu luangnya serta dalam keadaan darurat masih mampu melakukan pekerjaan yang tidak terduga. Kebugaran jasmani (physical fitness) merupakan satu aspek dari Kebugaran jasmani menyeluruh (total fitness). Kebugaran jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk melakukan pekerjaan produktif sehari-hari tanpa adanya kelelahan berlebihan dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dengan baik maupun melakukan pekerjaan yang mendadak.
b. Komponen Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani terdiri atas beberapa komponen. Mengetahui dan memahami komponen kebugaran jasmani sangatlah penting, karena komponen tersebut penentu baik buruknya kondisi fisik atau tingkat kebugaran jasmani seseorang. Menurut Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Tahun 2003, menjelaskan unsur-unsur kebugaran jasmani atau kondisi fisik ada sepuluh komponen, yaitu: (1) daya tahan, (2) kekuatan otot, (3) tenaga ledak otot, (4) kecepatan, (5) daya lentur, (6) ketangkasan, (7) koordinasi, (8) keseimbangan, (9) ketepatan, (10) kecepatan reaksi.
a. Daya tahan
Daya tahan adalah komponen kubugaran jasmani yang sangat penting. Daya tahan sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Daya Tahan Umum (General endurance), adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan sistem peredaran darahnya secara efektif dan efisiensi untuk menjalankan kerja otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
2) Daya Tahan Otot (Local Endurance), adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu relatif lama serta dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1988 : 16). Sedangkan Djoko Pekik Irianto (2004: 35) mengartikan bahwa, “daya tahan otot adalah kemampuan sekelompok otot melakukan serangkaian kerja dalam waktu lama”.
Jadi dapat ditarik kesimpulan dari keduanya yaitu daya tahan adalah kualitas komponen jantung dan otot untuk melaksanakan kerja dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran di sekolah. Contohnya dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam satu hari peserta didik tidak mengalami kelelahan yang berarti dan tetap bersemangat dalam menyelesaikan proses pembelajaran.
b. Kekuatan otot
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja dengan dengan menahan beban yang diangkatnya (Mochamad Sajoto, 1988: 45). Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 35) bahwa, “kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot melawan beban dalam satu usaha”. Kekuatan otot adalah kemampuan otot-otot untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal untuk mengangkat beban (Kravitz, 2001: 6).
Dari beberapa pendapat ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan sekelompok otot dalam melakukan kerja atau melawan beban untuk menggunakan tenaga maksimal dalam satu usaha. Dapat dicontohkan dalam melakukan suatu pekerjaan mengangkat beban.
c. Tenaga ledak otot
Tenaga ledak otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif (Dangsina Moeloek, 1984: 7). Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) = kekuatan (force) x kecepatan (velocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang bersifat explosive (M. Sajoto, 1988 : 17). Aplikasi di lapangan adalah pada saat peserta didik melaksanakan kegiatan bermain dan berlari.
d. Kecepatan
Menurut Mochamad Sajoto (1988: 58) bahwa, “kecepatan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya”. Kecepatan berguna untuk peserta didik untuk berpindah tempat dengan waktu yang cepat. Contohnya pada saat melaksanakan lari cepat atau sprint.
e. Daya lentur (Kelentukan)
Kelentukan adalah kemampuan persendian, ligamen, dan tendo di sekitar persendian, karena apabila seseorang mengalami kurang gerak dalam persendiannya dapat menimbulkan gangguan gerak dan mudah menimbulkan cedera (Mochamad Sajoto, 1988: 51). Sedangkan Dangsina Moeloek (1984: 9) berpendapat bahwa, “Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian jadi meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang berbentuk sendi), otot, tendo, ligamen, dan sekeliling persendian.”
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan daya lentur atau kelentukan adalah kinerja otot atau persendian untuk memaksimalkan kerja agar dapat menjadikan pekerjaan lebih efektif. Contohnya anak akan merasa nyaman dalam melakukan gerakan berjalan, berlari, melompat, dan meloncat.
f. Ketangkasan atau kelincahan
Ketangkasan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. (Dansigna Moeloek, 1984: 8). Seseorang akan mampu merubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahan baik. Menurut Mochamad Sajoto (1988: 59) kelincahan merupakan kemampuan seseorang dalam merubah arah dari posisi satu ke suatu posisi yang berbeda dengan kecepatan tinggi dan koordinasi yang baik.
g. Koordinasi
Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Misalnya dalam olahraga tenis, seseorang pemain akan kelihatan mempunyai kordinasi yang baik, bila dapat bergerak kearah bola sambil mengayunkan raket, kemudian memukul dengan teknik yang benar (Dangsina Moeloek, 1984: 11). Sedangkan Mochamad Sajoto (1988, 54) mengartikan bahwa, “koordinasi dengan kemampuan untuk menyatukan berbagai sistem saraf gerak yang terpisah ke dalam satu pola gerak yang efisien”.
Dari pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk menyatukan sistem saraf gerak dan mengharmoniskan dari beberapa gerakan untuk melaksanakan gerakan. Contohnya anak dapat melakukan dua atau lebih gerakan yang berbeda dalam waktu tertentu.
h. Keseimbangan
Mochamad Sajoto (1988: 58) berpendapat bahwa, “keseimbangan sebagai kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ saraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat, dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis”. Sedangkan Dangsina Moeloek (1984: 11) berpendapat bahwa
“Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan. Bergantung pada kemampuan intregasi antara kerja indera penglihatan (kanalis semisirkularis) pada telinga dan reseptor pada otot.yang diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keseimbangan adalah kemampuan manusia dalam mempertahankan sikap tubuh dalam bergerak cepat dengan perubahan titik-titik badan yang berubah dalam keadaan yang statis maupun dinamis. Contohnya dalam berlari dan berjalan anak tidak akan mengalami kesulitan dalam merubah arah.
i. Ketepatan
Menurut Mochamad Sajoto (1988: 59) bahwa, “ketepatan sebagai kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran”. Ketepatan berguna untuk anak dalam melaksanakan kegiatan yag berhubunga dengan sasaran. Contohnya dalam melempar bola ke sasaran.
j. Kecepatan reaksi
Kecepatan Reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi jawaban kinetis setelah menerima suatu rancangan. Hal ini berhubungan serta dengan waktu refleks, waktu gerakan, dan waktu respon (Dangsina Moeloek, 1984: 10).
Dari kesepuluh komponen kebugaran jasmani diatas, tidaklah berarti seseorang harus dapat mengembangkan secara keseluruhan. Tiap-tiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena kemampuan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti keturunan, jenis kelamin, lingkungan, aktivitas latihan, struktur anatomi dan lain-lain, dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa komponen tersebut sangat berbeda perkembangannya antara individu yang satu dengan yang lain.
c. Faktor-faktor Kebugaran Jasmani
Menurut Suharjana (2008: 14) bahwa, “ faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebgaran jasmani seseorang adalah sebagai berikut: (1) umur, (2) jenis kelamin, (3) makanan, (4) tidur dan istirahat, (5) kegiatan jasmani dan olahraga.” Sedangkan menurut Engkos Kosasih (1983: 141) berpendapat bahwa, “Faktor kebugarab jasmani yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, yaitu: (1) makanan, (2) olahraga, (3) usia, (4) kebiasaan hidup, (5) faktor lingkungan.
d. Macam-macam Tes Kebugaran Jasmani
Dalam mengukur tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa tes kesegaran jasmani antara lain:
1) Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).
Kegunaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) ini adalah untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ini merupakan tes tergolong yaitu TKJI untuk anak umur 6-9 tahun, TKJI untuk anak umur 10-12 tahun, TKJI untuk anak umur 13-15 tahun, dan TKJI untuk anak umur 16-19 tahun. Kegunaan dari Tes kesegaran Jasmani Indonesia ini adalah untuk mengukur dan menentukan tingkat kebugaran jasmani anak. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk anak laki-laki dan perempuan berupa serangkaian tes yang terdiri dari Lari 30/40/50, Gantung siku tekuk, Baring duduk 30/60, dan Lari 600/1000. - Selain itu ada TKJI untuk murid taman kanak-kanak laki-laki dan perempuan yang terdiri dari 6 item yaitu: (1) memindahkan beban 2 x 10 Kg, (2) lompat kangguru 2 x 10 meter, (3) lari bolak-balik, (4) lompat terobos 2 x 10 meter, (5) lari zig-zag 2 x 10 meter, (6) meniti balok titian. TKJI untuk umur 6-9 tahun yang terdiri dari lari 30 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter. TKJI untuk 10-12 tahun adalah lari 40 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 30 detik, loncat tegakdan lari 600 meter. TKJI untuk remaja umur 13-15 tahun terdiri dari lari 50 meter, gantung siku tekuk, baring duduk 60 detik, loncat tegak dan lari 800 meter. TKJI untuk remaja usia 16-19 tahun terdiri dari test kekuatan otot, test anaerobic power, tes daya tahan kardiovaskuler.
2) Harvard Step Test
Tes ini bertujuan untuk megukur fungsi kardiovaskuler dengan naik bangku Harvard. Hampir sama dengan Step Test dan Kasch Pulse Recovery Test. Tetapi Harvard Step Test lebih berat karena itu peserta tes harus betul-betul dalam keadaan sehat yang dinyatakan oleh dokter.
3) Multi Stage Fitness Test/Bleep Test
Cara yang tepat untuk mengetahui komponen daya tahan dengan melalui tes. Salah satubentuk tes lapangan yang digunakan untuk mengetahui VO2max adalah Multi Stage Fitness Test. Dibanding dengan tes Cooper dan Blake, pelaksanaan tes ini relatif lebih mudah dan menggunakan areal yang tidak terlalu luas. Tes ini dapat diakukan secara massal.
4) Lari 12 menit
Melakukan lari 12 menit tidak boleh berhenti, akan tetapi jika lelah boleh diselingi dengan jalan. Jarak yang ditempuh selama 12 menit tadi diukur berapa kilometer yang ditempuh. Untuk mengetahui seseorang dalam kategori baik atau sedang dapat dilihat dalam daftar/tabel. Tabel tersebut dibagi menjadi kelompok umur, wanita atau pria dan kategori kesegaran jasmaninya dikategorikan menjadi lima kategori yaitu: sangat kurang, kurang, sedang, baik dan baik sekali. (Mulyana, 2011:30)
5) Tes A.C.S.P.F.T
Tes ini diperuntukkan bagi putera dan puteri yang berumur 6-32 tahun. Adapun rangkaian tes tersebut adalah:
a) Lari cepat 50 meter (dash sprint)
b) Lompat jauh tanpa awalan (standing brost jump)
c) Lari jauh (distance run). Jaraknya adalah: 600 m (untuk putra dan putri yang berumur kurang dari 12 tahun), 800 m (untuk putri yang berumur dari 12 tahun ke atas), 1000 m (untuk putra yang berumur 12 tahun ke atas)
d) Bergantung angkat badan (pull-up untuk putra berumur 12 tahun ke atas). Bergantung siku tekuk (flexed arm hang, untuk putri dan untuk putra yang berumur kurang dari 12 tahun.
e) Kekuatan peras (grip strength)
f) Lari hilir-mudik (shuttle run) 4 X 10 meter.
g) Baring duduk (sit-up) selama 30 detik.
h) Lantuk togok ke muka (Forward flexion of trunk) (Aip Sarifudin dan J. Matakupan, 1979: 34)
B. Definisi Permainan
1. Hakikat Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Bermain merupakan hal yang penting bagi anak-anak sebagai media belajar. Tadkiroatun Musfiroh (2008: 1) menyatakan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan dan tanpa mempertimbagkan hasil akhir. Bermain sangat penting buat peserta didik dimana usia sekolah dasar masih masuk kategori usia anak-anak. Para ahli sependapat peserta didik harus bermain agar dapat berinteraksi guna belajar mengkreasikan pengetahuan yang didapatkan dilingkungan sekolah.
Berdasarkan pendapat diatas maka disimpulkan bahwa bermain adalah suatu aktivitas jasmani yang dilakukan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan sukarela untuk mendapatkan rasa senang sebagai akibat dari aktivitas tersebut.
2. Teori Bermain
Teori bermain pada umumnya dibeadakan menjadi dua, yaitu teori klasik dan teori modern. Terdapat perbedaan yang mendasara pada kedua teori tersebut. Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjelaskan bermain dan penyebabnya. Johnson (Tedjasaputra, 2005: 6) membuat dua perbandingan tentang teori bermain yaitu teori bermain klasik dan teori bermain modern.
3. Jenis-jenis Permainan
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang dilaksanakan di sekolah, khususnya sekolah dasar, terdiri dari beberapa macam aktivitas. Salah satu di antaranya adalah permainan. Terdapat jenis-jenis permainan anak yang dikelompokkan menjadi beberapa kategori terkait dengan cara melakukannya dan bahan/peralatan yang digunakan untuk bermain. Jenis-jenis permainan tersebut yaitu quiet play, creative play, active play, cooperative play, dramatic play, dan manipulative play (http://www.nncc.org/Curriculum/better.play.html).
a. Quiet play
Quiet play adalah aktivitas permainan yang tidak membutuhkan banyak energi atau ruang. Anak biasanya menikmati jenis permainan ini ketika lelah. Contohnya yaitu membaca buku, mendengarkan musik yang menenangkan, bermain puzzle, bermain boneka, dan mewarnai. Permainan ini membantu meningkatkan keterampilan kognitif anak dengan menawarkan kesempatan, ruang dan waktu untuk belajar mengenai dunia dan mencerminkan pada penemuannya.
b. Creative play
Creative play adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas seperti akting, menggambar, melukis, mengecat, dan memahat. Kadang permainan ini adalah permainan imajiner, seperti ketika anak bermain dengan teman imajiner, yang berarti bahwa keterampilan kognitifnya meningkat saat anak menciptakan dunia untuk dirinya sendiri.
c. Active play
Active play mencakup aktivitas yang membutuhkan gerak fisik dan membuat anak membakar energinya. Permainan ini akan meningkatkan perkembangan fisik anak karena anak mendapat kesempatan untuk menggunakan otot serta mengembangkan keterampilan motorik kasar, keterampilan motorik halus, koordinasi umum, dan keseimbangan. Permainan ini juga mengembangkan keterampilan sosial anak, misalnya bermain suatu permainan olahraga atau bermain dengan tim yang juga membantu meningkatkan keterampilan sosial dan emosionalnya.
d. Cooperative play
Cooperative play selalu melibatkan lebih dari satu orang, sehingga anak harus menggunakan keterampilan sosial ketika bermain dengan bekerja sama. Jenis permainan ini juga membantu anak meningkatkan keterampilan kognitif dan sosialnya. Dalam mempelajari peraturan baru, anak harus berpikir mengenai harapan masyarakat umum dan menyesuaikannya dengan pandangannya. Anak juga harus belajar untuk menjaga perasaan atas kekalahan dan gembira atas kemenangan dalam tingkat yang layak, sehingga meningkatkan pengembangan keterampilan emosionalnya.
e. Dramatic play
Dramatic play adalah jenis permainan di mana anak menggunakan imajinasinya untuk menjadi karakter yang berbeda atau tinggal dalam dunia yang dibuatnya. Dramatic play adalah bentuk canggih permainan yang melibatkan keterampilan kognitif, sosial dan emosional yang mensyaratkan anak untuk bermain denggan orang lain, termasuk teman imajiner, dan bentuk-bentuk benda lain seperti boneka dan mainan. Permainan ini mungkin melibatkan orang lain atau dilakukan sendiri oleh anak.
f. Manipulative play
Manipulative play adalah permainan yang melibatkan penggunaan tangan, otot, dan mata. Jenis permainan ini membantu mengembangkan koordinasi dan berbagai macam keterampilan. Misalnya bermain dengan puzzle, mengecat, menggunting, bermain boneka, dan membangun balok.
Selanjutnya Belka (2000: 22-30) menjelaskan bahwa bentuk/jenis permainan dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenis permainan yaitu: (1) permainan sentuh (tag games), (2) permainan target (target games), (3) permainan net dan dinding (net and wall games), (4) permainan serangan (invasion games), dan (5) permainan lapangan (Fileding Games).
a. Permainan Sentuh (Tag Games)
Permainan sentuh merupakan sebuah bentuk permainan strategis yang sederhana namun sangat berguna untuk mengembangkan dasar-dasar strategi. Tujuan permainan ini adalah untuk bergerak, mengubah arah, dan mengecoh, yang bertujuan agar dapat: (a) menyentuh lawan atau dapat menyebabkan lawan kehilangan kendali terhadap objeknya, (b) menghindari sentuhan lawan atau menghindari gangguan lawan terhadap objek yang sedang dikendalikannya. Beberapa contoh bentuk permainan sentuh adalah kucing-kucingan, hijau-hitam, katak-bangau, ular-ularan dan sebagainya.
b. Permainan Target (Target Games)
Permainan target merupakan sebuah bentuk permainan akurasi penyampaian objek pada sasaran atau target. Tujuan permainan ini adalah akurasi penyampaian objek pada sasaran. Skill yang dilibatkan dalam permainan ini pada umumnya dilakukan secara pasif atau cenderung bersifat close skill. Contoh dari bentuk permainan target ini adalah bowling, golf, panahan, memukul, menendang, dan melempar bola pada target.
c. Permainan Net dan Dinding (Net and Wall Games)
Permainan net dan dinding merupakan sebuah permainan yang melibatkan kemampuan gerak dan mengendalikan objek agar susah dimiliki lawan atau susah dikembalikan lawan ke dinding. Pemain pada permainan ini harus mampu mengendalikan daerahnya. Bergerak di dalam daerahnya untuk menempatkan dirinya pada posisi yang strategis yang dapat menghalau kembali pukulan atau lemparan lawan. Contoh bentuk permainan ini adalah tenis, squash, badminton, bola volli dan tenis meja.
d. Permainan Serangan (Invasion Games)
Permainan ini lebih memfokuskan perhatiannya pada pengendalian objek pada daerah tertentu. Permainan ini meliputi permainan yang sederhana seperti permainan merebut bola. Bentuk permainan ini bisa dianggap lebih komplek. Pada permainan lebih komplek ini, satu tim berusaha mengendalikan bola bergerak menuju sasaran (misalnya membuat gol), menyerang atau melewati lawan. Contoh bentuk permainan serangan ini adalah sepak bola, rugby, American Football dan sebagainya.
e. Permainan Lapangan (Fileding Games)
Permainan ini biasanya sebuah objek dikirimkan pada sebuah tempat atau daerah tertentu dan pengirim berusaha lari ke tempat tertentu dan bahkan mungkin terus lari sampai kembali lagi ke tempat semula sebelum pemain penangkap bola dapat menangkap bola dan mengirimkannya lagi ke tempat semula. Beberapa contoh permainan lapangan adalah soft ball, base ball, kasti, ronders, dan bola bakar.
Selain dari pengertian di atas sering dikenal juga permainan tradisional, permainan modern. Permainan tradisional adalah perbuatan untuk menghibur hati baik yang mempergunakan alat ataupun tidak mempergunakan alat. Sedangkan yang dimaksud tradisional adalah segala sesuatu yang dituturkan atau diwariskan secara turun temurun dari orang tua atau nenek moyang. Jadi permainan tradisional adalah segala perbuatan baik mempergunakan alat atau tidak, yang diwariska secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati (Atik Soepandi, dkk, 1986: 24). Contoh permainan tradisional adalah engklek, bakiak, bentengan, bekelan, gatheng, egrang, petak umpet, benthik, jamuran. Sedangkan permainan modern adalah kebalikan dari permainan tradisional, yaitu permainan menggunakan peralatan yang diciptakan secara canggih. Contoh permainan modern adalah game online, playstation, otopet, mobile remote kontrol.
4. Fungsi Permainan
Tadkiroatun Musfirah (2008: 6-14), menjelaskan bahwa bermain dapat mengembangkanaspek perkembangan peserta didik, diantaranya adalah:
1) Bermain untuk pekembangan kognitif peserta didik, meliputi (a) bermain membantu peserta didik membangun konsep dan pengetahuan, (b) bermain membantu peserta didik mengembagkan kemampuan berpikir abstrak, dan (c) bermain mendorong peserta didik untuk berpikir untuk berpikir kreatif.
2) Bermain untuk pengembangan kesadaran diri, meliputi (a) bermain mengembangkan kemampuan bantu-diri (self-help), (b) bermain memungkinkan peserta didik bereksperimen dengan aturan nonstereotif, (c) bermain memberikan pelajaran tentang keselamatan dan kesehatan diri, dan (d) bermain mengembangkan kemampuan peserta didik membuat keputusan mandiri.
3) Bermain untuk mengembangkan sosio-emosional, meliputi (a) bermain membantu peserta didik mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan menyelesaikan masalah, (b) bermain meningkatkan kompetensi peserta didik, (c) bermain membantu peserta didik mengekspresikan diri dan mengurangi rasa takut, (d) bermain membantu peserta didik menguasai konflik dan trauma sosial, dan (e) bermain membantu peserta didik mengenali diri mereka.
4) Bermain untuk perkembangan motorik, meliputi (a) bermain membantu peserta didik mengontrol keterampilan motorik kasar peserta didik, dan (b) bermain membantu peserta didik menguasai keterampilan motorik halus.
5) Bermain untuk pengembangan bahasa/komunikasi, meliputi (a) bermain membantu peserta didik meningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan (b) bermain menyediakan konteks yang aman dan memotivasi peserta didik belajar bahasa kedua.
Permainan yang melibatkan aktivitas fisik akan bermanfaat bagi terbentuknya kebugaran jasmani anak. Regular physical activity is associated with immediate and long-term health benefits such as easier weght control, lower blood pressure, improved cardiorespiratory function and enhanced psychological well-being. Active children are morew likely to become active adults (Heli Roy, 2010: 3). Aktivitas fisik yang teratur dikaitkan dengan manfaat kesehatan jangka pendek dan jangka panjang seperti kontrol berat badan lebih mudah, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kardio-pernapasan fungsi dan ditingkatkan kesejahteraan psikologis. Anak aktif lebih cenderung menjadi orang dewasa yang aktif.
Semua permainan yang ada tidak semua mempunyai nilai yang mendukung proses tumbuh kembang anak, untuk itu guru penjas harus selektif untuk bisa melihat permainan seperti apa yang bermanfaat bagi anak. Djoko Pekik Irianto (Hamid Anwar, 2005: 48) menjelaskan bahwa ciri-ciri permainan yang bermanfaat bagi perkembangan anak anrara lain: (1) move, artinya dalam permainan harus ada gerakan yang dilakukan secara kontinyu dan ritmis, seperti gerak berjalan, berlari, merangkak dan sebagainya. Gerak tersebut akan meningkatkan daya tahan jantung paru dan memperbaiki komposisi tubuh; (2) lift, artinya dalam permainan tersebut harus ada unsur gerak melawan beban. Gerakan tersebut akan melatih kekuatan dan daya tahan otot; dan (3) stretch, artinya dalam permainan tersebut harus mengandung unsur gerak merengang persendian termasuk mengulur otot. Gerak tersebut akan melatih fleksibilitas persendian dan otot. Selain karakteristik tersebut di atas, perlu juga mempertimbangkan bahwa permainan tersebut haruslah mendatangkan kesenangan (vareatif), membangkitkan semangat bertanding (kompetitif), meningkatkan kemampuan kognisi (taktik/strategi), serta bermakna sosial (berkelompok) dan aman bagi anak.
C. Hubungan Permainan dengan Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah kemampuan manusia untuk melaksanakan suatu kerja dengan efisien tanpa timbul kelelahan yang berarti. Seperti dari pendapat para ahli sebelumnya tentang kebugaran jasmani sangat diperlukan dlam kehidupan sehari-hari. Kebugugaran jasmani sendiri tidaklah semata-mata tercipta dlam tubuh manusa. Melainkan kebugaran jasmani dibentuk dari diri manusia. Dalam konsep ini adalah latihan yang berperan dalam pembentuka kebugaran jasmani. Latihan kebugaran jasmani adalah jenis latihan fisik (jasmani) melalui gerakan-gerakan anggota tubuh atau gerakan tubuh secara keseluruhan, dengan maksud untuk meingkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani yang di dalamny mencakupi unsur-unsur kekuatan, daya ledak otot, kelentukan, kelincahan, dan daya tahan jantung. (www.penjasmabali.wordpress.com/materi/latihan.com).
Bermain adalah suatu aktivitas jasmani yang dilakukan oleh individu dengan sungguh-sungguh dan sukarela untuk mendapatkan rasa senang sebagai akibat dari aktivitas tersebut. Sedangkan permainan meruakan kegiatan yang terkandung dalam makna bermain. Melihat dari pengertian bermain yaitu aktivitas yang dilakukan tanpa paksaan dan mendapatkan rasa senang, maka untuk peningkatan kebugaran jasmani anak sekolah dasar sangat tepat melaui permainan. Media bermain digunakan untuk mengkatkan kebugaran jasmani anak menjadi salah satu alternatif pembelajaran anak agar anak tidak memiliki tanggapan negatif tentang kebugaran jasmani. Disamping itu bermain adalah karakteristik anak sekolah dasar. Dimana anak seusia sekolah dasar menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain. Jadi melalui permainan anak secara langsung meningkatkan kebugaran jasmaninya.
Hasil penelitian Yatino 2015 yang meneliti tentang permainan net terhadap kebugaran jasmani anak sekolah dasar menunjukan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap kebugaran jasmani. Hal ini menunjukan bahwa permainan dapat meningkatkan kebugaran jasmani anak sekolah dasar tanpa harus memaksa anak untuk melakukan latihan yang berat agar kebugaran jasmaninya meningkat.
BAB III
KESIMPULAN
Kebugaran jasmani merupakan komponen penting manusia untuk melakukan aktivitas jasmaninya. Untuk anak kebugaran jasmani memberikan pengaruh dalam aktivitas kesehariannya termasuk di sekolah. Kebugaran jasmani anak akan memberikan keberhasilan dalam proses belajar anak di sekolah. Melalui bermain kebugaran anak akan secara tidak langsung akan meningkat. Karena bermain adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan energi dan komponen-komponen tubuh dalam beraktivtas. Sehingga permainan akan meningkatkan kebugaran jasmani anak.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan, Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Djoko Pekik Irianto (2002). Panduan Latihan Kebugaran Jasmani yang Efektif dan Efisien. Yogyakarta: Lukman Offset.
------------------------- (2004). Pedoman Praktis Berolahraga untuk Kebugaran dan Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Rusli Lutan. (2002). Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Depdiknas.
Sadoso Sumosardjuno (1989). Petunjuk Praktis Kesehatan Olahraga. Jakarta : Pustaka Karya Grafita Utama.
Sharkey, B.J (2003). Fitness And Health. Alih bahasa Kebugaran dan Kesehatan oleh: Eri Desmarini Nasution. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Suharjana (2008). Pendidikan Kebugaran Jasmani. Pedoman Kuliah. Yogyakarta. FIK UNY.
Mikdar, U Z. (2006). Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Direktorat Ketenagaan.
M. Sajoto (1988). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Kota Semarang : Dahara Prize.
Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (Ed) (1984). Kesehatan Olahraga. Jakarta : FK UI Jakarta
Engkos Kosasih. (1983). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Akademi Persindo.
Kementerian Pendidikan Nasional (2010). Tes Kesegaran Jasmani Untuk Anak Umur 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun, 16-19 tahun. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Jakarta.